Rabu, 17 Desember 2014

HIDAYAH

Oleh : Ketenangan Cakra Jiwa ( Syajaratul Yaqin )



"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siap yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya" (QS Al-Baqarah: 272).

Setelah menerangkan tentang orang-orang beriman pada ayat-ayat sebelumnya, pada ayat ini Allah Swt. mengalihkan pembicaraan-Nya kepada Rasulullah Saw.

Pembicaraan ini dilakukan dalam rangka untuk menetapkan beberapa hakikat besar yang mempunyai pengaruh yang sangat dalam untuk membangun dan menegakkan persepsi yang benar di atas prinsip-prinsip Islam.

Pembicaraan ini juga sangat mempengaruhi tegaknya suluk Islami (tingkah laku yang Islami), sebuah jalan yang telah ditentukan Allah Swt. yang dijelaskan pada ayat ini.

Pada awal ayat ini Allah mengatakan, "Laisa ‘alaika hudahum walakinnallaaha yahdi man yasyaa" (Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya).

Pada ayat ini Allah Swt. menerangkan kepada kita tentang masalah hati, khususnya tentang masalah masuk atau tidaknya hidayah Allah kepada hati seorang manusia. Ketika seseorang mendapatkan hidayah dari Allah Swt. maupun tetap berada pada kesesatan, hal bukan berada dalam kekuasaan manusia, akan tetapi semata-mata hak prerogatif Allah Swt.

Sampai-sampai manusia yang paling mulia sekalipun, yang dalam hal ini adalah Rasulullah Saw. tidak mempunyai wewenang untuk memberikan hidayah kepada manusia.

Yang dimaksud hidayah di sini adalah hidayatut taufiq (petunjuk yang bisa menjadikan seseorang beriman kepada Allah Swt.), bukan hidayah yang artinya al-irsyad wal bayan (memberikan penjelasan tentang Islam).

Hidayah yang artinya adalah memberikan penjelasan tentang Islam kepada orang lain, hal itu dimiliki oleh Rasulullah Saw., sebagaimana juga kita memilikinya.

Pemahaman yang benar tentang masalah hidayah ini penting, agar tidak terjadi kesalahan dalam memahaminya. Kalau kita salah dalam memahaminya, mungkin kita menyangka bahwa ada kontradiksi (ta’arud) antara ayat ini dengan ayat yang lain yaitu ketika Allah Swt. berfirman,

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur`an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur`an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur`an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (QS Asy-Syura: 52).

Jika pada ayat di atas Al-Qur`an menegaskan bahwa Rasulullah Saw. (dan umat Islam semuanya) bisa memberikan hidayah kepada seseorang, pada ayat yang lain Allah menegaskan bahwa manusia tidak bisa memberikan hidaya, sebagainya yang terdapat pada firman Allah,

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS 28 : Al-Qashash: 56).

Orang yang tidak memahami arti hidayah akan menyangka bahwa dalam Al-Qur`an ada kontradiksi antara ayat-ayatnya, karena pada QS Asy-Syura ayat 52 mengatakan, “Wa innaka latahdii ilaa shiroothil mustaqiim” (Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus), sedangkan pada ayat 272 QS Al-Baqarah, Allah menerangkan bahwa Rasulullah tidak bisa memberikan hidayah.

Perlu kita pahami bahwa hidayah yang Allah nafikan dari Rasulullah Saw. adalah hidayatut taufiq, yaitu hidayah yang menyebabkan seseorang beriman kepada Allah Swt.

" Hidayatut taufiq ini semata-mata milik Allah Swt. saja "

Jika ada orang yang suka berbuat maksiat kemudian mendapatkan hidayah sehingga ia tidak lagi berbuat maksiat, hanyalah Allah yang bisa memberinya hidayah seperti itu. Ini tidak bisa dilakukan oleh manusia sebagai seorang hamba, sekalipun ia hamba yang paling mulia seperti Rasulullah Saw., karena itu hanya dimiliki oleh Allah Swt.

Oleh karena itu hanya kepada Allah-lah manusia seharusnya mohon hidayah. Dan agar mendapatkan hidayah dari Allah Swt., setiap Muslim harus benar-benar siap untuk ber-talaqi (menerima petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan ajaran Allah) hanya dari Allah Swt. saja.

Jika seorang Muslim yang sekaligus juga seorang da’i telah memahami bahwa hidayah semata-mata dari Allah Swt., maka dalam dakwahnya ia tidak akan tertimpa dzikush shadr (merasa sempit dada) jika dakwah yang dilaksanakan menemui banyak rintangan.

Sebaliknya, ketika dakwah yang disampaikannya mendapatkan sambutan yang antusias dari masyarakat, maka ia pun tidak akan ghurur (tertipu) dengan keberhasilannya itu.

Ketika setiap da’i memahami bahwa hidayah hanya ditangan Allah Swt., baik ketika orang yang didakwahi mendapatkan hidayah dengan menerima dakwahnya atau tidak mau menerima dakwahnya, ia akan tetap melaksanakan dakwahnya, karena ia paham bahwa dakwah itu sendiri merupakan ibadah, terlepas apakah obyek yang didakwahi mendapatkan hidayah atau tidak.

Jadi saudara-saudara kita sesama Muslim atau pun yang non-Muslim yang kita dakwahi adalah aset pahala yang tidak boleh kita musuhi. Kalau obsesi kita dalam berdakwah adalah agar orang yang kita dakwahi harus beriman,

Ketika ternyata mereka tidak mendapatkan hidayah sehingga tetap kufur dan tetap berbuat maksiat, maka hati kita pasti merasakan sesuatu yang tidak enak dalam dada kita. Oleh karena itu Allah Swt. pernah mengingatkan Rasulullah Saw. yang sedih karena dakwahnya yang kurang mendapat sambutan. Allah Swt. berfirman,

“Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman” (QS Asy-Syu’ara: 3).

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang isnad-nya berasal dari Ibnu Abbas Ra. dari Nabi Saw., dijelaskan bahwa Rasulullah Saw. pernah memerintahkan untuk tidak memberikan shadaqah kepada orang-orang selain pemeluk Islam, sampai turunnya ayat ini.

Dengan turunnya ayat ini, Rasulullah Saw. dan kaum Muslimin diperintahkan untuk memberikan shadaqah kepada setiap orang yang berhak menerimanya baik ia seorang Muslim maupun tidak.

Dari sini bisa kita lihat bahwa Islam tidak hanya melarang umatnya untuk memaksakan agama, lebih dari itu Allah Swt. memberikan toleransi kemanusiaan yang lebih besar lagi yaitu kepedulian Islam kepada seluruh umat manusia dan tidak hanya kepada umat Islam saja.

Pada ayat ini kita diperintahkan untuk memberikan shadaqah kepada siapa pun yang membutuhkannya. Ini menunjukkan betapa Islam mengajarkan kepada kita toleransi yang besar, sepanjang orang tersebut tidak memerangi Islam.

Jadi, pada ayat ini Allah memberikan sebuah dasar prinsip kemanusiaan dalam Islam, sebagaimana sababun nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini, dimana sebelum ayat ini turun Rasulullah Saw. memerintahkan kepada para shahabatnya agar tidak memberikan shadaqah kepada orang non-Muslim, akan tetapi kemudian mendapat teguran dari Allah Swt. dengan turunnya ayat ini.

Pemahaman seperti ini perlu ditekankan pada masyarakat kita, karena sebagian masyarakat kita khususnya orang non-Muslim mempunyai persangkaan yang salah tentang Islam, sehingga mereka takut kalau Islam mendapatkan kemenangan dari Allah Swt., mereka akan diterlantarkan atau bahkan takut diusir.

Padahal ketakutan mereka itu tidak pernah terjadi di sepanjang sejarah kehidupan manusia. Siapa pun yang memerlukan bantuan, Islam akan membantunya sepanjang orang itu tidak memusuhi Islam.

Kita sebagai seorang Muslim harus juga memperhatikan ayat ini, agar kita tidak terjatuh pada sikap ekstrim. Di satu sisi ada seorang Muslim yang memahami wala’ wal bara’ (loyalitas dan antipati) secara berlebihan sehingga tidak mau memberikan pertolongan kepada non-Muslim yang memerlukan bantuan.

Di sisi lain ada juga orang yang ekstrim karena dengan alasan kemanusiaan yang berlebihan, dia tetap bergaul bersama orang-orang non-Muslim yang mengancam dan memerangi Islam. Dengan memahami ayat ini secara benar, insyaAllah kita tidak akan terjatuh pada salah satu diantara dua sikap ekstrim itu.

Selanjutnya Allah mengatakan, “Wama tunfiqu min khairin fali-anfusikum” (Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan di jalan Allah, maka pahalanya untuk kamu sendiri).

Artinya, ketika seorang Muslim taat kepada Allah dengan berinfaq fii sabiilillah, hal itu bukan untuk menambah kekuasaan Allah akan tetapi untuk kebaikan kita sendiri. Allah mengatakan, “Wama tunfiquuna illabtighaa-a wajhillah” (Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah).

Allah menutup ayat ini dengan mengatakan, “Wama tunfiqu min khairin yuwaffa ilaikum wa antum laa tuzhlamuun” (Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya).

Ketika umat Islam berinfaq, itu harus benar-benar karena Allah Swt. Dan jika demikian, Allah pasti akan membalasnya. Jadi ketika berinfaq, jangan sampai berinfaq karena kepentingan politik, karena Allah tidak akan memberikan pahala baginya.

Wallahu a’lam bishshawab.

Al-Insaanu Sirriy,, wa Ana SirroHu (Manusia itu Rahasia-Ku dan Aku menjadi Rahasianya)”.

Sabtu, 15 November 2014

BILA ALLAH MENCINTAI HAMBA-NYA




Oleh : Ketenangan Cakra Jiwa ( Syajaratul Yaqin )


“Siapa yang menyampaikan hadits pada ummatku, dalam rangka menegakkan sunnah, atau demi menghancurkan bid’ah, maka ia berada di syurga.” (HR. Abu Nuaim dalam Al-Hiyah)
Para ahli syurga, dalam hadits mulia ini, adalah mereka yang terus menerus menegakkan Sunnah, membelah bid’ah, demi menuggalkan Allah Ta’ala, tawakkal kepada-Nya, iman dan cinta kepada-Nya.

Sebenarnya kekasih hati adalah Allah SWT. Bila Allah mencintai hamba-Nya Dia menampakkan rahasia-Nya pada keagungan kekuasaan-Nya, dan Allah SWT, menggerakkan hatinya sebagai limpahan anugerah-Nya, Allah SWT, memberi minuman dari piala gelas cinta-Nya, hingga ia mabuk cinta hanya kepada-Nya, lalu ia hidup dalam kemesraam, kedekatan dan kesahabatan dengan-Nya, sampai ia tak sabar untuk segera mengingat-Nya, tidak memilih yang lain dan tidak sibuk dengan satupun selain perintah-Nya. Syeikh Abu Bakr al-Wasthy ra, berkata, “Posisi cinta lebih di depan dibanding posisi takut. Siapa yang ingin masuk dalam bagian cinta, hendaknya ia selalu husnudzon kepada Allah SWT dan mengagungkan kehormatan-Nya.”

Diriwayatkan bahwa Allah SWT, memberi wahyu kepada Nabi Dawud as. “Hai Dawud, Cintailah AKU, dan cintailah kekasih-kekasih-Ku, dan cintailah Aku untuk hamba-hamba-Ku.”
Lalu Nabi Dawud as, berkata, “Ilahi, Aku mencintai-Mu, dan mencintai kekasih-kekasih-Mu, lalu bagaimana mencintai-Mu untuk hamba-hamba-Mu?”
“Ingatlah mereka, akan keagungan-Ku dan kebaikan kasih sayang-Ku…” Jawab Allah SWT.

Dalam hadits disebutkan, “Bila Allah mencintai seorang hamba dari kalangan hamba-hamba-Nya, Jiril as, mengumumkan “Wahai ahlai lagit dan bumi, wahai kalangan wali-wali Allah dan para Sufi, Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai si fulan, maka cintailah dia.”
Dlam riwayat Imam Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW :
“Apabila Allah Ta’ala mencintai hamba, maka Jibril mengumandangkan, “Sesungguhnya Allah sedang mencintai si fulan, maka cintailah dia. Lalu penghuni langitpun mencintainya, baru kemudian diterima oleh penghuni bumi.”

Dalam satu riwayat Muslim dusebutkan:
“Apabila Allah Ta’ala mencintai hamba, maka Allah memangil Jibril dan berfirman ; “Sesungguhnya Aku mencintai si fulan maka cintailah dia”. Kemudian Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumandangkan, : Sesungguhnya Allah sedang mencintainya, baru kemudian diterima oleh penghuni bumi.”
Namun bila Allah Ta’ala membenci si fulan, maka Allah SWT mengundang Jibril dan berfirman, “Aku lagi membenci si fulan, maka bencilah ia…” Jibrilpun membencinya, kemudian mengajak kepada penghuni langit dengn mengatakan, “Sesungguhnya Allah sedang membenci si fulan, maka bencilah padanya. Lalu rasa benci itu diturunkan di muka bumi.”

Abu Abdullah an-Nasaj ra, mengatakan, “Setiap amal yang tidak disertai cinta kepada Allah SWT, tidak bisa diterima.”
“Siapa yang mencintai Allah SWT, maka Dia mengunjunginya dengan berbagai cobaan. Dan siapa yang berpaling dariNya dari lain-Nya, ia terhijab dari-Nya dan gugur dari hamparan para pencinta-Nya.”

Abdullah bin Zaid ra, mengatakan, “Saya sedang bertemu dengan lelaki sedang tidur di atas salju, sementara di keningnya bercucuran keringat. Aku bertanya, “Hai hamba Allah, Bukankah sangan dingin!” Lalu ia menjawab, “Siapa yang sibuk mencintai Tuhannya, tak pernah merasa dingin.” “Lalu apa tanda pecinta itu?” tanyaku. ” Merasa nasih sedikit atas amalnya yang banyak, dan merasa meraih banyak walau mendapatkan sedikit karena datang dari Kekasihnya.” jawabnya.
“Kalau begitu beri aku wasiat.”
“Jadilah dirimu hanya bagi Allah, maka Allah Bekal bagimu.”

Muhammad bin al-Husain ra, mengatakan, “Aku masuk ke pasar untuk membeli budak perempuan, Ku lihat ada budak perempuan yang sedang di ikat, dan pada kedua pipi tulipnya ada luka, yang terukir tulisan, “Siapa yang berkehendak pada kami, akan kami bangkrutkan dia. Dan siapa lari dari kami, akan kami goda dia.”
Inilah, kataku, sebagaimana firman Allah Ta’ala pada hamba-Nya, “Bila kalian semua mencari-Ku, maka Ku-lalaikan kalian dari selain diri-Ku, dan Ku-fanakan dengan-Ku dari dirinya, hingga tidak tahu siapa pun kecuali diri-Ku.”

Aku kagum dari-Mu dan dariku
Engkau fanakan diriku bersama-Mu dari diriku
Engkau dekatkan diriku dari-Mu
Hingga aku menyangka Engkau adalah aku.


QUL HUWALLAHU AHAD … ALLAHUSHSHOMAD.. LAM YALID WALAM YUULAD.. WALAM YAKUNLAHU KUFUWAN AHAD …

Jumat, 07 November 2014

SEKILAS TENTANG BULAN MUHARRAM



 KETENANGAN CAKRA JIWA



Malam ini sejumlah sahabat-sahabat ku berkumpul... 
mereka ingin mengeluarkan uneg-uneg mereka... 
tentang apakah ada ajaran Rosul tentang mencuci benda-benda pusaka pada bulan ini... karena 1 Muharram lebih terkenal dengan sebutan 1 SURO...

"Sahabat kami, Ketenangan Cakra Jiwa... mohon beri ketenangan pada hati kami karena gundah, apa yang berkembang di kalangan masyarakat kita... pada bulan ini mereka melakukan tapa brata... pencucian keris, atau benda-benda pusaka... ataupun azimat lainnya... apakah zaman Rosululloh hal-hal seperti ini pernah beliau dan para sahabat lakukan..." tanya seorang jamaah

"Sahabat-sahabat ku semua.... ilmu yang kita pelajari hanyalah butiran tetes dari Samudera luasnya Ilmu-ilmu Allah... keterbatasan kita mengenal lebih dekat tentang Rahasia Allah masihlah minim... apalagi untuk mengikuti perjalanan agung dan budi pekerti yang luhur junjungan kita.... kita telah terjebak oleh khilafiyah-khilafiyah keterbatasan pengertian ilmu yg ada pada diri kita....di dalam perjalanan syiar Rosul, Muharram adalah bulan yang di Mulyakan oleh Allah... bahkan pada Bulan ini saat itu para Muslimin di Haramkan untuk berperang 1 bulan penuh... kata “Suro” berasal dari sebutan tanggal 10, yang dikenal sebagai hari As-Syura maka masyarakat kalangan menyebut mudahnya dengan sura atau suro... dan pada bulan inilah karena di haramkan berperang maka para sahabat memanfaatkannya untuk mengkusyukan ibadah mereka karena sedang istirahat dari peperangan... orang menilainya sebagai tapa brata.. pada bulan ini juga para sahabat Rosulullah membersihkan dan mengasah serta merawat pedang dan tombak mereka agar bulan esoknya siap di gunakan kembali untuk berperang... intinya agar tdk berkarat dan tetap siap....mungkin karena para ulama dahulu tidak detil menerangkannya maka yang dipahami oleh masyarakat kita adalah bulan pensucian benda pusaka.... hehehhee semua itu karena untuk kesiapan pribadi masing-masing... maka saya mohon sahabat-sahabat semua.. untuk membuka hati kita... kita masih manusia yang terbatas dalam mengetahui rahasia-rahasia Ilmu Allah... untuk itu mari bulan ini kita perbanyak sholat sunah Tasbih... agar bulan Muharrom ini... kita mendapakan kehidupan yg baru.... selamat TAHUN BARU ISLAM sahabat-sahabat ku...."

Senin, 03 November 2014

Yaa Allah... Kami memohon ampun kepada MU

 KETENANGAN CAKRA JIWA



Saat syahadat hanya sebatas ucapan...
saat shalat hanya sebatas gerakan..
saat shaum hanya sebatas kewajiban...
saat zakat hanya sebatas keharusan....

saat itu pula..... kesia-siaan terbesar ada pada diri kita...

Saat Islam hanya sebatas pakaian...
saat iman hanya sebatas ucapan..
saat ihsan hanya sebatas pengetahuan...

saai itu pula...... penipuan terbesar dalam diri kita..

Saat kematian dianggap hanya cerita...
saat neraka dianggap hanya berita...
saat siksa dianggap hanya kata...

saat itu pula...... kesombongan terbesar ada pada kita...

Saat takdir dianggap tak mungkin...
saat hidup kembali dipandang mustahil...
saat itu pula..... kedurhakaan terbesar ada pada diri kita...

Yaa Allah... kami memohon ampun kepada MU
dengan segala kekurangan dan keterbatasan kami sebagai manusia..
Aamiin...

Jumat, 31 Oktober 2014

CIPTAKAN HUBUNGAN KELUARGA YANG LEMAH LEMBUT



 KETENANGAN CAKRA JIWA


 
Suatu hari, ibu yang bangun sejak pagi, bekerja keras sepanjang hari, membereskan rumah tanpa pembantu.

Jam 7 malam ibu selesai menghidangkan makan malam untuk bapak, sangat sederhana, berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi.

Sayangnya karena mengurusi adik yang merengek, tempe dan telor gorengnya gosong !
Saya melihat ibu sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat banyak, minyak gorengnya sudah habis.
Kami menunggu dengan tegang apa reaksi bapak yang pulang dari kerja pasti sudah sangat capek, melihat makan malamnya hanya tempe dan telur gosong.

Luar biasa! Bapak dengan tenang menikmati dan memakan semua yang disiapkan ibu dengan tersenyum dan bahkan berkata,"Bu terima kasih ya" Lalu Bapak terus menanyakan kegiatan saya dan adik di sekolah.

Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar ibu meminta maaf karena telor dan tempe yang gosong itu dan satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang Bapak katakan.
"Sayang, bapak kan suka telor dan tempe yang gosong"

Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur kepada Bapak, saya bertanya " Apakah Bapak benar-benar menyukai telur dan tempe gosong?"

Bapak memeluk saya erat dengan kedua lengannya dan berkata, "Anakku, ibu sudah bekerja keras sepanjang hari dan ibu pasti benar - benar sudah capek, Jadi sepotong telor dan tempe yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun kok!"

"Ini pelajaran yang harus kita lakukan di dalam rumah tangga;  Belajar menerima kesalahan orang lain adalah satu kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, kekal abadi.

Ingatlah emosi bukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada, jadi selalu lah berpikir dewasa.

Mengapa sesuatu hal itu bisa terjadi pasti punya sebab dan alasannya sendiri.
Janganlah kita menjadi orang yang egois hanya mau dimengerti  namun tidak mau mengerti.

Senin, 27 Oktober 2014

SUBHANALLAH





Wujud Tuhan itu nyata...
Mahasuci, lihat dalam keheningan...
 

Ia yang mengaku tahu jalan..
Sering tindakannya menyimpang..
Syariat agama tidak dijalankan..
Kesalehan dicampakkan ke samping..
 

Padahal orang yang mengenal Tuhan..
Dapat mengendalikan hawa nafsu..
Siang malam penglihatannya terang..
Tidak disesatkan oleh khayalan...


KETENANGAN CAKRA JIWA
(SYAJARATUL YAQIN)

Sabtu, 25 Oktober 2014

MENAJAMKAN MATA BATHIN



Oleh : Ketenangan Cakra Jiwa ( Syajaratul Yaqin )


Seluruh kekuatan yang ada di dunia ini, bersumber dari Allah SWT. Segala usaha pencapaian manusia dalam meningkatkan konsentrasi batinnya kepada Allah, akan memberikan konsesi yang besar berupa pengetahuan dan kemampuan melebihi rata-rata orang lain.

Mata Batin atau dalam Istilah Tasawuf Al Bathinah merupakan Indera keenam yang Allah berikan kepada setiap manusia, Mata Batin ibarat kaca yang dapat melihat sesuatu (bercermin) atau ibarat pisau tumpul yang dapat diasah sampai tajam sehingga dapat memotong sesuatu benda.

Setiap manusia mempunyai mata batin yang asal mulanya Allah SWT ciptakan bersih tanpa ada noda sedikitpun tetapi kemudian dinodai oleh sifat-sifat buruk dan keduniawian.

Ketika kita masih kecil mata batin kita masih bersih sehingga dapat melihat hal-hal yang ghoib dan mudah menangkap Ilmu Pengetahuan dengan mudah, tetapi setelah kita besar mata batin kita sudah ternodai oleh sifat-sifat buruk dan keduniawian sehingga tidak dapat melihat lagi hal-hal yang ghoib (tertutup), tempat mata hati adalah Qalbu ( hati nurani ) yang selalu berubah setiap saat sesuai dengan perbuatan manusia sehari-hari jika berbuat jahat akan lupa kepada Allah maka Qalbu itu menjadi kotor dan jika berbuat baik atau berzikir Qalbu itu akan bersih kembali.

Dalam Hadist Nabi disebutkan : “Hati manusia itu ibarat sehelai kain putih yang apabila manusia itu berbuat dosa maka tercorenglah / ternodailah kain putih tersebut dengan satu titik noda kemudian jika sering berbuat dosa lambat-laun sehelai kain putih itu berubah menjadi kotor / hitam”. Jika hati nurani sudah kotor maka terkunci nuraninya akan sulit menerima petunjuk dari Allah.

Ada Empat Tahapan Untuk Menajamkan atau Membersihkan Mata Batin :

Pertama, Mengosongkan hati dari sifat-sifat buruk seperti iri, dengki, benci, dan dari sifat keduniawian.

Kedua, Membuang daya khayal yang mengganggu keyakinan hati kemudian berpikir tentang hal-hal yang ghoib yang kita ketahui.

Ketiga, Mendawamkan ( Kontinue ) sholat dan berzikir pada malam hari karena kesepian malam dapat menambah kekhusukan hati.

Keempat, Meningkatkan Iman dan Kecintaan kepada Allah yaitu : mencintai Allah dari segala-galanya selalu Munajad ( mohon pertolongan Allah ), dan Istikharoh ( meminta petunjuk dari Allah SWT )

LANGKAH-LANGKAH MEMPERKUAT CAHAYA BATHIN  :

> 1. Zikir
> 2. Do’a
> 3. Shalawat Nabi
> 4. Makanan Halal dan Bersih
> 5. Berpantang Dosa Besar
> 6. Berhati Ikhlas dan Berpantang Tamak
> 7. Bersedekah ( Dermawan )
> 8. Mengurangi Makan dan Tidur
> 9. Zikir Kalimah Toyyibah
> 10. Mengenakan Wewangian

Beberapa hal tersebut diatas apabila diamalkan, Insya Allah seseorang akan memiliki cahaya/kekuatan batin yang kuat sehingga apa yang terprogram dalam hati akan cepat terlaksana.

1. Z i k i r.

Zikir memiliki pengaruh yang kuat terhadap kecemerlangan cahaya batin. Hati yang selalu terisi dengan Cahaya Zikir akan memancarkan Nur Allah dan keberadaannya akan mempengaruhi perilaku yang serba positif.

Kebiasaan melakukan zikir dengan baik dan benar akan menimbulkan ketentraman hati dan menumbuhkan sifat ikhlas. Hikmah zikir amatlah besar bagi orang yang ingin membangkitkan kekuatan indera keenamnya ( batin ). Ditinjau dari sisi ibadah, zikir merupakan latihan menuju Ikhlasnya hati dan Istiqomah dalam berkomunikasi dengan Al Khaliq ( Sang Pencipta ).

Ditinjau dari sisi kekuatan batin, zikir merupakan metode membentuk dan memperkuat Niat Hati, sehingga dengan izin Allah SWT, apa yang terdapat dalam hati, itu pula yang akan dikabulkan oleh Allah SWT. Dengan kata lain, zikir memiliki beberapa manfaat, diantaranya : Membentuk, Memperkuat Kehendak, Mempertajam Batin, sekaligus bernilai Ibadah.

Dengan zikir berarti membersihkan dinding kaca batin, ibarat sebuah bohlam lampu yang tertutup kaca yang kotor, meyebabkan cahaya-sinarnya tidak muncul keluar secara maksimal. Melalui zikir, berarti membersihkan kotoran yang melekat sehingga kaca menjadi bersih dan cahaya-sinarnya bisa memancar keluar.

Sampai disini mungkin timbul suatu pertanyaan. Apakah zikir memiliki pengaruh terhadap kekuatan batin? untuk menjawab pertanyaan ini, kiranya perlu diketahui bahwa hal tersebut merupakan bagian dari karunia Allah SWT.

Dalam sebuah Hadist. Bahwa dengan selalu mengingat Allah menyebabkan Allah membalas ingat kepada seorang hamba-Nya “Aku selalu menyertai dan membantunya, selama ia mengingat Aku” karena itu, agar Allah senantiasa mengingat kita, perbanyaklah mengingat-Nya dengan selalu berzikir.

2. Do’a.

Seseorang yang ingin memiliki kekuatan Rohani pada dirinya, hendaklah memperbanyak do’a kepada orang lain, disamping untuk diri sendiri dan keluarganya. Caranya, cobalah kita mendo’akan seseorang yang kita kenal dimana orang itu sedang mengalami kesulitan.

Menurut para Ahli Hikmah, seseorang yang mendo’akan sesamanya maka reaksi do’a itu akan kembali kepadanya, contohnya : Kita mendo’akan si “A” yang sedang dirundung duka agar Allah berkenan mengeluarkan dari kedukaan, maka yang pertama kali merasakan reaksi do’a itu adalah orang yang mendo’akan, baru setelah itu reaksi do’anya untuk orang yang dituju.

Karena itu semakin banyak kitaa berdo’a untuk kebaikan sahabat, guru kita, orang yang dikenal / tidak dikenal, siapa pun juga, maka akan semakin banyak kebaikan yang akan kita rasakan. Sebaliknya jika kita berdo’a untuk kejelekan si “A” sementara si “A” tidak patut di do’akan jelek maka reaksi do’a tersebut akan kembali kepada kita. Contohnya : kita berdo’a agar si “A” jatuh dari sepeda motor, maka boleh jadi litaa akan jatuh sendiri dari sepeda motor, setelah itu baru giliran si “A”.

Tetapi dalam sebuah Hadist disebutkan, Seseorang yang berdo’a untuk kejelekan sesamanya maka do’a itu melayang-layang di angkasa, jika orang yang dido’akan jelek itu orang zalim maka Allah SWT akan memperkenankan do’anya, sebaliknya jika orang yang dituju itu orang baik-baik, maka do’a itu akan kembali menghantam orang yang berdo’a.


Dari sini lalu timbul konsep “Saling Do’a men Do’akan” seperti guru memberikan atau menghadiahkan do’a berupa surat Al Fatehah kepada muridnya. Sebaliknya murid pun berdo’a untuk kebaikan gurunya. Lalu siapa yang patut disebut guru?. Guru adalah orang yang memberikan informasi pengetahuan akan suatu ilmu. Dimana ilmu itu selanjutnya kita amalkan dan bermanfaat.
Dalam Hadist yang lain disebutkan bahwa do’a yang mudah dikabulkan adalah do’a yang diucapkan oleh seorang sahabat Secara Rahasia, Mengapa ?? ini disebabkan karena do’a itu diucapkan secara Ikhlas. Keikhlasan memiliki nilai (kekuatan) yang sangat tinggi.

Karena itu perbanyaklah berdo’a atau mendo’akan sesama yang sedang dirundung duka. Insya Allah reaksi dari do’a itu akan kita rasakan terlebih dahulu, selanjutnya baru orang yang kita do’akan, semoga .

Di samping itu, mendo’akan seseorang memiliki nilai dalam membentuk kepribadian lebih peka terhadap persoalan orang lain. Jika hal ini dikaitkan dengan janji Allah ; Bahwa barang siapa yang mengasihi yang di bumi maka yang di langit akan mengasihinya, berlakulah hukum timbal balik. Siapa menanam kebajikan ia akan menuai kebajikan juga, sebaliknya jika ia menanam kezaliman maka ia pun akan menuai kezalimannya juga.

3. Shalawat Nabi.

Mungkin sudah sering/ pernah mendengar nasihat dari orang-orang tua kita bahwa kalau ada bahaya, kita disarankan salah satunya adalah untuk memperbanyak Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Konon dengan mendo’akan keselamatan kepada Nabi, Allah SWT akan mengutus para malaikat untuk ganti mendo’akan keselamatan kepada orang itu. Dalam beberapa hadist Rasullullah SAW banyak kita temukan berbagai keterangan tentang Afdalnya bershalawat. Diantaranya : “Setiap do’a itu Terdindingi, sampai dibacakan Shalawat atas Nabi “. (HR. Ad- Dailami).

Pada hadist yang lain yang diriwayatkan oleh Ahmad, Nasa’I dan Hakim, Rasullullah SAW bersabda;

“Barang siapa membaca Shalawat untuk ku sekali, maka Allah membalas Shalawat untuknya sepuluh kali dan menanggalkan sepuluh kesalahan darinya dan meninggikannya sepuluh derajat“. 

Yang berkaitan dengan urusan kekuatan batin, terdapat dalam Hadist yang diriwayatkan Ibnu Najjar dan Jabir,

“Barangsiapa ber-Shalawat kepada ku dalam satu hari seratus kali, maka Allah SWT memenuhi seratus hajatnya, tujuh puluh daripadanya untuk kepentingan akhiratnya dan tiga puluh lagi untuk kepentingan dunianya”. 

Berdasarkan hadist-hadist itu, benarlah adanya jika orang-orang tua kita menyuruh anak-anaknya untuk memperbanyak shalawat kepada anak cucunya. Karena selain merupakan penghormatan kepada junjungannya juga memiliki dampak yang amat menguntungkan dunia dan akhirat.

4. Makanan Halal dan Bersih.

Seseorang yang ingin memiliki kekuatan batin bersumber dari tenaga Ilahiyah harus memperhatikan makanannya. Baginya pantang kemasukan makanan yang haram karena keberadaannya akan mengotori hati. Makanan yang haram akan membentuk jiwa yang kasar dan tidak religius. Makanan yang haram disini bukan hanya dilihat dari jenisnya saja ( Misal ; Babi, bangkai, dll. ), tapi juga dari cara dan proses untuk mendapatkan makanan tersebut.


Efek dari makanan yang haram ini menyebabkan jiwa sulit untuk diajak menyatu dengan hal-hal yang positif, seperti : dibuat zikir tidak khusuk, berdo’a tidak sungguh-sungguh dan hati tidak tawakal kepada Allah.

Daging yang tumbuh dari makanan yang haram selalu menuntut untuk diberi makanan yang haram pula. Seseorang yang sudah terjebak dalam lingkaran ini sulit untuk melepaskannya, sehingga secara tidak langsung menjadikan hijab atau penghalang seseorang memperoleh getaran/ cahaya Ilahiyah.
Disebutkan, setitik makanan yang haram memberikan efek terhadap kejernihan hati. Ibarat setitik tinta yang jatuh diatas kertas putih, semakin banyak unsur makanan haram yang masuk, ibarat kertas putih yang banyak ternoda tinta. Sedikit demi sedikit akan hitamlah semuanya.

Hati yang gelap menutupi hati nurani, menyebabkan tidak peka terhadap nilai-nilai kehidupan yang mulia. Seperti kaca yang kotor oleh debu-debu, sulitlah cahaya menembus nya. Tapi dengan zikir dan menjaga makanan haram, hati menjadi bersih bercahaya.

Begitu halnya jika anda menghendaki dijaga para malaikat Allah, jangan kotori diri anda dengan darah dan daging yang tumbuh dari makanan yang haram. Inilah mengapa para ahli Ilmu batin sering menyarankan seorang calon siswa yang ingin suatu ilmu agar memulai suatu pelajaran dengan laku batin seperti puasa.

Konon, puasa itu bertujuan menyucikan darah dan daging yang timbul dari makanan yang haram. Dengan kondisi badan yang bersih, diharapkan ilmu batin lebih mampu bersenyawa dengan jiwa dan raga. Bahkan ada suatu keyakinan bahwa puasa tidak terkait dengan suatu ilmu. Fungsinya hanya untuk mempersiapkan wadah yang bersih terhadap ilmu yang akan diwadahinya.

5. Berpantang Dosa Besar.

Berpantang melakukan dosa-dosa besar juga dalam upaya membersihkan rohani. Di mana secara umum kemudian dikenal pantangan Moh Lima (tidak mau yang lima) yaitu : Main, Madon, Minum, Maling dan Madat, yang artinya berjudi, zina, mabuk-mabukan, mencuri dan penyalahgunaan narkotika.
Walau lima hal ini belum mencakup keseluruhan dosa besar tetapi kelimanya diyakini sebagai biang dari segala dosa. Judi umpamanya, seseorang yang sudah terlilit judi andaikan ia seorang pemimpin maka cendrung korup dan hanya kecil kejujuran yang masih tersisa padanya.

Begitu halnya dengan perbuatan seperti zina, mabuk-mabukan, mencuri, dan menyalahgunakan narkotika diyakini sebagai hal yang mampu menghancurkan kehidupan manusia. Karena itu orang yang ingin memiliki kekuatan batin yang hakiki hendaknya mampu menjaga diri dari lima perkara ini.

Seseorang yang sudah “Kecanduan” satu diantara yang lima perkara ini bukan hanya rendah dipandang Allah, dipandangan manusia biasa pun ikut rendah. Nurani yang kotor menyebabkan do’a-do’a tidak terkabul.

Beberapa langkah apabila dilakukan secara konsekuen, Insya Allah menjadikan manusia “Sakti” Dunia Akhirat. Getaran batinnya kuat, ibarat voltage pada lampu yang selalu di tambah getarannya sementara kaca yang melingkari lampu itu pun selalu dibersihkan melalui laku-laku yang positif.
Hikmah suatu amalan (bacaan) biasanya terkait dengan perilaku manusianya. Dalam hadistnya Turmudzi meriwayatkan,

“Seseorang yang mengucapkan Laa ilaha Illallah dengan memurnikan niat, pasti dibukakan untuknya pintu-pintu langit, sampai ucapannya itu dibawa ke Arsy selagi dosa-dosa besar dijauhi”. 

Hadist ini bisa ditafsiri bahwa suatu amalan harus diimbangi dengan pengamalan. Adanya keselarasan antara ucapan mulut dengan tindakan menyebabkan orang itu mencapai hakikatnya “Kekuatan-Kesaktian”.

6. Berhati Ikhlas Berpantang Tamak.

Seseorang yang memiliki hati ikhlas, tidak rakus dengan dunia lebih memiliki kepekaan dalam menyerap pelajaraan ilmu batin. Secara logika, orang yang berhati ikhlas lebih mudah memusatkan konsentrasinya pada satu titik tujuan, yaitu persoalan yang dihadapinya.
Disebutkan bahwa orang yang berhati ikhlas diperkenankan Allah SWT untuk : Berbicara, Melihat, Berpikir dan Mendengar bersama dengan Lidah, Mata, Hati dan Telinga Allah (baca hadist Thabrani).

Hati yang ikhlas identik dengan ketiadaan rasa tamak. Orang yang memiliki sifat ikhlas dan tidak tamak amat disukai manusia. Rasullullah SAW pernah didatangi seorang sahabat yang ingin meminta resep agar disukai Allah SWT dan disukai sesama manusia.

Rasullullah bersabda : “Jangan rakus dengan Harta Dunia, tentu Allah akan menyenangimu, dan jangan tamak dengan hak orang lain, tentu banyak orang yang menyenangimu “.
Hadist ini jika dikaitkan dengan kehidupan para spiritualis mereka memiliki power pertama kali disebabkan karena kharismanya, jika seseorang itu banyak disukai sesamanya maka apa yang diucapkan pun akan dipercaya. Sebaliknya walau orang itu berilmu tinggi tetapi kalau tidak disukai sesamanya maka apa yang diucapkannya pun tidak akan ada yang menggubris.

7. Bersedekah ( Dermawan ).

Bersedekah selain untuk tujuan ibadah sosial juga memiliki pengaruh terhadap menyingkirnya bahaya. Banyak hadist membahas masalah sedekah berkaitan dengan tolak-balak. Dengan banyak bersedekah, seseorang akan memperoleh limpahan rezeki dan kemenangan.

Rasullullah SAW bersabda : “Wahai Manusia !! Bertobatlah kamu kepada Allah sebelum mati, segeralah kamu beramal saleh sebelum kamu sibuk, sambunglah hubungan dengan Tuhanmu dengan memperbanyak zikir dan memperbanyak amal sedekah dengan rahasia maupun terang-terangan. Tuhan akan memberi kamu rezeki, pertolongan dan kemenangan”. (HR Jabir RA)

Dalam kehidupan bermasyarakat kita bisa melilhat hikmah dari sedekah ini. Seseorang yang memiliki jiwa dermawan amat disukai sesamanya. Logikannya jika orang itu disukai banyak orang maka ia jauh dari bahaya.

Kisah nyata terjadi pada suatu daerah. Dua orang yang sama-sama memiliki ilmu batin memiliki kebun mangga. Ketika hampir musim panen, mangga dari seorang dermawan itu tidak ada yang mencurinya, sebaliknya kebun mangga yang milik orang bakhil itu banyak dicuri anak-anak muda.
Disinyalir, pencurian itu terjadi karena unsur “Tidak Suka” dengan pemilik kebun. Sedangkan anak-anak muda itu mengapa tidak mau mencuri kebun milik sang dermawan, rata-rata mereka mengutarakan keengganannya “Ah dia orang baik, ngapain kita kerjain” katanya, nah kita ingin menang dan sakti dunia akhirat ?? perbanyaklah sedekah.

8. Mengurangi Makan dan Tidur.


Sebuah laku tirakat yang universal yang berlaku untuk seluruh makhluk hidup adalah puasa. Ulat agar bisa terbang menjadi kupu-kupu harus berpuasa terlebih dahulu, ular agar bisa ganti kulit harus puasa terlebih dahulu dan ayam agar bisa beranak pun harus puasa terlebih dahulu.

Secara budaya banyak hal yang dapat diraih melalui puasa. Orang-orang terdahulu tanpa mempermasalahkan sisi ilmiahnya aktivitas puasa telah berhasil mendapatkan segala daya linuwih atau keistimewaan melalui puasa yang lazim disebut tirakat.

Para spiritualis mendapatkan Wahyu maupun Wisik ( Petunjuk ghoib melalui puasa terlebih dahulu ). Dan tradisi itu masih terus dilestarikan orang-orang zaman sekarang. Intinya sampai kapanpun orang tetap meyakini dengan mengurangi makan dalam hal ini adalah puasa, seseorang akan memperoleh inspirasi baru, intuisi.

Tradisi kita, ketika secara budaya sudah tiada lagi tempat untuk bertanya, melalui puasa seseorang bisa mendapatkan telinga yang baru dan ketika ia tak lagi mampu berkata, dengan puasa seseorang mampu memperoleh mulut yang baru.

Secara logika, puasa adalah bentuk kesungguhan yang diwujudkan melalui melaparkan diri. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh saja yang sanggup melakukannya. Aktivitas ini jika ditinjau dari sisi ilmu batin, menunjukan bahwa kesungguhan memprogram niat itu yang akan menghasilkan kelebihan-kelebihan.

Hati yang diprogram dengan sungguh-sungguh akan menghasilkan seseuatu yang luar biasa. Karena itu dalam menempuh ilmu batin, aktivitas puasa mutlak dibutuhkan. Karena di dalam puasa itu tidak hanya bermakna melaparkan diri semata. Lebih dari itu, berpuasa memiliki tujuan manonaktifkan nafsu syaithoni.

Non aktifnya nafsu secara tidak langsung meninggikan taraf spiritual manusia, sehingga orang-orang yang berpuasa do’a nya makbul dan apa yang terusik dalam hatinya sering menjadi kenyataan.
Menurut Imam Syafi’i dengan berpuasa seseorang terhindar dari lemah beribadah, berat badanya, keras hatinya, tumpul pikirannya dan kebiasaan mengantuk. Dari penyelidikan ilmiah puasa diyakini memiliki pengaruh terhadap kesehatan manusia.

Orang-orang terdahulu memiliki ketajaman mata batin dan manjur Ilmu kanuragannya karena kuatnya dalam Laku Melek atau mengurangi tidur malam hari. Bahkan burung hantu yang dilambangkan sebagai lambang ilmu pengetahuan pun disebabkan karena kebiasannya “Tafakur” pada malam hari.

Dalam filosofi ilmu batin, memperbanyak tafakur malam hari menyebabkan seseorang memiliki “Mata Lebar”, yaitu ketajaman dalam melihat dan membaca apa-apa yang tersirat dibalik kemisterian alam semesta ini.

Bahkan ketika agama Islam datang pun membenarkan informasi sebelumnya yang dibawa oleh agama lain. Hanya Islam yang menginformasikan bahwa dengan ber-Tahajud ketika orang lain terlelap dalam tidur, menyebabkan orang itu akan ditempatkan Allah SWT pada tempat yang terpuji.
Pada keheningan malam terdapat berbagai hikmah. Melawan “Nafsu” tidur menuju ibadah kepada Allah SWT dan dalam suasana hening itu konsentrasi mudah menyatu. Saat inilah Allah SWT memberikan keleluasaan kepada hamba-hamba-Nya guna memohon apa saja yang diinginkan.
Banyak para spiritualis yang memiliki keunikan dalam ilmu batin bukan karena banyaknya ilmu dan panjangnya amalan yang dibacanya, melainkan karena laku prihatin pada malam harinya. Insya Allah seseorang yang membiasakan diri tafakur dan beribadah pada malam hari, maka Allah SWT akan memberikan keberkahan dalam ilmu-ilmunya.

9. Zikir Kalimah Toyyibah.

Ada hal-hal yang tersembunyi dibalik zikir kalimah Toyyibah “La ilaha Illallah “, pertama, zikir ini disebut sebagai sebaik-baiknya zikir, berdasarkan hadist riwayat Nasa’i, Ibnu Majjah, Ibnu Hibban, dan Hakim “Afdhaluzd dzikri La ilaha Illallaahu” yang artinya : sebaik-baik zikir adalah “La ilaha Illallah “.
Kemudian pada hadist yang lain disebutkan bahwa dengan zikir kalimah Toyyibah ini menyebabkan pintu langit terbuka, selagi yang membaca kalimah itu orang yang menjauhi dosa-dosa besar. Sedangkan dengan mengamalkan zikir kalimah ini, sepanjang zikir ini diamalkan secara tulus ikhlas mengharap ridho Allah SWT, justru Allah yang akan mengatur potensi manusia.

Dalam hadist Qudsy tersurat : “Barang siapa disibukkan zikir kepada-Ku sehingga tidak sempat memohon dari-Ku maka Aku akan memberikan yang terbaik dari apa saja yang Ku berikan”. 

Artinya : hikmah dari zikir kalimah Toyyibah itu, seseorang akan diberi karunia oleh Allah SWT walau jenis karunia itu tidak dimintanya. Ini Yang disebut dengan rezeki yang tak terduga-duga.

Hikmah lain, dari membiasakan diri berzikir kalimah “La ilaha Illallah “, secara tidak langsung berarti merekam kalimat itu pada alam bawah sadar manusia. Seseorang dalam kondisi kritis, kalimat yang reflek muncul dari alam bawah sadarnya adalah kalimat yang paling akrab dengan lidah dan hatinya.
Maka, seseorang yang istiqomah dalam zikir kalimah “La ilaha Illallah “, bila saat sakaratul maut hendak menjemput, Insya Allah kalimat itu yang akan muncul dari mulutnya. Dengan demikian berlakulah janji Allah SWT bahwa seseorang yang diakhir hayatnya mengucapkan kalimat “La Ilaha illallah”, maka sorgalah balasannya.

Menyimak hal-hal dibalik kalimah Toyyibah ini, ada dua keuntungan yang bisa kita raih. Pertama keuntungan dunia berupa ketenangan hati akibat bias dari aktivitas zikir, juga keuntungan dunia berupa datangnya karunia yang dilimpahkan yang lebih baik dibanding hamba lain yang meminta.
Sedangkan pahala akhiratnya adalah menemui kematian dengan Khusnul Khotimah. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang memperoleh keuntungan dunia akhirat. Aamiin.

10. Memakai Wewangian.

Kalau kekuatan fisik seseorang ditentukan dari ototnya. Kekuatan ilmu batin ditentukan dari roh. Memperkuat roh, salah satu caranya dengan wewangian. Karena itu orang yang sedang mempelajari ilmu batin atau ingin melestarikan kekuatan ilmu batin dalam jiwa raganya, ia dituntut selalu mengenakan wewangian.

Disebutkan, wewangian amat dibenci setan dan disukai para malaikat. Pengertian “Wangi” disini bukan sekedar wangi karena bau minyak wangi. Wangi yang hakiki adalah wanginya kepribadian, dan itu berarti Ahlakul Karimah. Tentu saja, melengkapi antara syareat dan hakikat itu seseorang memang disunahkan memakai wewangian sekaligus menghiasi diri dengan Ahlak yang baik.