Sabtu, 17 Juni 2017

MUHASABAH DIRI


Keindahan dan kebahagiaan yang tertuang pada dunia maya ... 
Bisa saja merupakan cover si pemilik akun....
Jalan hidup seseorang berkembang sesuai dengan jalan hidup yang ia lalui..
dan orang lain tidak akan mengetahuinya secara pasti....
jangan pernah membandingkan apa yang tampak di “PERMUKAAN" hidup orang lain
dengan apa yang ada di “BAGIAN TERDALAM" hidup kita.
Kalau kita merasa terpesona saat melihat keindahan dan kebahagiaan orang lain...
segeralah renungkan dalam hati kita ....
mungkin kita belum bersyukur atas diri nikmat Tuhan yang ada pada diri kita ...
Mulailah untuk menyempurnakan rasa syukur atas apa yang kita miliki....
dan tetap yakin akan ketepatan Tuhan dalam memberikan hak kepada masing-masing hamba NYA....
Dahagakan jiwa kita kepada orang-orang yang tepat, yaitu mereka yang berilmu dan mengamalkannya di jalan kebaikan, serta mereka yang berharta dan membelanjakannya di jalan kebaikan.
Niatkan untuk dekat dengan mereka ...
Tinggalkan berbalas status merasa paling benar ...
Tetapi berkobarlah mengeluarkan gagasan-gagasan kebaikan ...
Berkobarlah untuk sebuah karya yang menjadikan orang lain ikut bahagia ...
JANGAN MENJADI HAKIM ATAS PRADUGA DAN NAFSU DIRI KITA SENDIRI
Jauhi membandingkan ujian orang lain serasa lebih ringan daripada ujian yang kita terima..
Hakekat Ujian hanyalah untuk menunjukkan siapa yang KUAT
dan siapa yang LEMAH di mata TUHAN ..
Jika sebuah UJIAN kita rasakan ringan belum tentu bila dirasakan oleh orang lain ...
DEMIKIAN JUGA SEBALIKNYA ...

KETENANGAN CAKRA JIWA

Minggu, 11 Juni 2017

PEMBAGIAN MENDIDIK ANAK MENURUT TAHAPAN USIA


Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra. Merumuskan cara memperlakukan anak:

1. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anak sebagai raja.

2. Kelompok 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun), perlakukan anak sebagai tawanan.

3. Kelompok 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun), perlakukan anak sebagai sahabat.

►ANAK SEBAGAI RAJA (di usia 0-7 tahun)

Melayani anak dibawah usia 7 tahun dengan sepenuh hati dan tulus adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan. Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi perkembangan prilakunya, misalnya: Bila kita langsung menjawab dan menghampirinya saat ia memanggil kita- bahkan ketika kita sedang sibuk dengan pekerjaan kita – maka ia akan langsung menjawab dan menghampiri kita ketika kita memanggilnya.

Saat kita tanpa bosan mengusap punggungnya hingga ia tidur, maka kelak kita akan terharu ketika ia memijat atau membelai pungung kita saat kita kelelahan atau sakit.

Saat kita berusaha keras menahan emosi di saat ia melakukan kesalahan sebesar apapun, lihatlah dikemudian hari ia akan mampu menahan emosinya ketika adik/ temannya melakukan kesalahan padanya.

Maka ketika kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk melayani dan menyenangkan hati anak yang belum berusia tujuh tahun, insya Allah ia akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan, perhatian dan bertanggung jawab. Karena jika kita mencintai dan memperlakukannya sebagai raja, maka ia juga akan mencintai dan memperlakukan kita sebagai raja dan ratunya.

►ANAK SEBAGAI TAWANAN (diusia 8-14 tahun)

Kedudukan seorang tawanan perang dalam islam sangatlah terhormat, Ia mendapatkan haknya secara proporsional, namun juga dikenakan berbagai larangan dan kewajiban. Usia 7-14 tahun adalah usia yang tepat bagi seorang anak bagi seorang anak untuk diberikan hak dan kewajiban tertentu.

Rasulullah SAW mulai memerintahkan seoang anak untuk sholat wajib pada usia 7 tahun, dan memperbolehkan kita memukul anak tersebut (atau menghukum dengan hukuman seperlunya) ketika ia telah berusia 10 tahun namun meninggalkan sholat. Karena itu usia 7-14 tahun adalah saat yang tepat dan pas bagi anak-anak kita untuk diperkenalkan dan diajarkan tentang hal-hal yang terkait dengan hukum-hukum agama, baik yang diwajibkan maupun yang dilarang, seperti:

1. Melakukan sholat wajib 5 waktu
2. Memakai pakaian yang bersih, rapih dan menutup aurat
3. Menjaga pergaulan dengan lawan jenis
4. Membiasakan membaca Al-Qur’an
5. Membantu pekerjaan rumah tanngga yang mudah dikerjakan oleh anak susianya
6. Menerapkan kedisiplinan dalam kegiatan sehari-hari Reward dan punishment (hadiah/penghargaan/ pujian dan hukuman/teguran) akan sangat pas diberlakukan pada usia 7 tahun kedua ini, karena anak sudah bisa memahami arti dari tanggung jawab dan konsekuaensi.

Namun demikian, perlakuan pada setiap anak tidak harus sama kerena every child is unique (setiap anak itu unik)

►ANAK SEBAGAI SAHABAT (diusia 15-21 tahun)

Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak akil baligh. Sebagai orang tua kita sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberi contoh atau teladan yang baik seperti yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib karomallahu wajhah.
Berbicara dari hati kehati Inilah saat yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, menelaskan bahwa ia sudah remaja dan beranjak dewasa.

Perlu dikomunikasikan bahwa selain mengalami perubahan fisik, Ia juga akan mengalami perubahan secara mental, spiritual, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga sangat mungkin akan ada masalah yang harus dihadapinya. Paling penting bagi kita para orang tua adalah kita harus dapat membangun kesadaran pada anak-anak kita bahwa pada usia setelah akil baliqh ini, ia sudah memiliki buku amalannya sendiri yang kelak akan ditayangkan dan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Memberi Ruang Lebih Setelah memasuki usia akil Baligh, anak perlu memiliki ruang agar tidak merasa terkekang, namun tetap dalam pengawasan kita.

Controlling tetap harus dilakukan tanpa bersikap otoriter dan tentu saja diiringi dengan berdo’a untuk kebaikan dan keselamatannya. Dengan demikian anak akan merasa penting, dihormati, dicintai, dihargai dan disayangi. Selanjutnya, Ia akan merasa percaya diri dan mempunyai kepribadian yang kuat untuk selalu cenderung pada kebaikan dan menjauhi perilaku buruk.
Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat. Waktu usia 15- 21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung jawab yang lebih beratdan lebih besar, dengan begini kelak anak- anak kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan dapat diandalkan.

Contoh pemberian tanggung jawab pada usia ini adalah seperti memintanya membimbing adik- adiknya, mengerjakan beberapa pekejaan yang biasa dikerjakan oleh orang dewasa, atau mengatur jadwal kegiatan dan mengelola keuangannya sendiri.
Semoga Allah memberikan kita anak-anak yang shaleh dan berbakti.

“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha pendengar doa.” (QS. Ali Imran: 38).

JAUHI KESOMBONGAN


Berhati-hatilah terhadap macam-macam sifat Takabbur (sombong) yang bisa menjerumuskan kita kepada kecelakaan jiwa dan raga kita :

1. Riya'  : Aktivitasnya merasa ingin dilihat org lain

 2. Sum'ah : Aktivitasnya merasa ingin didengar org lain

3. 'Ujub : Merasa bangga dgn kelebihan dirinya dlm hal rupa/ilmu.

4. Fakhr : Merasa bangga dgn kelebihan harta, & tahta yg dimilikinya

5. Ikhtiyal : Merasa ingin tidak tersaingi oleh org lain, dan ingin selalu tampil berbeda

6. Tasahhul : Menganggap enteng org lain/meremehkannya.

7. Ananiyah : Egois/mementingkan diri sendiri.

. 8. Syuhh :  (kikir jiwa) dgn ciri2nya ada 5 :
▪ Selalu mengingat-ingat kelebihan/ kebaikan dirinya
▪ Mudah sekali melupakan kebaikan org lain trhadapnya
▪ Jika ia salah, tdk prnah mau minta maaf
▪ Jika org lain salah, tdk mau memberi maaf
▪ Org harus menuruti keinginannya, tapi dia tidak peduli dgn keinginan org lain.

Mari kita saling berbagi dalam kebaikan

TERKADANG APA YANG KITA RISAUKAN JUSTRU MERUPAKAN JALAN MASUK KEJADIAN YANG AKAN MENIMPA


"Suatu hari, Rasulullah Saw menjenguk seseorang yang sedang sakit demam. Beliau menghibur dan membesarkan hati orang tersebut.

Beliau berkata, 'Semoga penyakitmu ini menjadi penawar dosamu’.

Orang itu menjawab, 'Tapi ini adalah demam yang mendidih, yang menimpa orang tua yang sudah peot, yang bisa menyeretnya ke lubang kubur’.

Mendengar keluhan orang itu, Rasulullah Saw berkata, ‘Kalau demikian anggapanmu, maka akan begitulah jadinya’. (HR. Ibnu Majah)

Sungguh indah apa yang dikatakan Rasulullah Saw. Perhatikan pesan-pesan Rasulullah berikut ini :

"Barangsiapa yang ridha, maka keridhaan itu untuknya. Barangsiapa mengeluh, maka keluhan itu akan menjadi miliknya"  (HR. at-Tirmidzi)

"Salah satu kebahagiaan seseorang adalah keridhaannya menerima keputusan ALLAH." (HR. Ahmad)

Jika kita memikirkan bahagia, maka kita akan bahagia.

Jika kita berpikiran sedih, maka kita menjadi sedih.

Jika kita berpikiran gagal, kita menjadi gagal

Jika kita berpikiran sakit, kita pun menjadi sakit.

Selalu berfikir yang positif dan jangan pernah biarkan pikiran negatif membelenggu otak dan kehidupan yang kita jalani.

Jadi ... tetaplah semangat dan jangan pernah menyerah pada keadaan. Tugas kita hanya 2, yaitu : Berdoa dan Berusaha secara optimal. Sedangkan selanjutnya itu kita serahkan kepada  ALLAH SWT.

Nabi SAW bersabda : "Ketika seorang hamba berkata Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah, maka ALLAH berfirman, "Lihatlah (hai para malaikat), orang ini telah menyerahkan urusannya kepadaKu". (HR. Ahmad).

Semoga Bermanfaat