Kamis, 31 Juli 2014

SEDIKIT MERENUNGI NIKMAT ALLAH SWT

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM

sahabat Jiwa..pernahkah kita menanyakan harga Oksigen di Apotik ?

Jika belum tahu, +/- Rp 25rb/ltr,
Pernahkah kita menanyakan harga Nitrogen di apotik ?
Jika belum tahu, +/- Rp 9.950/ltr.

>> Taukah Bahwa
-Dalam sehari manusia menghirup 2.880 liter Oksigen & 11.376 liter Nitrogen-
2.880 x Rp.25.000,- = Rp. 72.000.000,-
11.376 x Rp. 9.950,- = Rp.113.191.200,-
---------------------------------------
Total biaya sehari - = Rp.185.191.200,-

biaya bernafas 1 bln = 30 x 185.191.200,- = Rp.5.555.736.000,-

1 thn 365 hari maka biaya utk bernafas selama 1 th
365 x 185.191.200 = Rp.67.594.788.000,-

Jika harus dihargai dgn Rupiah maka Oksigen & Nitrogen yg kita hirup akan mencapai Rp.185 Juta lebih/hr/manusia.

seandainya Allah itu pedagang.......
apa yang dapat kita lakukan untuk membayar biaya bernafas kita?

pernahkah kita bersedekah sebanyak Allah bersedekah kepada kita?
Mari kita bersyukur dan bersedekah hanya min.2,5% ({})

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim 14:34)

KETENANGAN CAKRA JIWA (SYAJARATUL YAQIN)

Selasa, 29 Juli 2014

EMPAT MACAM MANUSIA



Ada empat macam manusia.

Pertama, mereka yang tidak mempunyai lidah dan hati.
Mereka ini adalah orang-orang bertarap bebas, berotak tumpul dan berjiwa kerdil, yang tidak mau mengingat Allah dan tidak memiliki kebaikan.
Mereka ini bagaikan molekul yang ringan kecuali bila mereka itu dikaruniai kasih sayang-Nya, hati mereka dibimbing supaya beriman dan anggota-anggota tubuh mereka digerakkan supaya patuh kepada Allah.

Berhati-hatilah, agar jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan mereka. Janganlah kita melayani mereka dan jangan pula kita bergaul dengan mereka. Merekalah orang-orang yang dimurkai oleh Allah dan penghuni neraka.
Kita memohon kepada Allah supaya melindungi kita dari pengaruh mereka. Sebaliknya, hendaklah kita berupaya menjadikan diri kita sebagai orang yang dilengkapi dengan ilmu ke-Tuhan-an, guru yang mengajarkan kebaikan, pembimbing manusia dalam agama Allah dan pemimpin serta pengajak manusia kepada jalan Allah.

Berhati-hatilah jika kita hendak mempengaruhi mereka supaya mereka patuh kepada Allah SWT dan memberikan peringatan kepada mereka tentang apa-apa yang memusuhi Allah SWT. Jika kita berjuang di jalan Allah SWT untuk mengajak mereka menuju Allah SWT, maka kita akan menjadi seorang pejuang dan pahlawan di jalan Allah SWT, dan kita akan diberi pahala seperti yang diberikan kepada para Nabi dan para Rasul. (Aamiin)

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda kepada Sayyidina Ali, “Jika Allah membimbing seseorang melalui bimbinganmu yang diberikan kepadanya, maka hal itu adalah lebih baik bagimu dari apa saja yang disinari oleh matahari.”
Kedua, mereka yang mempunyai lidah, tetapi tidak mempunyai hati.
Mereka pandai berbicara, tetapi tidak melakukan apa yang mereka bicarakan. Mereka mengajak manusia untuk menuju Allah, tetapi mereka sendiri lari dari Allah. Mereka membenci maksiat yang dilakukan oleh orang lain, tetapi mereka sendiri bergelimang di dalam maksiat itu. Mereka menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka itu saleh, tetapi sebenarnya mereka sendiri melakukan dosa-dosa besar.

Bila mereka sedang menyendiri, maka mereka bersikap seperti harimau yang berpakaian. Inilah orang-orang yang seperti disabdakan oleh Nabi SAW, “Orang yang paling ditakuti di kalangan umatku dan akupun menakutinya adalah orang alim yang jahat.”
Kita berlindung kepada Allah dari orang alim seperti itu. Oleh karena itu, larilah dan jauhilah orang-orang seperti itu. Jika tidak, maka kita akan terpengaruh oleh kata-kata manisnya yang muluk itu, api dosanya itu akan membakar kita dan kekotoran hatinya akan membunuh kita.

Ketiga, mereka yang mempunyai hati, tetapi tidak mempunyai lidah,
Dia adalah orang yang beriman. Allah telah menutup mereka dari mahluk-Nya, menggantungkan tabir-Nya di sekeliling mereka dan memberikan kesadaran kepada mereka tentang cacad-cidera diri mereka. Allah menyinari hati mereka dan menyadarkan mereka akan kejahatan yang timbul akibat bercampur dengan orang banyak serta kejahatan akibat banyak berbicara. Mereka mengetahui bahwa keselamatan itu terletak dalam ‘diam’ dan berkhalwat (menyendiri).

Nabi pernah bersabda, “Barangsiapa ‘diam’, maka ia akan mencapai keselamatan.” Sabdanya pula, “Sesungguhnya berkhidmat kepada Allah itu terdiri atas sepuluh macam, sembilan di antaranya adalah terletak dalam ‘diam’.
Oleh karena itu, mereka yang termasuk dalam golongan ini adalah wali Allah yang secara tersembunyi. Mereka akan diberi perlindungan dan keselamatan. Mereka adalah orang-orang yang bijaksana dan rekan Allah. Mereka akan diberkati dengan keridhaan-Nya dan segala yang baik akan diberikan kepada mereka. Maka, hendaklah kita berteman dan bergaul dengan orang-orang ini serta berikanlah pertolongan kepada mereka. Jika kita berbuat demikian, maka kita akan dikasihi oleh Allah, kita akan dipilih oleh-Nya dan akan dimasukkan ke dalam golongan mereka yang menjadi wali Allah dan hamba-hamba-Nya yang saleh. (Aamiin)

Keempat, mereka yang diajak ke dunia tidak nyata dan diberi pakaian kemuliaan, seperti dalam sabda Nabi, “Barangsiapa menuntut ilmu lalu ia mengamalkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, maka ia akan dibawa ke alam ghaib dan dimuliakan.”

Orang-orang yang termasuk dalam golongan ini mempunyai ilmu-ilmu ke-Tuhan-an dan tanda-tanda Allah. Hati mereka akan menjadi gedung ilmu Allah yang sangat agung dan Allah akan memberinya rahasia-rahasia yang tidak diberikan kepada orang lain. Allah telah memilih mereka dan membawa mereka dekat kepada-Nya. Allah akan membimbing mereka dan membawa mereka ke sisi-Nya. Hati mereka akan dibuka untuk menerima rahasia-rahasia dan ilmu-ilmu yang tinggi ini. Allah akan menjadikan mereka sebagai pelaku perbuatan-Nya, pengajak manusia ke jalan Allah dan pelarang mereka untuk berbuat dosa dan maksiat. Mereka menjadi ‘orang-orang’ Allah. Mereka mendapatkan bimbingan yang benar. Mereka dapat memberikan pertolongan kepada orang-orang yang menuju jalan Allah. Mereka menjadi orang-orang yang benar dan mengesahkan kebenaran orang lain. Mereka diibaratkan sebagai pantulan sinar para Nabi dan Rasul Allah. Mareka senantiasa mendapat taufiq dan hidayah dari Allah Yang Maha Agung.

Orang yang termasuk dalam golongan ini berada dalam peringkat terakhir atau puncak kemanusiaan yang tidak ada kedudukan lain di atasnya, kecuali ke-Nabi-an. Oleh karena itu, berhati-hatilah, agar tidak sampai kita memusuhi dan menentang orang-orang seperti ini. Dengarkanlah dan perhatikanlah pembicaraan dan nasehat mereka. Karena, keselamatan itu berada dalam memperhatikan pembicaraan mereka dan berdampingan dengan mereka. Sebaliknya, kebinasaan dan kerusakan akan datang jika berjauhan dengan mereka, kecuali bagi mereka yang diberi kekuasaan dan pertolongan oleh Allah untuk menerima hak dan ampunan.

Demikianlah, menurut hemat kami jenis manusia atas empat golongan. Sekarang, terserah kepada sahabat semua untuk mengintrospeksi diri sendiri, jika memang sahabat semua berpikir. Insyaa Allah selamatkanlah diri sahabat semua, jika memang sahabat semua menginginkan keselematan. Mudah-mudahan Allah mebimbing kita dalam menuju kesenangan dan keridhaan-Nya di dunia ini dan di akhirat kelak. (Aamiin)

KETENANGAN CAKRA JIWA – SYAJARATUL YAQIN


Senin, 28 Juli 2014

IDUL FITRI

Bismillahirrahmaanirrahiim

Setiap tanggal 1 Syawal seluruh umat Islam di Indonesia telah merayakan Hari Idul Fithri dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur. Hari Raya Idul Fitri merupakan puncak dari seluruh rangkaian proses ibadah selama bulan Ramadhan dimana dalam bulan tersebut kita melakukan ibadah Shaum dengan penuh keimanan kepada Allah SWT. Penetapan Hari Raya Idul Fitri oleh Rasulullah dimaksudkan untuk menggantikan Hari Raya yang biasa dilaksanakan orang-orang Madinah pada waktu itu. Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW yaitu :

“Jabir ra. Berkata : Rasulullah SAW datang ke Madinah sedangkan bagi penduduk Madinah ada dua hari yang mereka (bermain-main padanya dan merayakannya dengan berbagai permainan). Maka Rasulullah SAW bertanya : “Apakah hari yang dua ini?” penduduk Madinah menjawab : “Adalah kami dimasa jahiliyah bergembira ria padanya”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda : “Allah telah menukar dua hari ini dengan lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri”. (HR Abu Daud).

Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis mencoba membahas masalah Hakikat Idul Fitri menurut pandangan Ilmu Tasawuf.

Pengertian Idul Fitri
Mayoritas umat Islam mengartikan Idul Fitri dengan arti “kembali menjadi suci”. Pendapat ini didasari oleh sebuah hadits Rasulullah SAW yaitu :

“Barangsiapa yang melaksanakan ibadah Shaum selama satu bulan penuh dengan penuh keimanan kepada Allah maka apabila ia memasuki Idul Fitri ia akan kembali menjadi fitrah seperti bayi (Tiflul) dalam rahim ibunya”. (HR Bukhari).

Menurut kami pendapat yang mengartikan Idul Fitri dengan “kembali menjadi suci” tidak sepenuhnya benar karena kata “Fithri” apabila diartikan dengan “Suci” tidaklah tepat. Sebab kata “Suci” dalam bahasa Arabnya adalah “Al Qudus” atau “Subhana”. Jadi menurut penulis istilah Idul Fitri dapat diartikan sebagai berikut : kata “Id” berarti “kembali” sedangkan kata Fitri” berarti “Pencipta” atau “Ciptaan”.

Dalam bahasa Arab akar kata Fitri berasal dari kata Al Fathir yang bisa berubah menjadi kata Al Fithrah, Al Fathrah atau Al Futhura, sebagai contoh lihat ayat di bawah ini :

“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS Faathir 35 : 1).

Berdasarkan uraian di atas maka kami menyimpulkan bahwa kata “Idul Fitri” mempunyai minimal dua pengertian yaitu :

1. Kembali ke Pencipta
2. Kembali ke awal Penciptaan

Dua pengertian Idul Fitri yang dikemukakan oleh penulis seperti tersebut di atas mungkin sangat asing dan juga mengherankan para pembaca. Oleh sebab itu kami akan mencoba menjelaskan masalah tersebut berdasarkan ayat-ayat dalam Al Qur’an.
IDul Fithri Sebagai Proses Ke awal Penciptaan.

Menurut ahli tasawuf hakikat manusia dibagi menjadi dua bangunan utama yaitu jasmani dan bangunan rohani. Bangunan jasmani manusia diciptakan oleh Allah melalui
7 proses kejadian yaitu :

1. Sari pati tanah
2. Nutfah
3. Segumpal darah
4. Segumpal daging
5. Pertumbuhan tulang belulang
6. Pembungkusan tulang belulang dengan daging
7. Peniupan Roh-Ku ke dalam janian

Proses tersebut sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an yaitu :
“Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dari sari pati tanah. Kami jadikan sari pati itu air mani yang ditempatkan dengan kokoh di tempat yang teguh. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, dari segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, Kami jadikan pula tulang-belulang. Kemudian tulang belulang itu kami bungkus dengan daging”. (QS Al Mu’minun 23 : 12 – 14).

“Kemudian Ia menyempurnakan penciptaan-Nya dan Ia tiupkan padanya sebagian dari Roh-Nya dan Ia jadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan rasa tetapi sedikit sekali kamu bersyukur”. (QS As Sajadah 32 : 9).

Berdasarkan firman Allah tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa setiap manusia lahir atau diciptakan pasti akan melalui proses kejadian bayi dalam kandungan yang mendapat tiupan Roh dari Allah (Roh-Ku).

Berdasarkan penyelidikan para ahli embriologi dapat diketahui fase-fase perkembangan seorang bayi seorang bayi dalam kandungan dan juga keadaan serta cirri-ciri dari bayi tersebut seperti gambar yang dapat dilihat di halaman berikutnya.

Berdasarkan gambar-gambar tersebut dapat kita amati dan kita ketahui keadaan seorang bayi dalam kandungan yaitu :

1.Seorang bayi dalam kandungan selalu dibungkus oleh lapisan Amnion yang berisi air ketuban (Amnion water atau kakang kawah).
Karena seorang bayi berada dalam air ketuban maka sembilan lubang yang ada pada jasmamaninya secara otomatis tertutup dan tidak berfungsi.

Kesembilan lubang itu adalah : dua lubang telinga, dua lubang mata, dua lubang hidung, satu lubang mulut, satu lubang anus, satu lubang kelamin. Tetapi ada satu lubang yang ke sepuluh justru terbuka yaitu lubang pusar yang dihubungkan oleh tali plasenta ke rahim ibu. Tali plasenta ini berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan zat-zat makanan dari rahim ibu kepada bayi tersebut. Dalam bahsa Jawa tali plasenta tersebut dinamakan adik ari-ari.

2. Dengan tertutupnya sembilan lubang yang terdapat pada seorang bayi dalam kandungan rahim ibu, maka secara otomatis seluruh indera bayi belum berfungsi dengan kata lain bayi pada saat itu tidak bias melihat, mendengar, berkata-kata, bernafas, serta tidak bias buang air besar maupun air kecil. Tetapi rohani bayi tersebut pada saat itu sudah befungsi sifat ma’aninya.

3.Apa yang dirasakan oleh bayi pada saat berada dalam kandungan rahim ibu, tidak seorangpun mengetahuinya, kecuali bayi itu sendiri. Sayangnya setiap bayi yang telah tumbuh dewasa tidak dapat mengingat apa yang telah ia rasakan pada waktu ia berada dalam kandungan rahim ibunya.

Di dalam Al Qur’an juga dijelaskan bahwa ketika Roh-Ku ditiupkan ke dalam janin bayi ia telah berjanji kepada Allah SWT. Janji ini dalam bahasa agama disebut Syahadat Awal.
“Dia ingat ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiawa mereka seraya berfirman : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab : “Benar, kami menyaksikan bahwa Engkau Tuhan kami ……” (QS Al A’raaf 7 : 172).

Berdasarkan ayat tersebut para ahli tasawuf berpendapat bahwa seorang bayi dalam kandungan sebenarnya sudah bersyahadah atau telah menyaksikan Wujud Tuhannya dengan mata rohaninya. Hal itu dikarenakan sifat ma’ani dan rohaninya masih berfungsi dengan baik, belum terpengaruh oleh hawa nafsu yang berada pada jasadnya. Sehingga seorang bayi yang masih berada dalam kandungan dapat dikategorikan masih suci baik lahir maupun batin.

Tetapi sayangnya bayi tersebut belum mampu mengingat apa yang dirasakan dan dialaminya saat itu karena daya ingat akalnya belum berfungsi. Para ahli tasawuf mengatakan bahwa bayi dalam kandungan ibu sedang melakukan suatu Laku Islam Yang Sejati yaitu laku Musyahadah kepada Allah dengan berserah diri secara total kepada Allah SWT. Falsafah Jawa menyebut keadaan tersebut dengan istilah “mati Dalam Hidup” di alam suwung.

Idul Fithri Sebagai Proses Kembali Ke Pencipta

Setelah seorang bayi dalam kandungan telah cukup bulannya yaitu selama kurang lebih sembilan bulan berada dalam kandungan maka ia secara otomatis akan dilahirkan kealam dunia ini oleh ibunya, inilah yang disebut dengan hari kelahiran seorang bayi, yang diistilahkan dalam dunia kedokteran dengan istilah “Natal”, sedang keadaan bayi dalam kandungan disebut masa “Pre Natal”.

Setelah bayi lahir ke dunia sampai berusia lima tahun ia masih dikategorikan seorang manusia yang masih “suci” karena pengaruh-pengaruh hawa nafsunya belumlah berdampak negative terhadap kesucian rohaninya.
Tetapi ketika seorang manusia memasuki usia akil baligh sampai ia dewasa dan lanjut usia, maka mulailah lingkungan duniawi dan hawa nafsunya mempengaruhi kebersihan rohaninya, hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu :

1. Ketika seorang bayi dilahirkan pertama kalinya dari rahim seseorang maka secara ototmatis kesembilan lubang yang terdapat pada jasmaninya mulai terbuka dan berinteraksi dengan hawa dunia tetapi selama masa balita alat-alat inderawinya masih sangat selektif dalam menerima rangsangan duniawi sehingga lingkungan dunianya belum berdampak terhadap perkembangan kapasitas rohaninya

2. Ketika memasuki usia akil baligh dan usia selanjutnya mulailah lingkungan dunia dan hawa nafsunya memberikan dampak negative. Tetapi setiap manusia telah dibekali oleh Allah perlengkapan yang lengkap baik yang lahir maupun yang batin, yaitu Jasad yang sempurna berikut perlengkapannya yaitu Panca Indera yang terdiri dari : Penglihatan, pendengaran, pengecapan/pengucapan, penciuman, serta rasa jasmani. Empat indera tersebut semuanya berada di kepala manusia sedang rasa jasmani tersebar di seluruh tubuh. Selain itu manusia juga dilengkapi oleh akal yang berpusat di kepala yang merupakan perpaduan antara Cipta, Rasa dan Karsa (Fikir, Qalbu, dan Kehendak).

Sedangkan perlengkapan yang paling tinggi nilainya adalah Roh yang berasal dari Allah yang telah ditiupkan oleh Allah ketika bayi berusia kurang lebih tiga bulan. Roh manusia ini mempunyai wujud, ciri-ciri, kemampuan, dan kelebihan yang berbeda-beda dengan sifat jasmaninya.

Semua perlengkapan yang telah diberikan oleh Allah kepada setiap manusia dimaksudkan agar manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai utusan Allah atau Khalifah Allah di muka bumi tetapi sayangnya mayoritas manusia tidak dapat mengemban tugas tersebut bahkan yang lebih parah lagi kebanyakan manusia itu terbelit dengan hawa nafsunya dan dunianya sehingga lupa terhadap tugasnya, lupa terhadap Tuhannya, lupa terhadap syahadatnya, dan lupa terhadap asalnya. Dengan kata lain pada saat itu manusia buta mata hatinya terhadap Tuhannya dan tidak mengenal Asalnya yaitu Allah SWT.

Padahal suatu saat setiap manusia akan mengalami kematian dan rohnya harus kembali kepada yang meniupkannya. Oleh sebab itu Allah memberitahukan kepada setiap manusia agar ia mencari Kampung Akhirat (kampong asalnya) dan juga harus berusaha mengenal dan menemui Allah (Liqa’Allah) ketika ia masih berasa dan hidup di atas bumi.

Dan carilah dengan apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu, kampung Akhirat dan janganlah kamu lupakan bagimu di dunia dan berbuat baiklah……” (QS Al Qashash 28 : 77).

“Hai manusia! Sesungguhnya engkau harus berusaha dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, hingga engkau menemuiNya”. (QS Al Insyiqaaq 84 : 6)

Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintahkan agar manusia berusaha untuk kembali menemui Allah agar nantinya ketika wafat Rohnya dapat kembali ke asalnya yaitu Allah. Kembalinya seorang manusia kepada Allah sebagai Al Fathir, hal ini disebut dengan istilah Idul Fithri (Id = kembali, Fithri = Pencipta).

Proses kembalinya seorang manusia ke Pencipta dikiaskan dengan bahasa symbol sebagaimana awal mula kejadian manusia (yaitu keadaan seperti bayi dalam kandungan). Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an yaitu :

“Dan sesungguhnya kamu dating kepada Kami sendirian sebagaimana kami ciptakan kamu pada mulanya (awal penciptaan)….” (QS Al An’am 6 : 94).

“Kamu akan kembali menemui-Nya, sebagaimana Ia menciptakan pada mulanya (bayi dalam kandungan)”. (QS Al A’raaf 7 : 29).

Berdasarkan ayat-ayat tersebut setiap manusia akan kembali menemui Sang Pencipta (Al Fathir) sebagaimana ia diciptakan pada mulanya yaitu seorang bayi. Tetapi kata “bayi” di ayat tersebut bukanlah arti yang sesungguhnya melainkan kata mutasyabihat (symbol) yang maksudnya adalah setiap manusia yang ingin kembali menemui Sang Pencipta (Idul Fithri) maka ia harus melakukan suatu laku seperti seorang bayi dalam kandungan.

Para ahli tasawuf menamakan laku tersebut dengan istilah Shaum Khawasul Khawas menjadi Bayi Ma’ani. Untuk mengetahui cara atau metode bertemu kembali dengan Sang Maha Pencipta (Idul Fithri), para pembaca dapat bertanya kepada Guru Mursyid atau juga membaca buku lain dari penulis yang berjudul KUNCI MEMAHAMI ILMU MA’RIFAT. Tetapi sebelum membaca buku tersebut sebaiknya para pembaca merenungkan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits Rasulullah SAW di bawah ini :

“Hai orang-orang yang BERIMAN, telah ditulis PUASA atas kamu sebagaimana telah ditulis PUASA atas orang-orang beriman sebelum kamu, agar kamu bertambah TAQWA”. QS Al Baqarah 2 : 183).

“…. Dan berpuasa itu lebih baik bagi kamu, JIKA KAMU MENGETAHUI” (QS Al Baqarah 2 : 184)

“…. Dan hendaknya kamu MENYEMPURNAKAN BILANGAN BULAN ITU dan juga kamu hendaknya MENGAGUNGKAN ALLAH ATAS PETUNJUK-NYA ITU YANG TELAH DIBERIKAN KEPADAMU, supaya kamu BERSYUKUR”. (QS Al Baqarah : 185)

“Jika engkau ru’yah Hilal atau menyaksikan Bulan maka berpuasalah”. (Hadits)

“…… hendaklah kamu juga MENUTUP PANDANGANMU/PENGLIHATANMU”. (QS An Nuur 24 : 30).

“Kami TUTUP JUGA PENDENGARAN MEREKA beberapa lama di dalam GUA”. (QS Al Kahfi 18 : 11).

“Dan sesungguhnya kalau Kami memerintahkan kepada mereka : “Bunuhlah ANFUSMU atau keluarlah dari RUMAHMU (dirimu)!”, niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka MELAKSANAKAN pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan iman mereka, dan kalau demikian pasti Kami berikan kepada mereka KARUNIA YANG BESAR DARI SISI KAMI”. (QD An Nisaa 4 : 66-67).

“Ya itu kamu akan menyaksikan SINAR MATAHARI terbit dari sebelah kanan GUA dan terbenam di sebelah kiri GUA, sedangkan mereka ketika itu berada di TEMPAT YANG LUAS dalam Gua tersebut …..” (QS Al Kahfi 18 : 17).

“Sambil mereka berkata : “Ya Tuhan kami, SEMPURNAKANLAH BAGI KAMI CAHAYA KAMI dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS At Tahrim 66 : 8)

Dan kamu mengira mereka itu sadar padahal mereka itu tidak sadar dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dank e kiri, SEDANGKAN ANJING MEREKA MENJULURKAN KEDUA LENGANNYA KE MUKA PINTU GUA. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kalian akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah hati kamu akan dipenuhi ketakutan (tanda Tanya) terhadap mereka”. (QS Al Kahfi 18 : 18)

“Puasa adalah milikKu dan Aku yang paling berhak memberikan ganjaran untuknya”. (Al Shawm li wa-ana ajabihi) (Hadits Qudsi).

“Apabila engkau berpuasa, hendaklah telingamu berpuasa dan juga matamu, lidahmu, dan mulutmu, tanganmu, dan setiap anggota tubuhmua”. (Hadits).

“Banyak orang berpuasa, hendaknya telingamu berpuasa dan juga matamu, lidahmu dan mulutmu, tanganmu dan setiap anggota tubuhmu”. (Hadits).

“Banyak orang yang berpuasa tetapi tidak memperoleh kebaikan dari puasanya kecuali lapar dan haus”. (Hadits).

“Buatlah perut-perutmu lapar dan hati-hatimu haus dan badanmu telanjang, mudah-mudahan mata hati kalian bias melihat Allah di dunia ini” (Hadits).

Seorang sufi bernama Al Hujwiri dalam bukunya yang berjudul KASYFUL MAHJUB meriwayatkan : “Aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW dan memohon kepada beliau untuk memberikan nasehat kepadaku, dan beliau menjawab : “Tahanlan lidahmu dan tutuplah indera-inderamu”.

“Tatkala aku berada di sisi Rasululullah SAW tiba-tiba beliau bertanya “Adakah orang asing diantara kamu? Lantas beliau bersabda : “Angkat tangan kamu dan memerintahkan agar menutup Pintu”. (HR Al Hakim dari Ya’la bin Syidad).
Rasulullah SAW bersabda : “Lishaimi farhatthani, farhatun’ indal ifthari, wa farhatun’indal liqa’rabihi”. Artinya : bagi orang yang berpuasa pada saat kegembiraan, pertama di saat berbuka dan kedua disaat bertemu Tuhannya. Hadits).

Hai manusia! Sesungguhnya kamu harus berusaha dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, hingga kamu menemui-Nya”. (QS Al Insyiqaaq 84 : 64).
“Dan sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan menemui Allah (liman kaana yarjuloha)…” (QS Al Ahzab 33 : 21).
‘Barangsiapa yang mengharapkan bertemu dengan Allah, maka suatu saat waktu yang dijanjikan Allah akan tiba”. (QS Al Ankabuut 29 : 5).

“Barangsiapa yang bertemu dengan Allah, maka ia harus melakukan amal yang benar….” (QS Al Kahfi 18 : 110).
“… (yaitu) bunuhlah nafs-mu dan keluarlah dari rumahmu (anfus-mu) ani aqtuluu anfusakum awiakhrujuu min diyaarikum)…” (QS An Nisaa’ 4 : 66).
“… barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah menuju Allah dan Rasul-Nya…” (QS An Nisaa 4 : 1100).
“…maka masuklah ke dalam Gua, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan Rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang bermanfaat bagimu dalam urusan kamu, yaitu kamu akan melihat Cahaya MATAHARI bersinar dari sebelah kanan di dalam Gua, dan tenggelam di sebelah kiri kamu beada di tempat Yang luas dalam Gua

Jumat, 25 Juli 2014

SAUNG KETENANGAN CAKRA JIWA

Bemula dari nyanyian Jiwa yang selalu mencari Ketenangan, menyadarari untuk mencapai Ketenangan ternyata kita butuh keseimbangan dalam Jiwa, ini dilihat dari perputaran pagi-siang-sore-malam-pagi-siang-sore-malam dan seterusnya, mengantuk-tidur-bangun-mengantuk-tidur-bangun dan seterusnya, layaknya sebuah CAKRA yang seimbang berputar, mempelajari beberapa Hikmah yang diturunkan oleh ALLAH SWT ternyata perputaran akan selalu ada pada makna SUBHANALLAH-ALHAMDULILLAH-ALLAHU AKBAR-LAA ILAAHA ILLALLAH-

untuk mengenal lebih dekat dengan Cakra tersebut Insyaa Allah akan kami utarakan secara perlahan-lahan sebagaimana turunnya Al Quran adalah ayat per ayat






Alhamdulillah hari ini Saung Ketenangan Cakra Jiwa mulai mendapat amanah untuk saling berbagi kepada sesama (Sabtu 26 Juli 2014)



Terima kasih untuk semua sahabat yang Ikhlas memberikan baju dan sepatu layak pakai untuk diberikan kepada yang membutuhkan

PEMBERIAN BANTUAN KEPADA REKAN-REKAN YANG MEMBUTUHKAN

 IBU SUKARTI
 FITRI EKA ASTUTI
 IBU SAMINAH
IBU SAROFAH




Minggu, 28 Juli 2014,  Saung Ketenangan Cakra Jiwa di sela-sela TAKBIR yang berkumandang menyalurkan batuan kerupa pakaian kepada 7 warga Desa Tanjung Kesuma.
Terima kasih kepada semua hamba Allah yang sudi bergabung dengan kami di Saung.