Kamis, 31 Mei 2018

MAKNA AL FATIHAH BAGIAN 9


“Mbah baru-baru ini saya lihat di youtube ada seorang yang berilmu menyatakan bahwa percuma ngirim hadoroh/hadiah kepada Rasulullah SAW, karena Rasulullah sudah berada pada maqom syurga tertinggi jadi tidak butuh doa kita, juga katanya Al Fatihah tidak akan sampai ke ruh orang yang sudah meninggal … banyak lagi deh mbah, bahkan beliaunya bilang kenapa yang untuk hadiah itu kok Surat Al Fatihan, dan bukannya Al Baqoroh atau surat-surat lainnya?” Tanya Pak RT membuka pembicaraan di teras Musholla Al Lathif Desa Suka Damai.

Mbah Qodim memandangi pohon besar di seberang jalan, Pohon tersebut Kokoh dan bercabang banyak, itu mengapa pohon tersebut berdaun rindang, bahkan berbuah banyak “Yo jadikan bahan masukan untuk kita aja pak, ada ulama/kiai/ustadz atau saudara sesama Islam diantara kita yang punya pendapat demikian, oh iya … pak RT … seingat mbah, pak RT pernah memberi hadiah kepada pak Lurah?”

Pak RT “Iya mbah, memang kenapa?”

Mbah Qodim “Yang mbah tanyakan apa ada perintah dari pak Lurah untuk pak RT untuk memberikan hadiah tersebut?”

Pak RT “Wah gak ada toh mbah, itu terjadi karena dorongan hati saya yang berterima kasih punya pemimpin seperti pak Lurah, baik, bijaksana, memperhatikan rakyat dan lain-lain lah”.

Mbah Qodim “Lalu pak Lurah menerima hadiah pak RT?”

Pak RT “Yah … pertama-tama pak Lurah memperhatikan saya mbah, beliau tersenyum, mengucapkan terima kasih atas perhatian saya, juga sangat terkesan atas pengorbanan saya untuk menyisihkan apa yang saya punya untuk diberikan kepada beliau?”

Mbah Qodim “Lalu apa yang terjadi?”

Pak RT “Dengan penuh kebijaksanaannya hadiah tersebut diberikan kembali kepada saya, beliau bilang ‘Terima kasih, saya sudah berkecukupan pak RT, semua hadiah pak RT saya terima dan saya berikan kembali kepada pak RT agar bisa pak RT gunakan/manfaatkan baik untuk pak RT pribadi ataupun keluarga pak RT’, tidak lama pak Lurah justru nambahi oleh-oleh atau hadiah dari Beliau untuk saya bawa pulang mbah, saya sampai menangis, terharu”.

Mbah Qodim “Demikianlah akhlak seorang pemimpin yang bagus pak RT, Baginda kita, Muhammad SAW tidak pernah meminta doa/Al Fatihah dari kita, namun kita sebagai umatnya yang punya rasa kagum, syukur ataupun yang lainnya karena bisa punya junjungan seperti Beliau maka tidak ada salahnya mengikuti dorongan hati untuk mengirimkan hadiah terbaik dari kita untuk Beliau…. Beda … beda … jika ada seorang pemimpin yang meminta hadiah kepada anak buahnya … maka ketika anak buahnya memberikan hadiah … hakikatnya itu bukanlah hadiah namun berubah menjadi PAJAK … yaitu kewajiban yang harus di laksanakan, dan kita selaku umat yang kelak di yaumil akhir berharap akan berada di barisan belakang Beliau, tidak ada salahnya untuk mencuri perhatian Beliau dengan cara mengirimkan Hadiah Surat Al Fatihah agar harapan diri kita bisa terwujud apabila Beliau jadi lebih perhatian kepada kita…. Yah gambarannya pak RT tadi, berniat ngasih hadiah kok gak nyangka-nyangka justru menerima apa yang pak RT ingin hadiahkan dan ditambahi lagi oleh pak Lurah …. Namun kita tidak memikirkan masalah itu, yang kita fokuskan adalah bagaimana Rasulullah SAW kelak bisa lebih memperhatikan kita saat kita berada di Barisan Belakang Beliau”.

Pak RW yang sedari tadi diam angkat bicara “Lalu mbah, mengapa Al Fatihah yang di jadikan hadiah, atau untuk kirim doa? Bukankah banyak Surat-surat lainnya di dalam Al Qur’an?”

Mbah Qodim “Sebelumnya kita sudah mengupas makna Al Fatihah, nah kini kita mengupas kedudukan Surat ini berdasarkan ayat-ayat di dalamnya …. Dalam Surat Al Fatihah ini ada 7 ayat yang 3 diantaranya HAK ALLAH … 3 HAK MAKHLUK dan 1 lagi terdiri dari HAK Allah dan makhluk Nya …”

Pak RW “Maksudnya mbah? Hak apakah itu?”

Mbah Qodim “3 ayat Hak Allah … ya kepunyaan Allah … kita tidak memilikinya … 3 ayat tersebut adalah … ALHAMDULILLAHIROBBIL’ALAAMIIN … dimana Allah lah yang berhak atas segala pujian … apabila makluk dipuji oleh makluk lainnya itu hakekatnya menunjukan betapa pujian tersebut akan kembali kepada Allah … contoh ada manusia yang memiliki kepintaran atau kekuatan super … yakinlah itu karena anugerah yang diberikan oleh Allah SWT sehingga kembalinya tetap Allah lah yang nomor wahid harus kita puji, atau ada seekor burung yang pintar berbicara … kembali lagi itupun anugerah yang diberikan oleh Nya … jadi PUJIAN itu hak Allah SWT … kedua adalah ARRAHMAANIRRAHIIM … ini juga hak Allah … Dialah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang … apabila ada makluk Nya yang memiliki kasih dan sayang itu semata-mata karena ia terpancar dari Arrahmaniirrohiim … bagaimana seseorang akan memiliki sifat kasih kalau sebelumnya ia tidak merasakannya … atau bagaimana makluk di dunia ini bisa memiliki sifat saying apabila ia tidak menerima pancaran Arrahiim di dalam hatinya … dan yang ke 3 adalah Maaliki yaumiddiin … Yang Merajai Hari Pembalasan ini adalah Hak Allah SWT .. tidak ada satupun yang memilikinya”.

Wargapun mantuk-mantuk sambil merenungi kalimat yang diutarakan mbah Qodim.

Mbah Qodim “Selanjutnya 1 ayat yang terdiri dari hak Allah dan makhluk adalah Iyyakana’budu wa iyya kanashta’in … disini ada yang menyembah … ada yang di sembah … ada yang meminta tolong adan ada yang Maha menolong … hak kita menyembah dan meminta tolong … dan hak Allah SWT adalah disembah dan memberikan pertolongan … lalu hak kita ada 3 … yaitu meminta petunjuk jalan yang lurus … ini adalah hak makhluk… lalu golongan yang mendapat nikmat … ini juga hak kita … lalu golongan inkar dan sesat ini juga ditujukan untuk kita …”

Pak RW “Lalu kenapa bisa menjadi hadiah mbah?”

Mbah Qodim “Sesungguhnya kandungan 30 juz dalam Al Quran itu bila disimpulkan akan terangkum dalam Surat Al Fatihah … dan bila surat Al fatihah di rangkum akan menjadi BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM … yaitu Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang … apabila makhluk membaca Bismillahirrahmaanirrahiim maka saat itu Allah SWT menyertai makhluk tersebut, apabila kita mau berpergian/makan/minum atau kegiatan baik lainnya dan kita membaca Bismillahirrahmaanirrahiim maka sesungguhnya kita sudah menghadirkan Allah SWT sedang bersama kita”.

Pak RW “Maksudnya mbah?”

Mbah Qodim “Bismillahirrahmaanirrahiim bisa kita katakana sebagai SK atau SPRIN/Surat Perintah … mbah gambarkan .. jika seorang prajurit bertugas maka ia akan menerima Surat Perintah ATAS NAMA Komandannya … dan bila ia membawa Surat tersebut maka ia laksana sedang bersama Komandannya, contoh saat seorang Provost hendak menangkap anggota yang nakal namun pangkatnya lebih tinggi, maka ia menunjukkan Sprin yang ia bawa … maka atasannya pasti akan tuduk karena si provost sedang membawa Surat Perintah dari Pangkat Tertinggi …. Atau … Seorang PNS pindah tugas ataupun sedang melaksanakan kegiatan tugas SK merupakan BUKTI bahwa ia sedang dalam pengawasan Sang Pimpinan, Bahkan seorang Menteri bisa melantik Pegawainya bila ia sedang membawa SK Presiden”.

Pak RT “Lalu kenapa dalam Al Quran yang terdiri dari 114 Surat ada 1 surat yang tidak di dahului dengan Bismillahirrahmaanirrahiim, mbah?”

Mbah Qodim sambil manggut-manggut “Surat At Taubah ya … sekali lagi mbah TEGASKAN kalimat Bismillahirrahmaanirrahiim merupakan wujud kita menghadirkan Allah SWT dalam perbuatan kita … Surat At Taubah itu artinya TAUBAT / Pengampunan.. tidak mungkin kita menghadirkan Allah Tuhan kita untuk kita ajak bertobat / mohon ampun … karena DIA adalah Sang Maha Penerima Taubat … tidak mungkin SK / Sprin dari pimpinan kita jadikan alat untuk mengajak si pembuat SK/Sprin tersebut … contoh sangat tidak mungkin kita mengajak Presiden untuk dilantik bersama-sama kita … karena Presidenlah yang harusnya melantik, dan isi Surat Taubah lebih banyak tentang seruan BERPERANG … ini akan bertolak belakang dengan sifat Arrahmaan dan Arrohiim, karena saat berperang hukumnya membunuh atau dibunuh ... menang atau kalah ... kuat atau lemah .. dll”

Kembali semua warga merenungi kalimat mbah Qodim.

Mbah Qodim “Nah kandungan Al Fatihah yang agung inilah yang menjadikan sesuatu yang paling BERHARGA dari diri kita … maka Surat inilah yang patut menjadi sebuah hadiah sebagai symbol PENGHARGAAN SEBESAR-BESARNYA untuk kita berikan kepada orang lain … baik masih hidup ataupun yang sudah meninggal … apalgi untuk Rasulullah SAW .. tiada yang lebih berharga dari apapun yang kita miliki …. Apa pantas kita member Rasulullah… uang… Mobil .. rumah … ataupun yang lainnya … Al Fatihah akan menjadi hadiah tertinggi dan sangat berharga … Subhan Allah … Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Sempurna dari segala PERBUATANNYA ….”

Pak RT “Lalu apakah Bismillahirrahmaanirrahiim bisa di rangkum lagi mbah ?”

Mbah Qodim tersenyum …. “Ya … bila di rangkum akan menjadi HURUF BA … dan rangkuman huruf BA akan menjadi TITIK HURUF BA, In Syaa Allah lain waktu kita bahas hal itu”.


Rabu, 23 Mei 2018

MAKNA AL FATIHAH BAGIAN 8


Seusai Sholat Sunnah Tarwih warga memutuskan untuk duduk melingkar menunggu mbah Qodim, setelah mbah Qodim duduk mapan maka Pak RW segera melancarkan pertanyaan “Mbah ayo kita lanjutkan ngupas Al Fatihahnya … agar kita semua bisa terbuka dan mengamalkannya!”

Mbah Qodim “Enggeh bapak-bapak, kemarin kita sudah mengupas tentang meminta jalan yang lurus, nah di ayat selanjutnya ini adalah bagaimana kita aplikasikan pelajaran-pelajaran sebelumnya, yaitu menggerakkan jiwa kita terhadap petunjuk yang diberikan nyata oleh Allah SWT setiap harinya, ayat-ayat yang terus mengalir dan kita saksikan dan rasakan oleh panca indera kita”.

Pak RT “Maksudnya bagaimana mbah?”

Mbah Qodim “Sebenarnya setiap hari kita diberikan contoh nyata tentang orang-orang yang mendapatkan nikmat, contoh-contoh nyata orang-orang yang inkar dan orang-orang yang tersesat, apa yang pak RT rasakan apabila melihat ada seorang yang mabuk-mabukan, lalu ngebut-ngebutan sampai akhirnya ia harus meregang nyawa saat mencium bamper mobil Truck?”

Pak RT “Yah syukurin mbah, makanya jadi orang jangan ugal-ugalan, hehhehe”

Mbah Qodim tersenyum namun matanya terlihat berkaca-kaca “Bapak-bapak sekalian, sebenarnya itu ditujukan untuk kita, saat kita melihat dengan mata kita sebuah kejadian maka sebenarnya Ayat terakhir Surat Al Fatihah ini sedang bekerja menjawab doa-doa kita setiap sholat, ingatkan kepada hati kita , sesungguhnya Allah SWT sudah memberikan contoh ada seorang hamba yang inkar kepada larangan Allah SWT, lalu dari inkar ia menjadi lalai dan berakibat bertemu adzab, yaitu menemui kematian yang tragis, walau sebenarnya menyedihkan … namun untuk diri kita haruslah kita bersyukurlah kepada Allah SWT bahwa orang tersebut yang di JADIKAN CONTOH oleh Allah SWT untuk memperbaiki prilaku kita, dan bukannya kita yang dijadikan contoh jelek untuk orang lain… jadi jangan sekali-kali menghardiknya, mencacinya, ngucapkan bahasa yang sinis … karena itu adalah rambu-rambu untuk kita bapak-bapak … sebuah contoh yang ainul yaqin diberikan kepada kita langsung melalui bola mata kita menyaksikannya agar kita jangan mabuk-mabukan … jangan ugal-ugalan .. bila tidak ingin mengalami nasib seperti orang tersebut”.

Pak RT menunduk sambil tersipu malu. Warga yang lain menutup mulut menahan gerah hatinya untuk mencemooh pak RT karena takut mereka akan dinilai sama oleh mbah Qodim, mereka menganggap prilaku pak RT barusan adalah contoh nyata bahwa sifat manusia tidak seharusnya demikian.

Mbah Qodim “Seorang hamba yang sudah terbuka jiwanya maka ia akan menjadikan pedoman contoh-contoh nyata apa yang ia lihat, dengar … ataupun yang ia yakini dari sumber yang benar … termasuk berita-berita yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadist, dimana disana banyak sekali berita-berita tentang orang-orang yang mendapatkan nikmat, sehingga berbahagia … ataupun berita-berita orang-orang yang inkar … sehingga pada puncak kejayaan yang telah ia capai sekalipun akan berakhir dengan suul khotimah ataupun kehancuran… juga menerungi adanya kaum yang tersesat dalam menata arah tujuan hidup, semua dikarenakan tidak gigihnya mereka dalam mencari kebenaran …. namun jika tergolong tersesat disini masih bisa tertolong dengan hidayah bila saja mereka mau membuka jiwa mereka … sehingga cahaya kebenaran akan masuk dan singgah ke dalam hati mereka”.

Pak RW “Jadi sebenarnya contoh-contoh tersebut untuk kita semua mbah? Untuk intropeksi dan pembenahan diri kita?  bukan untuk menyalahkan orang lain?”

Mbah Qodim tersenyum “Bahkan saat pak RW kecopetan sekalipun… pak RW harus bersyukur karena menjadi sebuah contoh”.

Pak RW “Kok bisa gitu mbah?”

Mbah Qodim “Iya karena pak RW menjadi contoh hamba yang kecopetan dengan prilaku apa yang akan pak RW lakukan … sehingga orang yang lain yang mendapatkan cerita dari pak RW bisa terhindar dari kecopetan … dan prilaku pak RW setelah kecopetanpun akan menjadi contoh untuk orang lain … apakah pak RW hanya mengumpat dan mencari maki orang yang nyopet walau pak RW sendiri tidak tahu siapa orang tesebut … atau pak RW justru mengambil langkah hukum dengan cara laporan ke aparat yang berwenang …ataupun mungkin menjadi contoh orang yang mengikhlaskan harta yang sedikit itu dengan keyakinan akan ada gantinya yang lebih baik hehhehe… tapi yang terpenting pak RW bukan sebagai contoh si copetnya hehehhehe”. 

Semua warga tersenyum …. Mereka mulai memaknai ayat-ayat yang tersirat dari penjabaran Shirotolladzi na an’am ta’alaihim .. ghoiril maghdhu bi’alaihim waladhdhooolliin ….

Mbah Qodim “Saat kita sudah menemui jalan kita yang benar dan diberkahi oleh Nya … maka jadikanlah Allah pusat segala puji-pujian sehingga hilang sifat keAKUan seorang hamba… lalu bersikaplah lemah lembut … agar kita semakin dekat kepada Allah SWT Maha Raja kita … dan kita buktikan dengan hanya menyembah dan meminta pertolongan kepada Nya … lalu beristiqomohlah memohon untuk tetap pada jalan yang lurus …. Yang rambu-rambunya kita saksikan langsung pada kehidupan di dunia ini dengan dasar apa-apa yang tertulis pada Al Quran dan Al Hadist … baik tentang perintah .. larangan ataupun sebuah kisah … maka jiwa kita akan terbuka sehingga Jagat ingkang gumelar iso muat teng jagat ingkang gemulung …. Atau luasnya jagat raya ini akan cukup bermaqom di dalam hati kita …. Sebenarnya penjabarannya sangat panjang, tetapi mbah dulu belajarnya demikian dan pengembangannya adalah tekad yang dilandasi oleh kemurnian hati kita untuk menerima Cahaya Nya sehingga penjelasan sedikit ini akan menjadi tebalnya bab buku hati panjenengan sedoyo masing-masing … tetapi tidak ada salahnya bila masih belum mengerti mari kita mengaji bersama karena Surat Al Fatihah adalah PEMBUKA untuk  113 Surat lainnya. ORANG YANG TERBUKA PINTU JIWANYA AKAN MENJADIKAN AYAT-AYAT AL QURAN UNTUK MENILAI DIRI SENDIRI SEDANGKAN ORANG YANG BELUM TERBUKA JIWANYA AKAN MENGGUNAKAN AYAT-AYAT AL QURAN UNTUK MENILAI ORANG LAIN”

Kamis, 10 Mei 2018

MAKNA AL FATIHAH BAGIAN 7



“Nah itu Mbah Qodim akhirnya datang” Teriak Mak Narti, sontak semua isi warung menoleh dan tersenyum, mereka berteriak hampir bersamaan “Mbaaaaah akhirnya kita ketemu lagi …. “


Mbah Qodim tersenyum sambil mengucapkan salam, lalu duduk memandangi warga Desa Suka Damai yang terlihat tersenyum-senyum.


Pak RT “Kemarin kita membahas ayat Iyya ka na’budu wa iyya ka nasta’in mbah, bla blab la ….”


Mbah Qodim tersenyum, “Enggeh bapak-bapak sekalian”


“Lalu kenapa muncul Ihdinashshirothol mustaqim mbah, jika kita sudah menyembah dan meminta tolong kepada Allah SWT, kita kan melakukannya agar tidak mendapat murka dari Sang Maha Raja Akhirat, tetapi setelah kita menyembah dan minta tolong hanya kepada Allah …. Kok muncul kalimat memohon agar kita ditunjukan ke jalan yang lurus, bukankah kita sudah merealisasikan menyembah dan memohon pertolongan?” tanya pak RT


Mbah Qodim mulai menundukkan kepalanya “Itulah bapak-bapak, Islam yang Rohmatan lil’alamin ini selalu dihiasi oleh 2 faktor, kanan-kiri, besar-kecil ataupun di dalam diri kita dan di luar diri kita, ada diri sendiri dan ada juga orang lain, bila kita benar-benar memahami kandungan Surat Al Fatihah maka kita tidak akan merasa benar sendiri dan tidak akan mudah menuduh orang lain SESAT … JAHAT … INGKAR dan lain sebagainya, karena kita sendiri juga masih memohon menuju jalan yang lurus, dan bahayanya lagi apabila saudara-saudara kita yang lain (sesama muslim) mereka di saat sholat membaca Surat Al Fatihah maka yakinlah bahwa mereka juga pasti membaca Ihdinashshirothol mustaqim … nah … saat ayat tersebut dibaca maka secara otomatis doa tersebut menstarter proses Af ‘Alullah .. karena Allah SWT sudah berjanji kepada seluruh hamba Nya apabila seseorang berdoa kepada Allah maka Allah SWT akan mengabulkannya …. Lalu hanya karena ketidak tahuan kita, seenaknya saja kita sering bilang orang lain sesat …. Padahal Rahasia Allah tiada yang tahu kecuali hanya DIA atau kepada hamba yang di kehendaki Nya”


Pak RT “Lha kalau ada orang lain yang ibadahnya tidak ladzim dan tidak sama dengan yang kita lakukan bagaimana mbah?”


Mbah Qodim “Yah, kita jangan langsung berkata sesat dulu…. Bagusnya kita lihat dulu, pelajari dulu, cocokkan dengan ilmu-ilmu yang kita dapatkan dari Al Quran dan Al Hadist, atau juga dari guru-guru kita, tabayyun/konfirmasi dengan menemui orang tersebut akan lebih bagus dari pada langsung menilai, karena kita juga sedang tersesat …. Maka kita masih membaca Ihdinashshirothol mustaqim”.


“Tersesat bagaimana mbah?” Tanya pak RW


Mbah Qodim “Ya tersesat, buktinya kita masih ada di dunia, kalau gak tersesat ya mestinya ada di syurga, hehhe … oh iya …pak RW pernah ke Desa Singo Lamu?”


Pak RW “Belum mbah!”


Mbah Qodim “Tahu Desa tersebut?”


Pak RW “Tahu Mbah, dari orang-orang yang bercerita tentang desa tersebut”


Mbah Qodim “Apa yang akan pak RW lakukan jika ingin bertujuan pergi kesana?”


Pak RW “Yaa bertanya kepada yang tahu atau yang sudah pernah kesana mbah, atau juga mencari petunjuk dari rambu-rambu yang ada”.


Mbah Qodim “Selama perjalanan kesana apa yang akan pak RW lakukan?”


Mbah Qodim “Ya selalu bertanya pada orang yang saya lewati mbah, atau selalu mencari rambu-rambu petunjuk arah ke desa tersebut”


Mbah Qodim “Seandainya pak RT mau kesana juga tetapi jalannya tidak sama dengan pak RW, apakah pak RW bilang bahwa pak RT salah? Atau malah pak RW bilang pak RT tersesat karena tidak sejalan dengan pak RW?”


Pak RW memandangi wajah mbah Qodim “Ya salah mbah, lha wong saya sudah bertanya dan memperhatikan rambu-rambu mbah”.


Mbah Qodim “Darimana pak RW tahu bahwa jalan dan rambu-rambu itu benar arah menuju kesana, padahal pak RW juga belum pernah kesana?”


“Ya dari yang saya yakini bersumber bertanya langsung kepada orang-orang yang pernah kesana serta rambu-rambu yang saya lihat, mbah!” jawab pak RW.


Mbah Qodim “Itu dia yang mbah bilang tadi, berarti pak RW sedang merasa benar sendiri, karena berdasarkan dari apa-apa yang pak RW alami dan rasakan atau dari apa yang pak RW ketahui…..padahal pak RW masih meminta petunjuk juga kan?, bagusnya tanyakan dulu/tabayyun siapa tahu tanpa pak RW ketahui ternyata pak RT juga sebenarnya meminta petunjuk dengan bertanya kepada orang-orang yang pak RT temui, bahkan dari rambu-rambu yang pak RT ikuti, katakan saja ada banyak jalan untuk masuk ke Desa Singo Lamu yang dari Utara, Selatan dan lain-lain … ini yang dinamakan Sirrullah … Rahasia Allah dalam menuntun hamba-hamba Nya saat menuju mendekati Nya … semua diberikan oleh Allah dengan banyak sekali jalan dan petunjuk-petunjuk yang menjadi Rahasia Nya … ada yang diberi petunjuk melingkar … namun berjalan mulus … ada yang diberi jalan potong kompas namun harus menyeberangi jurang bebatuan, semua akan berkumpul membawa bermacam-macam oleh-oleh yang mereka dapatkan dari jalan yang mereka lewati, bisa saja Pak RW sampai disana membawa duren tapi pak RW membawa Rambutan .. semua karena yang bapak-bapak lewati akan banyak sekali menyediakan oleh-oleh yang bisa dibawa ketika kita sampai pada tujuan”.


Semua orang di warung tersebut menunduk


Mbah Qodim “Jadi bapak-bapak, bila jiwa kita mau terbuka setelah kita tahu agar selamat dari Murkanya Sang Maha Raja di hari pembalasan, kita harus melaksanakan bhakti dengan cara hanya menyembah Nya dan hanya meminta pertolongan Nya, namun tidak cukup sampai disitu lanjutkan dengan meminta petunjuk Nya agar diberikan jalan yang lurus … ini berlaku bagi setiap hamba-hamba Nya, maka … satu hamba dengan hamba yang lain akan ada yang seiring jalannya dikarena lewat jalan yang sama, namun akan ada yang berjalan lewat jalan yang lainnya … ini disebabkan, proses menuju kepada Allah SWT selalu berbeda-beda sesuai dengan takaran dan kadar masing-masing hamba tersebut … ada yang berkendara mobil sehingga diberikan jalan yang melingkar dengan maksud agar orang lain yang sejalan bisa menumpang, ada yang berkendara motor namun jalannya sedikit memotong dikarenakan melewati jalan sempit yang bisa dilewati oleh kendaraan roda dua …. atau juga ada jalan yang berbatuan yang tidak bisa dilewati mobil dan motor … namun tetap bisa dilewati apabila dengan berjalan kaki, jangan mudah menilai orang lain sesat … (Mbah Qodim menunduk) sebenarnya masih panjang sekali untuk menjelaskan ini, namun mbah yakin, bapak-bapak akan menemukan inti sarinya sesuai dengan kadar pengetahuan yang bapak-bapak miliki…. Intinya untuk membuka jiwa kita jangan cepat kita menilai seseorang itu sesat hanya karena dasar ilmu-ilmu yang kita ketahui … tanamkan pada diri kita bahwa ilmu pengetahuan yang kita miliki adalah setetes dari samudera yang luas yang itu disebar pada Makhluk-makhluk Ciptaan Nya, maka kelak di pengadilan Sang Maha Raja, kita tidak disalahkan karena sudah menyalahkan sedari awal kepada hamba-hamba Nya yang juga berhak mendapatkan pengadilan seadil-adilnya di yaumil akhir”. 

Kamis, 03 Mei 2018

MAKNA AL FATIHAH BAGIAN 6


“Mbah Qodim kok lama banget ya safarnya?” Pak RT bertanya kepada pak RW, sementara warga sudah beberapa hari ini berkumpul tanpa mbah Qodim.


Pak RW “Iya bapak-bapak, mungkin ada keperluan yang tidak bisa beliau tinggalkan, ayoo kita buka jiwa kita untuk meneruskan pelajaran ini!! Bukankan Mbah Qodim selalu berpesan agar kita AFALA TA’QILUUN?”


Tiba-tiba mereka semua meliahat orang yang belum mereka kenal memasuki warung mak Narti, orang tersebut memesan segelas kopi lalu duduk dimana mbah Qodim sering duduk, orang itu terlihat tenang dan sepertinya tidak ingin diganggu, jadi pak RT memutuskan untuk membuka kembali pelajaran Surat Al Fatihah.


Pak RT “Saat ini masuk pada ayat Iyya ka na’budu wa iyya ka nasta’in, gimana tuh pak RW, kenapa sehabis menunjukan bahwa Allah adalah Maha Raja di hari pembalasan kok ayat selanjutnya berbunyi demikian?”


Pak RW memejamkan matanya, ia seolah-olah sedang berusaha menenangkan dirinya, ia membayangkan wajah mbah Qodim, berusaha mempersatukan frekwensi jiwanya … pak RW berusaha Robitoh jiwa dengan mbah Qodim, perlahan ia membuka matanya “Ayat Al Quran selalu berangkai … memberikan keterangan dan kejelasan untuk ayat-ayat yang sudah dilewati, ingatlah … saat di hari pembalasan Allah SWT sudah berubah menjadi Raja di Raja yang siap menentukan pembalasan … baik ataupun buruk … DIA adalah Hakim yang seadil-adilnya … anggota tubuh kita akan menjadi saksi utama membeberkan amal-amal dan kemungkaran yang kita lakukan saat di dunia, maka tidak ada yang bisa mengelak dan berdalih saat itu!”


Pak RW “Iya… tetapi kok ayat selanjutnya berbunyi Iyya ka na’budu wa iyya ka nasta’in, pak RW?”


Pak RT kembali memejamkan matanya …. Lalu kembali membukanya dengan tajam “Ingat, kata mbah Qodim kemarin lusa, pada saat itu …dengan segala keperkasaan Nya … Allah akan menuntut kita semua … selaku hamba Nya yang memiliki sembahan selain DIA … Allah juga akan memaksa kita untuk menghadirkan Tuhan-tuhan selain DIA yang dijadikan tempat pertolongan!! Nah … untuk menghindari MURKA Sang Maha Raja di hari pembalasan tak ada rumus lain … yaitu … saat di dunia, kita HANYA menyembah kepada NYA dan HANYA meminta pertolongan kepada Allah … maka In Syaa Allah kita semua selamat di yaumil hisab nanti!!”


Semua mata warga di warung tersebut berkaca-kaca mendengar jawaban pak RW .. kerinduan kepada mbah Qodim tiba-tiba masuk ke relung hati mereka …. Tiba-tiba terdengar suara SRUUUUUUP … suara kopi panas yang di seruput orang asing dan duduk di kursi yang biasa mbah Qodim duduki.


Semua mata memandangi orang tersebut, sang orang asing yang menyadari bahwa dirinya jadi pusat perhatian menjadi gugup sambil memandangi wajah-wajah warga yang menatapnya … lalu dengan sedikit kikuk ia berdiri lalu membayar kopi yang ia minum dan keluar dari dari warung mak Narti sambil berfikir keras tentang kejadian yang baru ia alami, anehnya keluarnya orang tersebut mirip seperti tingkahnya mbah Qodim bila geremeng meninggalkan warga yang mbandel saat diajak menuju kebaikan.