Jumat, 31 Agustus 2018

HAJI (Bagian 3)


Usai Sholat Jumat warga menunggu sampai wiridan mbah Qodim selesai, begitu mbah Qodim mulai memakai sandal jepitnya yang terlihat sama rentanya dengan usia sang pemakai wargapun mendekatinya lalu mengajak berjalan bersama keluar dari masjid. Pak RW mulai membuka pembicaraan “Mbah, lama bener mencari kesempatan bisa ngobrol dengan mbah, bisa-bisa sampai tua kami ini terseok-seok mempelajari sejatinya Islam”.

Mbah Qodimpun tersenyum “Jika semua ilmu pengetahuan didapatkan dengan mudah dan dalam waktu singkat maka kenikmatannya akan berkurang pak RW”

Pak RW “Kok begitu mbah?”

Mbah Qodim “Coba jika pak RW mengisi lembar TTS tetapi di bawahnya langsung ada kunci jawabannya, maka nikmat berusaha mencari jawaban akan kecil sekali … namun apabila pak RW berusaha memecahkan sebuah pertanyaan dengan segenap kemampuan dan kefokusan dalam berikhtiar maka kepuasan tiada tara akan bapak dapatkan, disitulah akan muncul kehadiran Allah SWT yang pak RW rasakan, ada sebuah kekuatan yang menolong pak RW”.

Semua warga yang mengiringi mbah Qodim mangguk-mangguk sembari menelaah kalimat yang diberikan oleh sang tua bersahaja tersebut.

Pak RT “Mbah kami ingin melanjutkan menggali makna Haji yang kemarin belum khatam mbah, apalagi yang harus kami persiapkan bila nanti kami siap memenuhi panggilan Haji?”.

Mbah Qodim “Hajio sakdurunge haji, berprilakulah seperti orang berhaji walau syareatnya belum berhaji”.

Pak RW “Seperti hakekatnya Sa’i kemarin ya mbah?”

Mbah Qodim menoleh kearah pak RW sambil mengedipkan sebelah matanya “Dalam Ibadah Haji panjenengan sedoyo akan bertemu dengan Rukun Tawaf … yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali melawan arah jarum jam yang dimulai dari Garis Rukun Hajar Aswad, bagi laki-laki disunnahkan berlari-lari kecil pada 3 putaran awal dan bagi wanita cukup dengan berjalan, dalam kehidupan ini kita semua… makna Tawaf amat penting dalam akhifitas kesehari-harian … dimana ada 7 hal yang menyebabkan kita terpengaruh akan gonjang ganjing dunia … ketujuh itu adalah 2 mata, 2 telinga, 2 lubang hidung dan 1 mulut, jika kita memaknai Rukun Tawaf maka ketujuh ini harusnya kita waspadai, di atas Ka’bah terdapat Baitul Makmur yang selalu dikelilingi pula oleh para Malaikat yang juga bertawaf, semua khabar yang diterima oleh tujuh di bagian atas tubuh ini (kepala) akan menggiring kepada arah jarum jam, artinya saat kita melihat sesuatu kita cepat sekali percaya, saat kita mendengar sesuatu kita juga cepat sekali percaya, nah Tawaf ini adalah salah satu memurnikan informasi, yaitu kita mencoba berfikir melawan arah jarum jam, mengikuti apa-apa yang dilakukan oleh 70.000 Malaikat setiap harinya (Bertawaf di Baitul Makmur), dimana semua sumber yang masuk kedalam Baitul Makmur diri kita (Kepala) akan mendapatkan iringan doa para Malaikat di Baitul Makmur Arsy-Nya, renungi setiap berita yang masuk apalagi berita tentang yang jelek-jelek jangan langsung keluar dari mulut, sucikan hati agar kita lulus menelaah setiap khabar ini mengapa Ihrom yang kita gunakan membuka pundak kanan dan menutup pundak kiri …. Dekatkan baitul Makmur diri (kepala) dengan Malaikat pencacat kebaikan yang saat itu memang kita buka pintunya, bila itu bapak-bapak lakukan maka Baitul Muqoddas (Hati) akan jernih dalam menembus khabar-khabar tersebut”.

Pak RW “Dengan kata lain perlu berfikir berulang-ulang dalam mencerna suatu khabar ya mbah ?”

Mbah Qodim mengangguk lirih “Demikianlah pak RW sepertinya mudah namun bila kita ingin mendapatkan satu pemikiran yang sejalan dengan 70.000 Malaikat maka ketentuan-ketentuan seperti tawaf harus dijalani”.

“Maksudnya mbah?” Tanya pak RW

Mbah Qodim “Bertawaf itu wajib berwudhu dulu, untuk membuka tabir khabarpun demikian, bersuci dulu, sekali lagi mbah ulas untuk laki-laki tawaf disunahkan berlari-lari kecil pada 3 putaran awalnya, ini menggambarkan laki-laki sebagai imam harusnya lebih cepat mengambil sebuah keputusan, lalu lihat Ka’bah yang memiliki 4 sisi, dalam diri kita juga ada 4 sisi yaitu Amarah, sufiah, aluamah dan mutmainnah … itu harus kita lewati semua, Amarah yaitu sifat-sifat keegoisan dengan wah dan ingin menang sendiri, mbah gambarkan yaitu sisi dimana pintu Ka’bah berada, pintu Ka’bah dalam diri ini adalah mulut, dimana pintu yang ini cepat sekali terbuka sehingga tidak sedikit yang menimbulkan kekeruhan dan keruwetan, maka dalam Tawaf pintu Ka’bah ditutup, lalu sampai ke sisi Ka’bah dimana ada Hijr Ismail, tembok melingkar setinggi bahu (Al Hatim) yang merupakan gambaran sifat Aluamah, sebuah dorongan ingin menolong sesamanya namun terkadang tidak peduli cara yang dipakainya, maka dalam tawaf batallah Rukun Tawaf apabila memotong Hijr Ismail, harus diputari juga jangan menerobos mengambil jalan pintas, lalu sisi setelahnya kita akan bertemu sifat Sufiah …. Gambaran kebalikan dari sebuah wajah, nafsu ingin kemegahan dan pujian … terakhir sisi Mutmainnah .. sisi kebaikan dimana berakhir dengan Hajar Aswad bermaqom disana …. Mbah hanya ingin menjelaskan sampai disini karena bapak-bapak sendirilah yang akan memetiknya dengan iman dan fikiran bapak-bapak sekalian”

Pak RW “Benar-benar harus menjadi insan yang bersabar ya mbah?”

Mbah Qodim “Itu salah satunya pak RW, kalau saja mbah lanjutkan maka ini membutuhkan waktu yang lama sekali, harus membongkar sampai mengapa dinamakan Hijr Ismail dan mengapa hanya setinggi bahu, apakah saat itu tidak bisa ditinggikan lagi … panjang sekali” Mbah Qodim menghentikan langkahnya, tiba-tiba ia ingat bagaimana Gurunya membawanya ke depan Hijr Ismail dan melihat Malaikat penjaga Pintu Hijr Ismail membuka Pintu yang saat ini ditutup permanen untuk mempersilahkan 2 hamba Allah SWT memasuki Baitullah….. semua warga pun berhenti sejenak melihat mbah Qodim, lalu rombongan tersebut sedikit terganggu oleh gonggongan anjing yang sedang mengejar seekor kelinci, mbah Qodim menundukkan badannya untuk mengambil sebuah kerikil lalu melemparkannya ke arah sang anjing, lalu anjing tersebut berlari menjauhi kelinci yang akan menjadi mangsanya …

Mbah Qodim berbalik menghadap para warga “Lain waktu kita lanjutkan, mbah akan memberikan PR kepada bapak-bapak sekalian untuk mengasah tafakur masing-masing, dalam Haji ada sebuah kegiatan yang bernama MELONTAR JUMROH … disana kita mengambil kerikil di Muzdalifah lalu dilemparkan ke Jumroh, yang mbah tanyakan Tiang Jumroh itu besar dan tinggi …sekitar 2 meter kali 25 meter … mengapa hanya dilempar dengan batu kerikil dan bukannya dengan batu sekepal tangan misalnya … coba bapak-bapak sekalian fikirkan, mbah pamit pulang ke rumah dulu, Assalamu’alaikum”.

Wargapun serentak menjawab “Wa’alaikumussalaam wa Rohmatullahi wa Barokatuh”.

(BERSAMBUNG)

Minggu, 26 Agustus 2018

HAJI BAGIAN 2


“Mbah Sambil menunggu Sholat Isya, baiknya kita lanjutkan topik kita kemarin hehehhe” Pak RW membuka obrolan santainya melihat mbah Qodim selesai wiridannya. Lalu jamaahpun mulai menuju teras, jamaah termuda tidak ingin kecolongan seperti kemarin, ia menuju ruang belakang mushola dimana tersedia air panas, gula dan kopi.

Mbah Qodim “Oh enggeh bapak-bapak sekalian, mari kita lanjutkan, pertama-tama kita harus tahu perintah untuk melaksanakan ibadah haji, ada yang tahu bapak-bapak?”

Pak RT “Dari haidist nabi yang berbunyi “Wahai manusia, telah diwajibkan atas kalian berhaji maka berhajilah”, kemudian ada seorang bertanya: “Apakah setiap tahun Wahai Rasulullah?”, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjawab sampai ditanya tiga kali, barulah setelah itu beliau menjawab: “Jika aku katakan: “Iya”, maka niscaya akan diwajibkan setiap tahun belum tentu kalian sanggup, maka biarkanlah apa yang sudah aku tinggalkan untuk kalian, karena sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian, akibat banyaknya pertanyaan dan penyelisihan mereka terhadap nabi mereka, maka jika aku perintahkan kalian dengan sesuatu, kerjakanlah darinya sesuai dengan kemampuan kalian dan jika aku telah melarang kalian akan sesuatu maka tinggalkanlah”. (HR. Muslim)”

Pak RW “Firman Allah yang berbunyi “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Ali Imran: 97)”.

Jamaah “Dari QS. Al-Hajj : 27 yang artinya Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,”

Mbah Qodim “Yah yah memang banyak sekali rujukannya bapak-bapak, kini mbah mau bertanya HAJI itu PANGGILAN atau TERPANGGIL?”

Semua jamaah mulai berfikir, suasana hening sejenak namun kembali bersuara saat kopi datang dari belakang Musholla.

Pak RT “Dipanggil dan terpanggil mbah!”

Mbah Qodim tersenyum “Hehhee enggeh pak RW betul sekali, maka semua dalil tentang ibadah haji, itu bukan berbunyi yaa ayyuhalladzi … tetapi yaa ayyuhannas … bukan hanya memanggil orang-orang beriman, namun memanggil manusia … maka para ulama terdahulu melengkapinya dengan kode, berhajilah bila MAMPU …. Nah … apa maksud dari bila mampu tersebut?”

Pak RW “Yaa rata-rata berfikiran mampu dalam hal rezeki mbah”.

Mbah Qodim “Enggeh bapak-bapak, makanya mari kita maknai bila mampu ini, sehingga amalan haji yang berlebel MABRUR dan MABRUROH akan melekat pada ibadah tersebut”.

Pak RT “Jadi maksudnya MAMPU itu apa mbah?”

Mbah Qodim “Mampu disini ada beberapa maknanya pak RT, banyak saudara-saudara kita yang belum memasuki kalimat mampu ini, maka banyak sekali artis-artis ataupun mereka yang berlebihan dalam hal financial mampu untuk berhaji… juga para pejabat yang mendapatkan JATAH berangkat haji karena pangkat dan jabatannya, makanya MAMPU inilah yang akan kita bahas … pertama adalah MAMPU dalam hal financial itu sudah pasti … lalu MAMPU yang kedua adalah … kesehatan lalu MAMPU yang berupa waktu … dan yang terpenting adalah MAMPU untuk syarat menjadi muslim yang sempurna”.

Pak RW “Maksudnya mbah?”

Mbah Qodim “Yah, menjadi Muslim yang Kaffah … ketika bersyahadat … mungkin mudah dalam pelaksanaannya… namun menjaga syahadat itu lah yang menjadikan sempurna … melakukan sholat itu mudah … namun menjaga prilaku bagaikan sholat itulah yang sempurna … melaksanakan puasa itu mudah … berprilaku seperti berpuasa itulah yang sempurna .. demikian pula dengan zakat dan haji …. Bagi mereka yang MAMPU dalam 3 hal akan merasa ringan … namun MAMPU yang ke empat yaitu menjaga prilaku bagaikan haji itu yang sempurna … ini yang akan kita bahas”.

Pak RW “Jadi haji itu adalah prilaku kehidupan kita sehari-hari mbah?’

Mbah Qodim “Nggeh Pak RW, nanti mbah akan berbagi semua rukun Islam dalam kehidupan, mulai dari Syahadat sampai Haji, namun saat ini kita kupas Haji dahulu”.

Suasana terlihat sedikit tegang … namun mbah Qodim tersenyum lalu mulai mengajak jamaah menikmati kopi panas yang siap diseruput.

Pak RW “Ada hubungannya dengan tertundanya membuka makna QS An Nas nih mbah?”

Mbah Qodim kembali tersenyum … “Bapak-bapak sekalian … pertama-tama kita harus merenungi apakah kita ini MANUSIA … kalau kita sudah mengerti makna manusia maka PASTI kita harusnya terpanggil … lalu munculkan KERINDUAN untuk memenuhi panggilan tersebut … ini yang sering terlewati oleh saudara-saudara kita”.

Pak RT “Terlewati mbah?”

‘Srrruuupppp” Kopi panas mulai mengaliri kerongkongan sang tua bersahaja “Jika kita sudah terpanggil maka pertama-tama tekadkan NIAT lalu jadilah manusia seutuhnya … manusia yang YAQIN tidak hidup sendirian, butuh orang lain … butuh bermasyarakat dll, mbah gambarkan saat nama kita terdaftar untuk dipanggil oleh Presiden maka apa yang harus kita siapkan? Sudah tentu, penampilan lalu prilaku, kan tidak mungkin menghadap orang no 1 di Negara ini berpenampilan yang tidak pas, lalu prilaku harus kita jaga, masak tamu presiden kok prilakunya tidak sesuai … nah disinilah banyak yang terlewatkan, rata-rata memotong kompas … cukup undang PENGAJIAN … lalu kata sambutan berisikan mohon maaf apabila ada kesalahan dan mohon doa restu .. lalu mendengarkan tausiah sang penceramah yang biasanya dibumbui iklan berhaji lalu makan-makan, salam-salaman, persiapan deh untuk berangkat.”

Jamaah seperti terbengong-bengong, memang itulah lazimnya yang ada. Pak RW berucap lirih “Lalu bagaimana mbah seharusnya?”

Mbah Qodim “Jika kita di undang Presiden kita harus tahu apa yang disukai oleh Presiden sehingga mengundang kita, ternyata presiden suka sekali tentang pertanian, maka siapkan materi-materi tentang pertanian .. begitu pula dengan Allah SWT … sukanya apasih … nah mulailah dikerjakan setelah niat dimantapkan … yah mbah gambarkan mulailah benahi saat kita mulai mendaftarkan diri sebagai calon haji, mulailah tepati sholat 5 waktu … bagus lagi berjamaah agar tepat waktu, perbanyak puasa sunnah, bersodaqoh dan bersilaturrahmi, namun jangan tunjukan atau kabarkan bahwa ini semua kita lakukan KARENA agar masyarakat tahu .. simpan rahasia itu antara kita dan Allah semata … inilah hakekatnya berIHROM .... membiasakan tubuh kita berpakaian yang putih atau membiasakan berprilaku yang baik ... seringlah bersilaturrahmi ke tetangga-tetangga kita, gali informasi tentang keadaan ekonomi mereka, adakah diantara mereka yang mau makan namun tidak memiliki uang untuk beli beras, adakah diantara mereka yang sakit namun tidak punya uang untuk berobat, hitung financial kita, bisakah kita membantu mereka?? Karena Allah SWT tidak akan melihat kita walau kita paksakan menjadi tamu NYA hanya dikarenakan tetangga kita menangis karena kelaparan.”

Pak RW tampak tegang “Kok berat gitu mbah?”

Mbah Qodim “Berat dimananya pak RW?”

Pak RW “Itu …. Berarti harus doble dong modal kita yang harus dipersiapkan”.

Mbah Qodim “Jika dana untuk berangkat ke Baitullah habis karena tetangga kita yang saat itu memang lebih membutuhkan ya sudah tunda keberangkatan sampai kata MAMPU kembali hadir pak RW, itu tidak akan melunturkan NIAT yang sudah kita tekadkan … lihatlah bagaimana Siti Hajar harus berlari dari Shofa ke Marwah hanya untuk mencari air untuk buah hatinya … Nabi Ismail AS …. Dan itu merupakan salah 1 rukun haji”.

Pak RW menunduk “Belum jelas mbah”.

Mbah Qodim “Saat itu Siti hajar berlari ke bukit Shofa dan Marwah berharap mendapatkan air untuk nabi Ismail AS yang masih bayi, namun Allah SWT justru memberikan AIR yang berasal dari hentakan tumit sang anak … yah ternyata air yang ia cari justru berada dekat dengannya …. DEMIKIAN pula dengan kita yang berusaha mencari Allah SWT … mencari ridho Allah kesana kemari … bahkan mencari PAHALA sampai ke negeri seberang namun kita tidak tahu bahwa sesungguhnya Allah SWT ada di dekat kita .. ridho Nya ada pada sekeliling kita … pahala ada pada tetangga-tetangga kita …. Bersegeralah untuk menolong mereka yang kesusahan laksana lari yang dilakukan oleh Siti Hajar saat mencari air …. dan malulah apabila kita menangis karena BISA menyentuh Baitullah namun ternyata kita gagal menyentuh tangisan dimana Allah SWT yang saat itu justru memindahkan hakekat rumahNya berada di sekitar kita … perhatikan hadist qudsi ini … Allah SWT : Wahai manusia, kenapa engkau tidak memberi-Ku makan?” Manusia : “Bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan padahal Engkau Tuhan semesta alam?” Allah SWT : “Waktu itu ada seorang hamba-Ku yang meminta makan kepadamu, tapi engkau tidak memberinya. Tahukah engkau sekiranya engkau memberi makan kepadanya, niscaya engkau menemukan Aku disana” …. Kita jauh-jauh datang ke Baitullah untuk mencari Allah … padahal saat itu Allah sedang berada dalam rumah tetangga kita yang sedang kelaparan …. Maka mbah tekankan jangan tunjukan atau beberkan bahwa kita ingin berhaji apalagi mohon doa restunya diucap-ucap bahkan dijadikan status di FB… karena kita akan tahu dari silaturrahmi yang kita laksanakan di sekitar tenangga kita itu cukup atau tidak untuk berangkat ke Baitullah apabila cukup, berangkatlah … jika tidak cukup tundalah sampai cukup … karena HANYA SATU KUNCINYA … kita mencari KEBERADAAN ALLAH saat itu …. Dan DIA adalah MAHA MENGETAHUI apa-apa yang tidak kita ketahui … Bapak-bapak sekalian … Baitullah diseberang samudera sana bisa saja mendekat kepada kita bila kita tahu APA YANG DINGINKAN OLEH ALLAH SWT kepada manusia yaitu menerima sertifikat MABRUR/MABRUROH dalam memenuhi PANGGILANNYA”.

Pak RW menunduk "Hakekat nya Rukun Sa'i itu sudah hadir dahulu ya mbah? sebelum Syariatnya kita lakukan disana"

Mbah Qodim berdiri memasuki mushola "Ayo yang batal wudhunya sono wudhu lagi, sholat Isya sudah masuk ini, ndango azan!"

(BERSAMBUNG)

Rabu, 22 Agustus 2018

HAJI BAGIAN 1


Jamaah Mushola Al Latif tampak duduk di teras depan seusai sholat Isya, memang mbah Qodim melarang jamaah untuk ngobrol di dalam mushola, bukan saklek dilarang, niat beliau hanyalah berjaga-jaga dari siasat syetan yang biasanya menyelipkan canda dan gurauan bahkan sedikit menyinggung hujatan yang dibungkus tawa, dalam Mushola dibiasakan untuk beribadah ataupun bermusyawarah, jika ingin obrolan santai maka teras lebih tepat untuk berholaqoh.

“Mbah …. Lha kok repot-repot sih?” pak RW menucapkan basa basi saat mbah Qodim membawa senampan kopi panas.

Mbah Qodim “Selama ini kan mbah sudah banyak ditraktir oleh bapak-bapak, tidak ada salahnya bila saat ini mbah yang mentraktir hehehee”.

Warga pun tersenyum, seorang yang lebih muda umurnya segera sigap membantu mbah Qodim menurunkan gelas-gelas dari nampan untuk disuguhkan kepada jamaah. Lalu mbah Qodim duduk santai beserta warga.

Mbah Qodim “Bagaimana puasa hari ini bapak-bapak?”

Wargapun dengan serempak menjawab “Alhamdulillah mbah” lalu Pak RT membuka obrolan … “Kebetulan nih mbah, kami ingin sedikit memetik hikmah haji, bagaimana sih ibadah haji menurut pandangan mbah?”

Mbah Qodim tampak sedikit mengerutkan dahinya “Ibadah haji itu dalam rukun Islam berada pada posisi urutan ke 5, merupakan penyempurna 4 rukun sebelumnya (lalu mbah Qodim mengangkat 5 jarinya) lihatlah bapak-bapak … jari kelingking ini anggap saja Syahadat, ringan, siapapun bisa mengucapkannya, tidak kenal situasi kaya ataupun miskin, sehat ataupun sakit, semua bisa mengucapkannya (lalu jari kelingking tersebut dilipat oleh mbah Qodim) nah jari manis ini adalah Sholat, dimana orang yang sudah sholat akan merasakan kemanisan hidup, maka tak jarang jari yang satu ini mendapatkan hadiah berupa cincin, menunjukkan betapa indahnya ibadah kedua ini (jari manispun dilipat oleh mbah Qodim, terlihat jari tengah mbah Qodim mulai ditunjuk oleh mbah Qodim) ini Puasa, dimana amalan yang satu ini memiliki kekuatan penyeimbang, amalan luar biasa yang bisa menjadi jembatan bagi yang rajin mengamalkannya (lagi-lagi jari tengah tersebut mbah Qodim lipat) kemudian telunjuk, ini gambaran amalan zakat ataupun shodaqoh, mengapa digambarkan pada jari telunjuk, itu karena orang-orang yang diwajibkan melakukan amalan ini adalah mereka yang sudah memiliki kelebihan rizki maka dengan telunjuk ini ia bisa memerintahkan orang lain (jari telunjukpun mbah Qodim lipat lalu tinggallah jari jempol/Ibu jari) yang terakhir inilah yang lebih besar bentuknya, dimana jari ini sering menjadi perlambang hebat – bagus – luar biasa dan hal-hal baik lainnya, selama masih menghadap ke atas, namun bila di balik maka akan menjadi makna kebalikannya (anehnya mbah Qodim belum melipat jari jempolnya)”.

Pak RW “Kok belum dilipat seperti lainnya mbah?”

Mbah Qodim “Hehehehe, enggeh pak RW … mbah juga lama merenunginya, mengapa jempol ini banyak yang tidak dilipat oleh saudara-saudara Muslim kita, mereka tanpa/dengan sengaja memperlihatkan jempol ini terus menyembul, maka tak heran, sepulang dari ibadah haji maka PANGKAT haji akan mereka letakkan di depan nama mereka”.

 Wargapun mulai merenungi kata-kata mbah Qodim

 Mbah Qodim “Kelingking dilipat maka tak ada sebutan Pak Syahadat, jari manis tetep terlipat makanya tidak ada Pak Sholat, tidak ada Pak Puasa juga Pak Zakat …. Namun anehnya banyak sekali sebutan Pak Haji …. “.

“Itukan karena mereka sudah ibadah haji mbah!” celetuk salah satu warga.

Mbah Qodim mantuk-mantuk “Iya … bila seorang muslim sudah beribadah Haji lalu dipanggil pak haji, kenapa muslim yang sudah melakukan ibadah sholat tidak dipanggil pak Sholat?”

 Semua wargapun mangguk-mangguk “Jadi bagusnya gimana mbah?” Tanya pak RW

 Mbah Qodimpun melipat jempol miliknya, terlihatlah mbah Qodim sedang menggenggam

 “Jadi bagi yang pulang haji jangan kita panggil pak haji dong mbah?” Pak Rt sedikit penasaran.

 Mbah Qodim “Hehehe, itu bukan wewenang kita bapak-bapak, wong kita punya jari-jari sendiri … itu wewenang saudara-saudara kita yang sudah melakukan ibadah haji, apakah mereka ingin menggenggam atau ingin tetap melihatkan jempolnya dalam memegang keislaman mereka”.

 Pak RW “Kalau kita memanggil mereka dengan pak Haji dengan niatan agar mereka selalu mawas diri bagaimana mbah, maksud saya mereka akan menjaga prilaku mereka dengan hati-hati, kan gak etis pak haji tetapi kelakuannya kok g baik”.

Mbah Qodim “Hehehe ya ya ya … memang niatan baik itu baik pak RW namun terkadang niatan baik yang tidak pas pada waktunya justru amat berbahaya bagi yang akan menerima niatan tersebut, lihatlah Rasulullah SAW, beliau tidak menyematkan gelar haji, sahabat-sahabatnya apakah bergelar haji? Contoh Haji Umar Bin Khotob … lalu turun lagi ke generasi selanjutnya kitan contohkan kepada Syeh Abdul Qodir jailani, ada gelar hajinya tidak? … bahkan sampai kepada para wali yang memperkenalkan bangsa ini kepada keislaman apakah bergelar haji? Contoh Haji Maulana Malik Ibrahim?”

Pak RT garuk-garuk kepala “Jadi apa yang akan kita lakukan mbah?”

 Mbah Qodim “Doakan beliau-beliau agar mabrur/mbaruroh tanpa mereka ketahui … itu lebih mulia daripada memanggil gelar mereka, namun semua kembali kepada bapak-bapak, menginginkan mereka menggenggam atau tetap memberi celah jempol mereka tersembul saat memegang keislaman mereka”.

 (BERSAMBUNG)

Selasa, 07 Agustus 2018

Q.S. AL BAQOROH 1 - 3


Di warung mak Narti tampak jelas warga berkumpul dengan wajah yang sangat serius, pak RW selaku yang tertua di kelompok tersebut berkata-kata dengan sangat hati-hati “Coba bapak-bapak sekalian, kita ingat kembali isyaroh mbah Qodim yang berkata GERHANA sebelum PURNAMA … beberapa malam ini saya bertafakur mencari jawabannya, dan Subhan Allah … salah satunya saya temukan dengan adanya bencana di wilayah bangsa kita ini, dimana salah satu putra kebanggaan disana sempat menuju cahaya purnama sempurna .. namun sepertinya purnama itu keburu didahului oleh gerhana, maka jika beliau tersentuh isyarat alam... maka beliau tidak akan ikut pesta besar-besaran di saat orang-orang di sekelilingnya sedang menangis”.

Semua warga Nampak berfikir mencerna kata-kata pak RW, lalu pak RT berkata “Itu baru salah satunya pak RW?”, pak RW pun menengok “Yah … salah satunya, tetapi ini hasil tafakur saya, tentang benar tidaknya jangan bapak-bapak jadikan kesimpulan, itu karena saya ingin belajar dari mbah Qodim akan penilaiannya kepada dunia dan akhirat, semua seperti teta-teki saja …”.

Mak Narti mendekat sambil mengantar kopi para pemesannya “Sebelum bapak-bapak akrab dengan mbah Qodim, saya sudah banyak melihat isyaroh-isyaroh mbah Qodim kepada santri-santrinya yang kini sudah pada merantau, dari isyaroh zaman batu akik sampai zaman ngetril … semua ternyata terjadi pada bangsa ini”.

“Benarkah itu mak?” Tanya pak RT serius, mak Narti yang ditanya bukannya menjawab tetapi melengos pergi.

Pak RW mulai berkata “Begini bapak-bapak, saya ingin ngetes mbah Qodim, tetapi ini semua untuk mengetahui siapa mbah Qodim sebenarnya”. Lalu pak RW memanggil mak Narti “Mak nanti pas mbah Qodim datang, tolong beri beliau kopi tetapi jangan kasih gula, beri garam 3 sendok ya!” Mak Nartipun tidak menyetujuinya, namun karena desakan warga akhirnya mak Narti mengangguk sambil berkata “Kalau mbah Qodim tahu sebelum meminumnya apa yang akan pak RW lakukan?”

Pak RW terdiam lalu menjawab “Saya akan guling2 di jalan sana sebagai konsekwensinya mak”. Warga yang mendengarnyapun pada tersenyum.

15 menit berikutnya mbah Qodim mulai terlihat mendekati warung mak Narti, semua mulai membenahi tempat duduk masing-masing, di belakang mak Narti membuatkan kopi spesial buat mbah Qodim … segelas air panas, setengah sendok kopi dan 3 sendok garam.

Setelah mengucapkan salam dan dijawab warga mbah Qodim duduk diantara warga, mak Narti mulai menghidangkan kopinya, tidak seperti biasa … begitu kopi diletakkan di depan mbah Qodim, orang tua tersebut langsung memegangnya dan membaca doa lalu meminumnya sedikit, setelah minum mbah Qodim tampak diam sambil memandangi kopi yang baru diminumnya … sesaat terlihat hening, lalu pak RW bertanya “Ada apa mbah?” … dengan wajah polos mbah Qodim menjawab “Kopi ini rasanya asin pak RW”. Tiba-tiba warga pun tertawa cekikikan, diantara tertawa paling keras adalah tertawa pak RW yang terlihat lepas ….

Pak RW “Waah maaf mbah … ini kelakuan saya … yah semua demi mempererat dan pemperdekat hubungan kita mbah hehehhe”. Tak lama mak Narti sudah memberikan kopi gantinya, sementara kopi yang berisi 3 sendok garam dipinggirkan di samping kopi pengganti, saat mau di bawa ke belakang, mbah Qodim melarangnya “Jangan mak, kasihan mubazir, nanti pasti aka nada yang meminumnya sampai habis!”. Walau tidak mengerti tetapi mak Narti tetap menuruti kata-kata mbah Qodim.

Pak RW “Sekali lagi kami mohon maaf mbah? Kami tadi dapat ide ini karena mbah Qodim seneng buat teka-teki sih”.

Mbah Qodim tersenyum “Hehhee boten nopo-nopo pak RW, saya senang melihat tawa pak RW, seandainya saya tidak minum kan pak RW tidak akan tertawa sebahagia itu, pak RW mungkin sedang menahan malu karena guling-guling di jalanan sana”.

Kata-kata mbah Qodim tiba-tiba membuat pak RW pucat, warga lainnya hendak tersenyum namun menahannya.

Pak RW “Eh … kok saya guling-guling mbah … hehhe … (sambil memalingkan pembicaraan) ini mbah tentang gempa … yah gempa … itu saya fikir ada kaitannya dengan teka-teki mbah ?”

Mbah Qodim memandang pak RW “Sudahlah, jangan kaitkan apapun dengan omongan mbah, pak RW, tidak baik, yang sudah yah sudah, kita doakan agar tabah dan sabar, jangan dikaitkan dengan apa-apa”.

Pak RW “Habisnya mbah suka teka-teki sih!”

Mbah Qodim “Allah SWT pun sebenarnya suka teka-teki bapak-bapak sekalian … coba lihat Surat Al Baqoroh … surat pertama dalam Al Quran namun dimulai dengan teka-teki … ALIF … LAM .. MIM … dibaca terjemahan tetap Alif Lam Mim … atau ditulis terjemahannya hanya Allah yang Tahu … padahal setiap surat yang dimulai dari ayat teka-teki selalu butuh keimanan dan pemikiran untuk merenunginya …”

Pak RT “Terus mbah ?”

Mbah Qodim “Alif Lam Mim … jika kita renungkan bahwa Allah ingin kita mencari maknanya … mengapa dimulai dengan huruf Alif ? …. Alif itu SATU atau ESA … atau AHAD … jadi walaupun kita belum mengetahui isi Al Quran kita terlebih dahulu di ajak untuk mengesakan NYA … lalu Lam … Latifah … lembut … yah dalam arti tidak dapat dilihat .. diraba .. ataupun lainnya … namun MIM … Ma’rifat … harus kita kenal … jadi Alif Lam Mim mengajarkan jiwa kita untuk mengenal Sang Maha Esa yang tak terlihat oleh panca indera karena maha lembut … namun keberadaannya akan terlihat pada ALIF LAM MIM apabila kita baca alam …. Karena mustahil adanya alam jika tidak ada yang menciptakannya …”

“Lalu mbah?” pak RT mulai serius.

Mbah Qodim “Saat melihat alam ini maka Esakan DIA .. lembutlah kepada alam ini dan kenali alam maka kita akan semakin mengenali yang ESA dan tidak terlihat tersebut?”

Pak RW “Bagaimana cara mengenalnya mbah?”

Mbah Qodim “Baca ayat keduanya … Dzalikal kitabula Roibafihi … Jangan Ragukan Al Quran … jangan ragukan untuk apa ? Huda …jadikan Al Quran sebagai petunjuk arah kehidupan kita … petunjuk untuk menjadi orang yang muttaqin … “.

Pak RW “Orang Muttaqin itu orang yang bagaimana mbah ?”

Mbah Qodim “ Orang-orang yang percaya …”

Pak RT “Bagaimana mbah agar bisa kita mempercayai yang ESA dan lembut tersebut melalui Al Quran … lalu bagaimana agar kita bisa menjadi Muttaqin atau percaya? Apa syarat untuk menjadi orang muttaqin dan siapakah orang muttaqin tersebut?”

Mbah Qodim “ Ayat ketiga Alladzi …yaitu … orang muttaqin yaitu nayu’minuna bilghoib … orang-orang yang percaya pada yang GHOIB … mengapa karena Allah SWT itu ghoib … malaikat itu ghoib … pahala .. dosa bahkan sampai ke neraka dan syurga itu juga pekara yang ghoib …”

Pak RW “Benar-benar sulit yah bah ..kita harus percaya pada yang Ghoib itu … lalu bagaimana mbah agar kita bisa tahu yang ghoib tersebut ?”

Mbah Qodim “Wayuqimunashsholah .. dirikanlah sholat … nah disinilah yang akan kita buka selanjutnya … mendirikan sholat … dan jangan hanya mengerjakan sholat … berbeda antara MENDIRIKAN dan MENGERJAKAN … tetapi nanti kita bahas selanjutnya … lalu sebagai manusia yang memiliki kehidupan diri sendiri dan dunia luar maka mendirikan sholat tidak akan cukup untuk mengenal Allah SWT jika tidak dilengkapi dengan wamimma rozaqnahum yu(n)fiqun ..  dan memberikan sebagian rezeki yang dianugerahkan kepadanya … jadi saat kita sholat itu untuk diri kita sendiri … namun membagikan rezeki kepada sesama itu bukti kita sebagai makhluk yang hidup pada alam dunia dan memiliki kehidupan … maka kita pasti membutuhkan kebersamaan …”

Mbah Qodim berdiri setelah menghabiskan kopi miliknya lalu berkata lirih “Fikirkan saja itu dahulu bapak-bapak … ini sudah kesorean, jadi mbah buru-buru”.

Semua melongo melihat tubuh tua itu meninggalkan warung mak Narti setelah mengucapkan salam.

Pak RT “Apa mbah Qodim masih marah ya .. gara-gara kopinya diberi garam?”

Semua wargapun memaksa pak RW untuk meminum kopi yang berisi garam “Ayo coba rasakan kopi itu pak RW, gimana rasanya !! biar tahu perasaan mbah Qodim tadi... kan tadi mbah bilang tidak boleh mubazir!”

Perlahan pak RW mulai memegang kopi yang diudek dengan 3 sendok garam, dengan membaca Bismillah pak RW memjamkan matanya, lalu ‘sruuup’ ia menyeruput kopi tersebut, mata pak RW terbelalak, semua wargapun semakin penasaran … “Gimana rasanya pak RW hehehhe”.

Pak RW memandangi kopi yang ia pegang “Manis pak, tidak asin”

Warga yang tidak percaya satu persatu menyicipi kopi tersebut sampai keampas-ampasnya … semua merasa takjub mengapa kopi tersebut rasanya manis. Mak Narti yang melihat hal tersebut langsung mendekat dan merebut gelas miliknya … lalu membawanya ke belakang, di belakang secara sembunyi-sembunyi mak Narti mencicipi sisa setetes kopi yang melekat pada ampas kopi tersebut … fikirannya mulai berperang antara kenyataan dan mimpi … bagaimana mungkin kopi yang ia buat dengan campuran 3 sendok garam menjadi manis rasanya.

Senin, 06 Agustus 2018

TA’AWUDZ


Pagi jam 09.00 Adri sudah sampai di rumah mbah Qodim, rumah kecil sederhana dengan dinding bambu menjadikan rumah tersebut terasa seperti sebuah tempat peristirahatan yang menjauhkan diri dari kilauan dunia, beberapa kali mengucapkan salam, Adri belum mendapatkan jawaban, akhirnya ia melangkah ke belakang rumah mbah Qodim, Adri melihat tanaman sayuran tertanam rapi, beberapa kolam dihiasi ikan air tawarpun menjadi pemandangan yang indah, di ujung belakang halaman terlihat pohon kopi coklat yang rimbun, seorang tua sedang duduk di bawah dedaunan pohon tersebut asyik hanyut dalam sebuah aktifitas.

“Assalamu’alaikum, mbah” Adri mengucapkan salam.

 Mbah Qodim yang sedang asyik mengupas biji kopi coklatpun menengok dan membalas salam tersebut “Wa’alaikumussalaam, eh nak Adri, mari kemari”.

Kelalakuan mbah Qodim ini semakin menjadikan dirinya ingin lebih dekat lagi dengan mbah Qodim, bagaimana tidak, sesantai-santainya mbah Qodim, pria tua itu berusaha berdiri menyambut tamunya lalu mengajaknya untuk duduk di bawah rindangnya pohon kopi coklat yang bisa dijadikan titik pandangan ke beberapa kolam dan tanaman sayuran.

“Lagi apa nih mbah?” Adri mulai membuka omongan.

Mbah Qodim “Ini nak, mbah panen biji kopi coklat hehehe, walau cuma 2 pohon, tapi bila kita menjadikannya sebagai bentuk rizki yang diberikan Allah SWT maka melihatnya saja sudah mendapatkan kebahagiaan, nah nak Adri sendiri kok tumben kemari?”

 Adri “Ini mbah, pingin silaturrahmi ke rumah mbah, dan keduanya saya ingin mengabarkan bahwa liburan saya sudah habis, jadi sekalian saya mau pamit sama mbah”.

Mbah Qodimpun mantuk-mantuk, terlihat wajah tuanya menyimpan rasa sedih, “Semoga Allah selalu bersama dirimu nak”.

Adri “Aamiin, terima kasih mbah, rencana saya pulang ke kota nanti malam, tetapi sebelum berangkat saya ingin minta nasehat khusus dari mbah, karena situasi saat ini banyak sekali yang menimbulkan kebingungan, kususnya dalam penjabaran agama kita ini mbah, kenapa banyak sekali perdebatan akhir-akhir ini”.

Mbah Qodim “Ya ya ya, mungkin karena Negara kita sedang pesat-pesatnya terbuka segala informasi nak, bila nak Adri bertemu siapa saja yang senang berdebat, apalagi tentang Agama kita, jawab saja GURUMU BENAR, GURUKU YO BENAR … karena masing-masing guru saat mengajarkan ilmunya kepada murid-muridnya PASTI tidak akan berkata ILMU YANG KITA PUNYA ini paling benar, atau seorang guru tidak akan mungkin berkata kalau bukan seperti ajaranku maka yang lain itu salah, nah, murid inilah yang baru dapat ilmu dari gurunya sering bertemu dengan murid dari guru lainnya .. lalu 1 pelajaran yang sama akan menjadi sebuah perdebatan, mbah gambarkan, di satu sekolahan ada kelas X jumlah kelasnya ada 8 …. Disana ada 2 guru yang mengajarkan pelajaran Matematika, katakan saja X1-X4 Guru A dan X5-X8 Guru B, pelajarannya sama namun cara mengajarkannya berbeda, eh murid kok pada berantem hehhee kan aneh”.

Adri “Enggeh mbah, memang seperti itulah yang terjadi, lalu bagaimana kalau ada guru yang menyalahkan orang lain?”

Mbah Qodim “Berarti dia belum saatnya jadi guru”.

Adri menunduk “Berarti menjadi guru itu sulit yam bah?”

Mbah Qodim “Hehehe ya tidak juga, bagaimana cara kita menyikapinya saja nak, siswa kelas X saat mengajari siswa kelas IX pun saat itu bisa dikatakan sebagai guru, guru untuk adik kelasnya, wong anak SD saja pas mau ngajari anak PAUD hakekatnya saat itu ia sudah menjadi guru kok, namun ADAB mengajar itu yang sering terlupakan, maka walau jenengan sudah bisa ngajari orang lain tetapi masih melihat kejelekan dari ajaran lain orang, maka sebenarnya panjenengan belum bisa menjadi guru, tetapi harus mencari dan mencari guru lagi hhehehe”.

Adri “Iya mbah, lalu bagaimana supaya kita bisa menjadi guru, minimal untuk diri sendiri dan keluarga?”

Mbah Qodim memandang serius ke wajah Adri lalu bibir tuanya mulai berucap “Fahami dan laksanakan Makna Ta’awudz dengan sebenar-benarnya ….”

Adri “Maksudnya A’udzubillahi minasy-syaithoonirrojiim mbah ?”

Mbah Qodim “Ya nak Adri, tahu artinya?”

Adri “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk mbah”.

Mbah Qodim “Bener, nah mungkin mayoritas tahu artinya, namun tak bayak yang tahu maknanya, doa tersebut sebenarnya berasal dari QS An Nahl 98 … tetapi nanti pelajaran itu akan mbah kupas, namun saat ini mbah hanya singgung saja batasan yang disini, Ta’awudz ini adalah bentuk sebuah niat dan usaha bagaimana kita ingin memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan syetan yang terkutuk …. Namun seringkali justru kita kebalikannya ... meminta perlindungan kepada syetan dari sifat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

Adri “Kok begitu mbah?”

Mbah Qodim “Hehehehe iya nak, coba sekarang mbah gambarkan, saat orang sedang berdebat, walaupun sebenarnya sedang membahas topik agama, mereka memenuhi hati mereka dengan rasa sesak dan panas di dada saat mendengar ucapan lawan bicaranya, sehingga dari pancaran mata bahkan lisannya terlihat jauh dari sifat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, mereka hanya ingin menang sendiri, ingin pengakuan bahwa apa yang ia ungkapkan adalah sebuah KEBENARAN yang mutlak, tak jarang kata-kata TABU terucap, KAFIRlah, MURTADlah, SESATlah dan yang lain-lain pokoknya, sifat welas asih saat itu justru jauh dari hati mereka, yang ada adalah singgasana SYETAN dalam dada yang terus menjauhkan prilaku mereka dari sifat-sifat ALLAH SWT….”

Adri Nampak mulai merenungi kata-kata mbah Qodim, ia memutar kembali memori rekaman otak miliknya saat melihat banyaknya perdebatan dalam hal menyajikan agama … embel-embel berjudul KEBENARAN.

Mbah Qodim “Makanya dalam kisah Wali Songo saat menyidang Syeh Siti Jenar, ketika para Wali mulai masuk kedalam TOPIK utama tentang kebenaran menurut keilmuan yang merka punyai, Wali tertua menghentikan sidang, beliau bilang, SAUDARAKU SEKALIAN, TAMPAKNYA SYETAN MULAI BERTENGGER DI HATI KITA … bla bla bla …. Nah Para Wali yang sudah mapan keilmuannya maka semuanya membaca ta’awudz dan Istighfar …. lalu menghentikan dahulu perdebatan … sampai syetan hengkang dari hati mereka... coba kalau kita, hehhee gebrak meja, caci maki dan perbuatan yang jauh dari Sifat-sifat Allah lah yang akan keluar... semua karena kita asyik dengan menetapnya syetan di hati kita”.

Adri “Injih mbah, saya akan gali makna Ta’awudz tersebut pada tindak tanduk dan prilaku saya, semoga saya akan bisa terus belajar memaknai SELAMAT/ISLAM yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah SAW, terakhir nih mbah, sebenarnya saya dapat pesan dari orang yang dekat sama mbah, orang tersebut pesan ke saya bahwa apabila bertemu dengan mbah Qodim yang kesehariannya bertafakur membaca tanda-tanda alam … bahwa mbah dulu pernah berkata kepada beliau semua kejadian yang ada di dunia ini selalu membawa tanda-tanda … sebagai contoh mengatuk adalah tanda-tanda dari tidur walau mengantuk itu bukan mutlak berakhir tidur… namun itu sebuah tanda-tanda ALAMI yang ditunjukkan oleh Allah SWT …. Mendung tanda-tanda akan turunnya hujan, mengandung adalah tanda-tanda adanya kelahiran, bahkan KIAMATpun .. diberi tanda-tandanya …. Yang ingin saya tanyakan … adakah tanda-tanda yang sedang mbah tafakurkan?”

Mbah Qodim menatap tajam wajah Adri, lalu ia memejamkan matanya “Kemarin ….. ada gerhana bulan … ISYAROH PERTAMA … malam adalah gambaran kegelapan …. dan akan bertambah kelam … bila itu kejahatan maka akan semakin menjadi angkara murka …. bila itu kebutaan maka kecerobohan akan jadi akhirnya … jika itu kemiskinan …. maka kenestapaan akan menjadi akhirnya ….maka selalulah INGAT KEPADA ALLAH SWT, SELALU BERMOHON KEPADANYA UNTUK PERLINDUNGAN DARI SEGALA SESUATU YANG TIDAK KITA INGINKAN … Isyaroh kedua … Negara kita kebagian di sepertiga malam untuk menyaksikan gerhana tersebut … bahkan diperkuat 1 hari sebelum purnama, gerhana sudah datang … artinya … akan adanya kekecewaan sebelum selesai kepuasan … akan ada kegagalan sebelum akhir usaha … dan ada pemberhentian sebelum selesai tujuan … GERHANA … sebuah gambaran nyata tertutupnya sebuah kenyataan … namun ini hanyalah tanda-tanda … Allah lah yang menentukan segalanya … amalkan ayat terakhir surat Yasin … dan fahami maksudnya In Syaa Allah kita akan selalu kuat dalam menjaga cahaya pelita jiwa yang kian rapuh terhembus angin berbagai rupa”.

Mbah Qodim tetap menutup matanya dan berusaha menenangkan gemuruh sengal nafas di dadanya.   

Sabtu, 04 Agustus 2018

Al Insanu Mahallul khata’ wan nissiyan



“Eh bapak-bapak pada mau kemana kok rombongan nih ?” Tanya Adri melihat rekan-rekan barunya bergerombol menuju Musholla Al Latif, padahal waktu Sholat Ashar masih lama.

Pak RW menoleh sambil menjawab, “Sudah ikut saja nak Adri, ayo kita temui mbah Qodim!”

Adri akhirnya diam saja, karena ingin mengurangi beban benak difikirannya, sesampainya di Musholla Al Latif terlihat sosok Mbah Qodim sedang menyapu teras Musholla, salam rombongan diucapkan dan dibalas dengan iringan senyuman.

“Ada apa bapak-bapak, biasanya nunggu di warung Mak Narti, eh ini kok rombongan sudah ngeruduk kemari” Tanya mbah Qodim.

Sedikit tersengal pak RT membuka pembicaraan “Begini mbah, kami ingin dengar pendapat mbah tentang dua ulama yang saat ini lagi viral, itu tuh yang katanya tanpa sadar menghina Nabi?”

Mbah Qodim terlihat melengos, lalu menyapu pinggiran teras, “Saya tidak mau ikut-ikutan bapak-bapak, bukankah masalah itu sudah selesai”.

Pak RT “Iya mbah, namun kami ingin memetik hikmahnya, sudilah kiranya mbah memberikan bagaimana pandangan mbah terhadap kejadian tersebut?”.

Mbah Qodim menatap para sahabatnya, lalu meletakkan sapu ijuk ke tempatnya, lalu menuju ke tempat wudhu, walau sesungguhnya wadhu beliau belum batal, namun terlihat mbah Qodim ingin menegaskan kembali untuk bersuci sekali lagi, mungkin agar iya tidak terjebak rayuan syetan dalam mengungkapkan sudut pandangnya.

Setelah berwudhu, mbah Qodim duduk di teras Musholla dan warga segera membentuk holaqoh tanda siap mendengar pendapat mbah Qodim.

Mbah Qodim “Bapak-bapak sekalian … tahukah kenapa dalam waktu 30 malam, rembulan itu hanya 1 malam saja ia bersinar penuh?”

Seluruh warga nampaknya sudah menebak, mbah Qodim selalu membuka muqoddimahnya dengan sebuah pertanyaan perenungan, namun jurus andalan warga lebih baik diam, menggeleng atau berucap tidak tahu.

Mbah Qodim “Itulah perlambang kita semua bapak-bapak, bulan dalam 30 malam hanya sempurna di 1 malam saja, 29 malam lainnya selalu ada sisi kekurangan, sebagai manusia pernahkah kita merenungi berapa lamanya kita sempurna mengingat Allah dalam 1 harinya … berapa lamanya kita sempurna mengingat Allah dalam 1 bulannya … berapa lamanya kita sempurna mengingat Allah dalam 1 tahunnya … atau berapa lamanya kita sempurna mengingat Allah dalam perjalanan usia sampai dengan saat ini? … 1 detik kah ? 1 menit kah ? 1 jam kah ? atau berapa lamanya …. Bahkan saat berdzikir Azma Allah saja, kita masih menyisipkan baying-bayang rumah, anak, makanan dan lain sebagainya ….”

Mata para warga mulai berkaca-kaca, apabila mereka benar-benar memikirkan hal tersebut betapa malunya manusia sebagai seorang hamba di hadapan Sang Maha Pencipta.

Mbah Qodim “Ada pepatah Arab yang berbunyi Al Insanu Mahallul khata’ wan nissiyan … manusia itu tempatnya salah dan khilaf … itu mengapa Allah SWT memberikan kalimat yang mahal harganya … kalimat itu bernama ISTIGHFAR, mengapa mahal harganya, karena pasti kalimat itu tak akan putus kita ucapkan manakala kita mau menghisap prilaku kita sendiri, Hmmm, langsung saja ya, mbah juga tidak ingin masalah ini menjadi panjang dan bertaut-tautan … bila saja kita mau perbanyak ta’awudz maka kita akan mengerti betapa kodrat kita sebagai manusia tak luput dari kesalahan dan dosa … Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seluruh Bani Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan (dosa), dan sebaik-baik manusia yang banyak kesalahannya (dosanya) adalah yang banyak bertaubat.”

Pak RT “Maaf nih mbah, saya lihat klarifikasi ulama tersebut beliau selalu beristighfar dan memohon ampun akan kekhilafannya”.

Mbah Qodim “Subhan Allah wal Hamdulillah, Semoga Allah tetap menjadi Cahaya dalam hatinya”

Pak RW “Tetapi beliau juga mengatakan bahwa semua itu beliau lakukan untuk sarana pendekatan dengan para remaja yang lazim mendengar bahasa-bahasa anak muda, dan beliau juga membacakan dalil yang berasal dari QS Ibrahim ayat 4 yang berbunyi ‘Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana’.

Mbah Qodim manggut-manggut “Enggeh bapak-bapak, namun yang perlu kita renungkan, itu dimaksudkan untuk bahasa-bahasa lazim suatu kaum peradaban, contoh berhadapan dengan orang Arab gunakan ya bahasa Arab, berhadapan dengan orang Indonesia gunakan bahasa Indonesia dan sebagainya … apakah anak muda atau remaja ada bahasa sendiri ? apakah remaja tersebut harus memaksakan kita selaku pemberi nasehat mengikuti bahasa muda mudi tersebut ? In Syaa Allah muda mudi juga akan tetap mengerti dengan bahasa Indonesia yang baik, silahkan bahasa muda mudi dipakai saat membeberkan dan menerangkan sesuatu, namun saat masuk ke sebuah contoh yang menuju kepada intinya gunakan bahasa yang beradab, contohnya, di antara para Nabiyullah, Nabi Musa AS terkenal memiliki kekuatan fisik yang lebih daripada yang lainnya, atau Aisyah RA dikenal juga dengan keramahannya dalam hal berkomunikasi dengan masyarakat saat itu … semua itu kita lakukan karena kecintaan kita kepada beliau-beliau yang mulya”.

Pak RW “Kalau itu karena kekhilafan mbah …????”

Mbah Qodim tersenyum “Allah SWT terkadang menunjukakan Sayang-Nya kepada seorang hamba itu dengan menegur, DIA bisa menggunakan pelantara siapapun, atau dari mulut hamba-hamba lainnya … semua mbah lihat karena KECINTAAN ALLAH terhadap orang tersebut, teguran akan terasa indah pada akhirnya dan akan semakin meningkatkan keimananya ...walau pahit saat diteguk dan dirasakan di kala itu”.

Pak RT “Bagaimana cara agar kita tahu bahwa kekhilafan kita itu berakibat fatal atau tidak mbah bagi keimanan kita?”

Mbah Qodim “Sabda Rasulullah …. Sudah jelas bahwa kita akan selamat jika memegang teguh warisan beliau, Al Quran dan Al Hadist, perkuat kembali bahwa Rasulullah SAW hidup dalam hati sanubari kita, dahulu dalam sebuah kisah Imam Al Ghozali RA pernah mendapat ujian seperti ini, Kitab Ihya Ulumuddin karyanya di tentang oleh Imam Ibnu Hirzihim … bahkan setelah Imam Al Ghozali wafat sekalipun Imam Ibnu Hirzihim tetap ingin membakar kitab Ihya Ulumuddin yang beliau anggap penuh dengan kesesatan dan khurofat, bahkan ada sholawat yang dianggap melecehkan Nabi Muhammad SAW, sholawat tersebut menyebutkan Muhammad yang UMMIYYI …. dengan mengumpulkan seluruh ulama saat itu beliau berencana akan membakar pada hari Jumat, Subhan Allah … Allahumma Sholli ‘ala sayyidina Muhammad, walau Imam Al Ghozali RA sekalipun sudah meninggal namun jiwanya selalu hidup dan memenuhi hatinya dengan Cahaya Rasulullah SAW, maka sebelum hari pembakaran Imam Ibnu Hirzihim bermimpi melihat Iman Al Ghozali RA menghadap Rasulullah SAW yang saat itu ditemai oleh Sayyidina Abu Bakar RA dan Sayyidina Umar RA memohon mengkaji kitab karyanya, Dalam mimpi tersebut Rasulullah SAW membaca kitab Ihya Ulumuddin dari awal sampai akhir, bahkan sempat tersenyum saat membaca ‘Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammadin Nabiyil Ummiyi Wa 'ala Alihi Wa Shohbihi Wa Sallim’ lalu memberikan kepada Sayyidina Abu Bakar RA dan Sayyidina Umar RA untuk membacanya juga, beliau berkata “Demi Allah, buku ini sungguh mulia“ lalu kedua sahabat beliau berkata pula “Demi Allah yang mengutus Nabi Muhammad dengan benar, buku ini sungguh mulia“. Dan dalam mimpi tersebut Rasulullah SAW memerintahkan Imam Ibnu Hirzihim untuk membuka bajunya lalu di cambuk, setelah cambukan yang kelima kalinya, Sayyidina Abu Bakar RA mencoba memohonkan ampun untuknya: “Wahai Rasulullah, mungkin saja dia ingin membela sunnahmu tapi prediksinya salah“. Imam Ghazali menyetujui usulan Sayyidina Abu Bakar RA dan Rasulullah pun memenuhi permohonan itu…. Akhirnya, Imam Ibnu Hirzihim terjaga dari tidurnya, detak jantungnya terasa tidak menentu, rasa gelisahnya semakin menjadi-jadi saat menyaksikan mimpinya begitu nyata, ….dan yang lebih menyayat hatinya takkala ia merasakan jelas di punggungnya ada rasa perih dan tetesan darah, air matanya pun membasahi wjahnya… tanpa berpikir pendek sekalipun, ia segera menceritakan apa yang ia alami kepada seluruh tokoh dan masyarakat... Ia bersaksi bahwa karya Imam Ghazali adalah kitab suci yang mulia…. jika ada yang belum mempercayai akan mimpinya, maka luka di punggungnya sebagai bukti paling nyata... luka itupun terus menyakiti… dan rasa sakit itu terus menemani hingga berbulan-bulan lamanya … Imam Ibnu Hirzihim lalu bertaubat... beliau sadar bahwa memusuhi auliya’ adalah kriminal yang amat besar… beliau kembali mengkaji dan mengamalkan kitab Ihya’ Ulumuddin serta mengajarkannya kepada khalayak umat…. Tak lama dari itu… Rasulullah SAW datang menjumpainya dalam mimpi dan menghapus luka punggung dan hatinya, akhirnya beliau bebas dari segala belenggu yang telah lama menghantui perasaannya”.

Pak RW tiba-tiba sesegukkan “Lalu ulama yang satu lagi bagaimana mbah?”

Mbah Qodim “Beliau juga sebenarnya niatnya mungkin untuk meluruskan kembali .... NAMUN ... Intinya semua harus mawas diri, KETIKA SESEORANG BENAR dan MERASA PALING BENAR … sesungguhnya ia sudah tergelincir pada yang SALAH … namun jika KETIKA manusia tersebut dalam kesalahan dan mengaku SALAH … sesungguhnya ia sudah pada anak tangga KEBENARAN … sebagai sesama muslim HANYA ADA SATU TEKAD … saling NASEHAT MENASEHATI dan bukannya SALING MENGHAKIMI …. In Syaa Allah itu akan kita bahas dalam BAB Ta’awudz … In Syaa Allah … In Syaa Allah …"
     

Kamis, 02 Agustus 2018

Q.S. YASIN 1 – 11


“Bapak-bapak sekalian, coba kita renungkan, kok makna Surat An Nas sepertinya selalu tertunda, mbah Qodim itu penuh dengan teka teki, selalu ada saja kejadian-kejadian yang justru perlu di dedar sebelum Surat An Nas”. Pak RW membuka pembicaraan saat warga sudah berkumpul di warung mak Narti, semua mulai mencermati kata-kata pak RW, mereka semua mulai memikirkan apa yang sebenarnya sedang berjalan tersebut demikian pula dengan Adri yang sudah berada di holaqoh tersebut,

Pak RW “Eh .. nak Adri, panjenengan itu kan sudah banyak menimba di tempat lain, bisa gak kira-kira memecahkan teka teki ini?”

Adri pun merenungi pertanyaan pak RT, ia mencoba mengingat-ingat kode alam mbah Qodim yang sempat ia terima saat menjelang pulang sholat Isya waktu lalu “Mbah Qodim pernah saya Tanya tentang Mukzizat Al Quran yang agung ini bapak-bapak, beliau hanya tersenyum dan melirik buku-buku yang sering saya bawa, dan berkata sedikit saja, apa yang membuat nak Adri suka ketika baru melihat sebuah buku?, itu saja bapak-bapak, lha panjenengan sedoyo itu kan yang lebih lama bareng mbah Qodim”.

Semua manggut-manggut, namun terlihat berfikir keras mencari sebuah jawaban, lalu pak RW bertanya sambil memperhatikan satu buku milik Adri yang ia pegang “Dulu waktu beli buku ini apa yang membuat nak Adri suka?”

Adri “Yah pertama sudah pasti dari sampulnya pak, lalu judulnya, sebulum saya sah beli buku ini pertama yang saya lihat ya sampul depan dan belakang, lalu saya amat-amati judulnya, biasanya ada keterkaitan antara judul dan gambar dari sebuah buku, itu akan menggambarkan sekilas tentang isinya”.

“Nah ini dia !!!” Tiba-tiba pak RW menggebrak meja di depannya, semua warga yang ada di warung mak Narti tampak kaget, mak Narti dari dapur warungpun terlihat berlari kecil menghampiri.


Pak RT “Bikin kaget aja pak RW ini … jantung ku hampir copot rasane”.

Pak RW cengengesan “Maaf hehehhe, itu sangking senengnya hehhehe”.

Adri “Maksudnya gimana pak RW?”

Pak RW mengambil duduk sempurna (lagaknya mulai meniru mbah Qodim apabila mulai masuk dalam mendedar makna) “Bapak-bapak sekalian, kita ketahui sampul depan Al Quran itu kita anggap saja Surat pertamanya …. Yaitu Surat Al Fatihah .. lalu tiga QUL atau Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nas adalah surat penutup, tepatnya An Nas adalah surat ke 114 …. Ini ada kaitannya dengan kata judulnya … AL QURAN … jelas diskripsi awalnya di Al Fatihah dan ada 3 Qul belakangnya.. saat ini kita sudah mendapat 2 Qul .. tinggal yang terakhir … maka ini yang membuat mbah Qodim seperti menunggu Rangkumannya selesai, lagipula kita semua belum menjawab mengapa Allah berfirman raja dulu baru sesembahan … hemm banyak sekali yang memang masih harus kita renungkan”.

Mak Narti “Sttt bapak-bapak sekalian, itu mbah Qodim datang”.

Wargapun mulai memperbaiki kembali tempat duduknya masing-masing, sebuah salam terdengar merdu dan tenang, jawaban salampun terlihat antusias mengantarkan langkah tua menuju tempat duduknya.

Mbah Qodim “Wah tampaknya jiwa-jiwa yang sudah menghidupkan pelita hatinya semakin banyak nih, Alhamdulillah”.

Pak RW “Enggeh mbah hehhehe”.

Mbah Qodim “Lagi ngobrolin apa nih?”

Pak RW sedikit gugup “Ini mbah, kita ada PR dari sahabat kita Dawud Ahdda, di era zaman modern ini, banyak sekali yang sudah tahu ilmu-ilmu agama, namun kok banyak yang melanggarnya, lha kita selaku muslim kan wajib untuk memberitakan yang sebenar-benarnya, yah walau pahit harus kita ingatkan, gitu mbah?”

Mbah Qodim “Benar itu pak RW, kewajiban kita ya memang harus mengingatkan walau disesuaikan dengan kadar keadaan diri kita masing-masing, wajib disini lah yang mebuat kita berdosa bila diam saja, namun kadar diri akan membatasi tindakan berlebihan dari kita, contoh apabila kita melihat orang mabuk-mabukan, wajib kita ingatkan namun disesuaikan dengan kadar diri yaitu bukan melabrak langsung ke kelompok yang sedang mabuk-mabukan tersebut, namun dengan cara melaporkan kepada pihak yang berwenang, perbuatan itulah yang akan menggugurkan kesalahan kita, jika kita diam saja karena cari selamat atau karena gak enak, justru sebenarnya kita mulai menjauh dari selamat itu sendiri dan akan dibuat tidak enak pada suatu kelak, contohnya kita diam dan tidak mau lapor, eh .. taqdir Allah berkata bahwa anak kita lewat di depan rombongan tersebut, lalu terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan … namun ini hanya contoh saja bapak-bapak”.


Pak RT “Iya mbah, itu memang menjadi folemik buat kita semua, namun yang membuat hati teriris-iris itu sudah ngomongin benar namun tidak di dengar, sakitnya tuh disini, mbah” sambil menggenggam tangan kanan di tempelkan di dada kiri pak RT

Semua terlihat menahan senyum, namun masih terlihat mengembang bibir masing-masing.

Mbah Qodim pun ikut tersenyum “Hehehhe enggeh pak RT … jika ada 1 orang dokter namun pasiennya 30 orang, yang diperlukan sang dokter yaitu SABAR dan ISTIQOMAH… karena manusia sudah memiliki kemampuan sesuai dengan batas kadarnya masing-masing, namun jangan berhenti untuk tetap mengobati, dahulu … ada yang merasakan kepiluan seperti pak RT, namun kadarnya jauuuuuuuuuuuh lebih besar.”

Pak RT “Siapa mbah ?”

Mbah Qodim “Rasulullah SAW, seseorang manusia mulya yang sudah diizinkan melihat gambaran syurga yang berlimpah mahligai kebahagian dan diperlihatkan pula Neraka yang dipenuhi derajat tertinggi kenestapaan, beliau berjuang untuk mengajak orang-orang disekitarnya agar SELAMAT/ISLAM dari lubang Neraka yang jalannya justru lebih mulus daripada jalan menuju ke Syurga … namun umatnya justru memeranginya, mencibirnya bahkan tidak sedikit yang menfitnahnya.”

Adri “Lalu mbah?”

Mbah Qodim “Kesedihan yang sangat dalam itulah yang menjadikan Allah SWT menurunkan Surat Yasin untuk menghibur Rasulullah SAW, maka surat Yasin dikenal juga sebagai HATINYA Al Quran”.

Semuanya mulai menundukkan kepala.

Mbah Qodim “Bayangkan, andaikata semua orang sengsara, sebagai contoh desa kita kemarau panjang dan semua tidak ada air, lalu kita sendiri yang memiliki air, pastilah rasa syukur akan terus kita panjatkan kepada Allah SWT, itu karena kadar iman kita segitu, namun bagi Rasulullah SAW … bila beliau sendiri yang SELAMAT/ISLAM … sampai ke Syurga-Nya namun yang lain di neraka maka itu menjadikan Hati Beliau tercabik-cabik terbebani kesedihan yang mendalam, yang Rasulullah inginkan bahwa kita-kita semua SELAMAT/ISLAM bersama beliau menuju kebahagiaan hakiki, ini mengapa Allah SWT berfirman YAASIIN ….apa bapak-bapak tahu arti Yaasiin?”.

Pak RW “Hanya Allah yang Tahu mbah”.

Mbah Qodim “Ya ya ya … memang itu yang sering kita dapatkan di sekitar kita, namun apabila kita jeli, lihatlah pada Sholawat Badar … ‘Ala Yaasiin Habibillah … kepada Yasin kekasih Allah … siapa Yasin yang dimaksudkan dalam sholawat Badar?”

Pak RW “Nabi Muhammad SAW, mbah!”

Mbah Qodim “Enggeh pak … Allah SWT terkadang memanggil Junjungan kita dengan nama-nama kusus yang maknanya menunjukkan kasih sayang yang lebih pada saat itu, Yaasiin, Toha dan banyak lagi yang lainnya, anggap saja nama mbah, 'Qodim', namun saat tertentu orang tua mbah memanggil mbah dengan panggilan NGGEER atau Tole atau lain sebagainya, disesuaikan dengan keadaan mbah saat itu, dan itu Hak Allah SWT, namun kita sebagai umat Rasulullah SAW setidaknya tahu maksud dari Yaasiin itu”.

Mak Narti diam-diam mendekati holaqoh warga dan duduk mendengarkannya.

Mbah Qodim “Panggilan Allah SWT yang disampaikan Malaikat Jibril AS tampaknya belum bisa menuntaskan kesedihan Rasulullah SAW, maka Firman keduapun diwahyukan kembali WAL QUR’ANIL HAKIM Demi Al Qran yang penuh dengan hikmah … disini Allah SWT ingin membangkitkan semangat dakwah Rasulullah SAW yang tidak didengarkan oleh umatnya, sebuah energy dari Al Quran yang merupakan Mukzizat mulya yang mengandung banyak hikmah, namun Rasulullah SAW belum juga lepas dari kesedihannya … maka INNAKA LAMINAL MURSALIN …. Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari rasul-rasul … maknanya adalah apabila Rasulullah memperhatikan Al Quran maka sebenarnya Rasul-rasul Allah SWT sebelum beliau … pasti akan merasakan juga kepedihan dalam hal berdakwah … ‘ALA SHIROTI(N)MUSTAQIM … yang berada diatas jalan yang lurus … Allah SWT ingin memberikan kekuatan moril bahwa tindakan Rasulullah masih dalam kaidah-kaidah KEBENARAN … karena Rasulullah belum banyak perubahan dalam kesedihan maka TANZILAL AZIZIRROHIM … sebagai wahyu dari Sang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang …. Disini Allah SWT mulai menyinggung keperkasaan-Nya namun tidak meninggalkan sifat Penyayang-Nya”.

Adri “Maksudnya gimana Mbah?”

Mbah Qodim “Artinya … Allah itu Maha Perkasa atas ketentuan-Nya namun masih memberi waktu untuk hamba-hamba-Nya sudah tentu itu karena Kasih Sayang-Nya … lalu Allah SWT mulai memberikan kejelasan LITU(N)DZIRO QOUMA(N)MA U(N)DZIRO ABA UHUM FAHUM GHOFILUN … Agar kamu memperingatkan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum diberi peringatan, karena itu mereka lalai … disini Rasulullah diberi gambaran bahwa sebeuah generasi itu merupakan tanggung jawab dari generasi sebelumnya, kesalahan anak merupakan tanggung jawab orang tua, maka untuk memutuskan rantai keburukan, bila orang tua mereka tidak mengajarkan kebaikan maka kita wajib berdakwah kepada mereka … LAQOD HAQQOL QOULU ALA AKSTARIHIM FAHUM LAA YU’MINUN … Sesungguhnya telah berlaku ketentuan Allah kepada mereka, karena mereka tidak beriman…. Maknanya adalah Allah Maha Tahu tentang mereka yang akan tetap inkar, namun Rasulullah SAW harusnya terus berdakwah … karena hidayah itu HAK ALLAH SWT … INNA JA’ALNA FII A’NAQIHIM AGHLALA(N) FAHIYA ILAL ADZQONI FAHUM MUQMA(KH)UN … Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka lalu tangan mereka diangkat ke dahu, maka karena itu mereka tengadah … walau nasehat benarpun mereka sudah terikat pada kesombongan … WA JA’ALNA MI(N) BAINI AIDIHIM SADDA(N)WAMIN KHOLFIHIM SADDA(N) FAAGHSYAINA HUM FAHUM LAYUBSHIRUN … Dan Kami berikan dinding di depan dan di belakang mereka, dan Kami tutup mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat … WA SAWAUN ‘ALAIHIM A A(N) DZARTAHUM AM LAM TU(N)DZIRHUM FAHUM LAYU’MINUN … Sama saja apakah kamu meberikan peringatan kepada mereka ataupun tidak, mereka tetaplah tidak beriman …. “.

Adri “Mengapa Rasulullah tetap harus berdakwah mbah jika Allah sudah mengetahui bahwa mereka tidak beriman?”

Mbah Qodim tersenyum mendengar pertanyaan Adri “Yaah … kelak bila mereka di masukkan ke dalam neraka karena kesalahan mereka tetapi mereka bisa saja protes … salah kami dimana …. kami tidak tahu dimana kesalahan kami ... Nah ini akan membuat presepsi Allah tidak adil … tetapi jika mereka sudah pernah diperingati lalu mereka bertanya kenapa mereka disiksa ... maka Allah akan menjawab, dulu AKU pernah mengutus Rasul KU untuk memperingatkan kalian … NAH ... pasti mereka tidak akan bisa protes lagi … begitu juga saat ini, jika kita tidak ada yang memberi tahu bahwa berjudi itu dilarang, pasti kita akan protes kalau ditangkap Polisi, tetapi kalau kita sudah diberi tahu tetapi masih nekat judi yah dipenjaralah kita …..tetapi pada ayat ke 11 nya Allah SWT berfirman … INNAMA TU(N)DZIRU MANITTABA’ADZDZIKRO WAKHOSYIYARROHMANA BIL GHOIB, FABASYIRHU BIMAGHFIROTI(N) WA AJRI(N) KARIM .. Sesungguhnya kamu hanya memperingatkan mereka yang mau mengikuti dan takut kepada Allah Yang Maha Pemurah … walau mereka belum pernah melihat Allah SWT … maka berilah kabar gembira kepada mereka tentang ampunan dan pahala yang mulia …”

Pak RT “Jadi 'pasti' masih akan ada yang mendengarkan nasehat-nasehat baik kita mbah”

Mbah Qodim mengedipkan mata kanannya “Yups … Ainul Yaqin masih banyak pak … sampai pada ayat ini Rasulullah SAW bangkit kembali semangatnya untuk berdakwah”.

Pak RT kembali memegang dada dirinya “Tapi sakiiiiiit mbah rasanya kalau keinginan baik kita tidak didengar oleh mereka …”

Gigi putih mbah Qodim terlihat saat senyumnya melebar “Kita ini umat Rasulullah SAW, belum seujung kukunya dalam hal sakit pak RT, pernahkan kita berdakwah dibalas ludah … pernahkah kita dakwah dibalas lemparan batu … pernahkan kita dakwah dibalas perang hingga renggutan nyawa … hehhee kita semua belum bertemu itu pak RT … (Mbah Qodim menghela nafas) namun Rasulullah SAW sudah bahkan ribuan kali merasakannya (Mata mbah Qodim menjadi basah dan senyumannya terlihat langsung menghilang)”.