“Nah itu Mbah Qodim akhirnya datang” Teriak Mak Narti, sontak semua isi warung menoleh dan tersenyum, mereka berteriak hampir bersamaan “Mbaaaaah akhirnya kita ketemu lagi …. “
Mbah Qodim tersenyum sambil mengucapkan salam, lalu duduk memandangi warga Desa Suka Damai yang terlihat tersenyum-senyum.
Pak RT “Kemarin kita membahas ayat Iyya ka na’budu wa iyya ka nasta’in mbah, bla blab la ….”
Mbah Qodim tersenyum, “Enggeh bapak-bapak sekalian”
“Lalu kenapa muncul Ihdinashshirothol mustaqim mbah, jika kita sudah menyembah dan meminta tolong kepada Allah SWT, kita kan melakukannya agar tidak mendapat murka dari Sang Maha Raja Akhirat, tetapi setelah kita menyembah dan minta tolong hanya kepada Allah …. Kok muncul kalimat memohon agar kita ditunjukan ke jalan yang lurus, bukankah kita sudah merealisasikan menyembah dan memohon pertolongan?” tanya pak RT
Mbah Qodim mulai menundukkan kepalanya “Itulah bapak-bapak, Islam yang Rohmatan lil’alamin ini selalu dihiasi oleh 2 faktor, kanan-kiri, besar-kecil ataupun di dalam diri kita dan di luar diri kita, ada diri sendiri dan ada juga orang lain, bila kita benar-benar memahami kandungan Surat Al Fatihah maka kita tidak akan merasa benar sendiri dan tidak akan mudah menuduh orang lain SESAT … JAHAT … INGKAR dan lain sebagainya, karena kita sendiri juga masih memohon menuju jalan yang lurus, dan bahayanya lagi apabila saudara-saudara kita yang lain (sesama muslim) mereka di saat sholat membaca Surat Al Fatihah maka yakinlah bahwa mereka juga pasti membaca Ihdinashshirothol mustaqim … nah … saat ayat tersebut dibaca maka secara otomatis doa tersebut menstarter proses Af ‘Alullah .. karena Allah SWT sudah berjanji kepada seluruh hamba Nya apabila seseorang berdoa kepada Allah maka Allah SWT akan mengabulkannya …. Lalu hanya karena ketidak tahuan kita, seenaknya saja kita sering bilang orang lain sesat …. Padahal Rahasia Allah tiada yang tahu kecuali hanya DIA atau kepada hamba yang di kehendaki Nya”
Pak RT “Lha kalau ada orang lain yang ibadahnya tidak ladzim dan tidak sama dengan yang kita lakukan bagaimana mbah?”
Mbah Qodim “Yah, kita jangan langsung berkata sesat dulu…. Bagusnya kita lihat dulu, pelajari dulu, cocokkan dengan ilmu-ilmu yang kita dapatkan dari Al Quran dan Al Hadist, atau juga dari guru-guru kita, tabayyun/konfirmasi dengan menemui orang tersebut akan lebih bagus dari pada langsung menilai, karena kita juga sedang tersesat …. Maka kita masih membaca Ihdinashshirothol mustaqim”.
“Tersesat bagaimana mbah?” Tanya pak RW
Mbah Qodim “Ya tersesat, buktinya kita masih ada di dunia, kalau gak tersesat ya mestinya ada di syurga, hehhe … oh iya …pak RW pernah ke Desa Singo Lamu?”
Pak RW “Belum mbah!”
Mbah Qodim “Tahu Desa tersebut?”
Pak RW “Tahu Mbah, dari orang-orang yang bercerita tentang desa tersebut”
Mbah Qodim “Apa yang akan pak RW lakukan jika ingin bertujuan pergi kesana?”
Pak RW “Yaa bertanya kepada yang tahu atau yang sudah pernah kesana mbah, atau juga mencari petunjuk dari rambu-rambu yang ada”.
Mbah Qodim “Selama perjalanan kesana apa yang akan pak RW lakukan?”
Mbah Qodim “Ya selalu bertanya pada orang yang saya lewati mbah, atau selalu mencari rambu-rambu petunjuk arah ke desa tersebut”
Mbah Qodim “Seandainya pak RT mau kesana juga tetapi jalannya tidak sama dengan pak RW, apakah pak RW bilang bahwa pak RT salah? Atau malah pak RW bilang pak RT tersesat karena tidak sejalan dengan pak RW?”
Pak RW memandangi wajah mbah Qodim “Ya salah mbah, lha wong saya sudah bertanya dan memperhatikan rambu-rambu mbah”.
Mbah Qodim “Darimana pak RW tahu bahwa jalan dan rambu-rambu itu benar arah menuju kesana, padahal pak RW juga belum pernah kesana?”
“Ya dari yang saya yakini bersumber bertanya langsung kepada orang-orang yang pernah kesana serta rambu-rambu yang saya lihat, mbah!” jawab pak RW.
Mbah Qodim “Itu dia yang mbah bilang tadi, berarti pak RW sedang merasa benar sendiri, karena berdasarkan dari apa-apa yang pak RW alami dan rasakan atau dari apa yang pak RW ketahui…..padahal pak RW masih meminta petunjuk juga kan?, bagusnya tanyakan dulu/tabayyun siapa tahu tanpa pak RW ketahui ternyata pak RT juga sebenarnya meminta petunjuk dengan bertanya kepada orang-orang yang pak RT temui, bahkan dari rambu-rambu yang pak RT ikuti, katakan saja ada banyak jalan untuk masuk ke Desa Singo Lamu yang dari Utara, Selatan dan lain-lain … ini yang dinamakan Sirrullah … Rahasia Allah dalam menuntun hamba-hamba Nya saat menuju mendekati Nya … semua diberikan oleh Allah dengan banyak sekali jalan dan petunjuk-petunjuk yang menjadi Rahasia Nya … ada yang diberi petunjuk melingkar … namun berjalan mulus … ada yang diberi jalan potong kompas namun harus menyeberangi jurang bebatuan, semua akan berkumpul membawa bermacam-macam oleh-oleh yang mereka dapatkan dari jalan yang mereka lewati, bisa saja Pak RW sampai disana membawa duren tapi pak RW membawa Rambutan .. semua karena yang bapak-bapak lewati akan banyak sekali menyediakan oleh-oleh yang bisa dibawa ketika kita sampai pada tujuan”.
Semua orang di warung tersebut menunduk
Mbah Qodim “Jadi bapak-bapak, bila jiwa kita mau terbuka setelah kita tahu agar selamat dari Murkanya Sang Maha Raja di hari pembalasan, kita harus melaksanakan bhakti dengan cara hanya menyembah Nya dan hanya meminta pertolongan Nya, namun tidak cukup sampai disitu lanjutkan dengan meminta petunjuk Nya agar diberikan jalan yang lurus … ini berlaku bagi setiap hamba-hamba Nya, maka … satu hamba dengan hamba yang lain akan ada yang seiring jalannya dikarena lewat jalan yang sama, namun akan ada yang berjalan lewat jalan yang lainnya … ini disebabkan, proses menuju kepada Allah SWT selalu berbeda-beda sesuai dengan takaran dan kadar masing-masing hamba tersebut … ada yang berkendara mobil sehingga diberikan jalan yang melingkar dengan maksud agar orang lain yang sejalan bisa menumpang, ada yang berkendara motor namun jalannya sedikit memotong dikarenakan melewati jalan sempit yang bisa dilewati oleh kendaraan roda dua …. atau juga ada jalan yang berbatuan yang tidak bisa dilewati mobil dan motor … namun tetap bisa dilewati apabila dengan berjalan kaki, jangan mudah menilai orang lain sesat … (Mbah Qodim menunduk) sebenarnya masih panjang sekali untuk menjelaskan ini, namun mbah yakin, bapak-bapak akan menemukan inti sarinya sesuai dengan kadar pengetahuan yang bapak-bapak miliki…. Intinya untuk membuka jiwa kita jangan cepat kita menilai seseorang itu sesat hanya karena dasar ilmu-ilmu yang kita ketahui … tanamkan pada diri kita bahwa ilmu pengetahuan yang kita miliki adalah setetes dari samudera yang luas yang itu disebar pada Makhluk-makhluk Ciptaan Nya, maka kelak di pengadilan Sang Maha Raja, kita tidak disalahkan karena sudah menyalahkan sedari awal kepada hamba-hamba Nya yang juga berhak mendapatkan pengadilan seadil-adilnya di yaumil akhir”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar