Kamis, 03 Mei 2018

MAKNA AL FATIHAH BAGIAN 6


“Mbah Qodim kok lama banget ya safarnya?” Pak RT bertanya kepada pak RW, sementara warga sudah beberapa hari ini berkumpul tanpa mbah Qodim.


Pak RW “Iya bapak-bapak, mungkin ada keperluan yang tidak bisa beliau tinggalkan, ayoo kita buka jiwa kita untuk meneruskan pelajaran ini!! Bukankan Mbah Qodim selalu berpesan agar kita AFALA TA’QILUUN?”


Tiba-tiba mereka semua meliahat orang yang belum mereka kenal memasuki warung mak Narti, orang tersebut memesan segelas kopi lalu duduk dimana mbah Qodim sering duduk, orang itu terlihat tenang dan sepertinya tidak ingin diganggu, jadi pak RT memutuskan untuk membuka kembali pelajaran Surat Al Fatihah.


Pak RT “Saat ini masuk pada ayat Iyya ka na’budu wa iyya ka nasta’in, gimana tuh pak RW, kenapa sehabis menunjukan bahwa Allah adalah Maha Raja di hari pembalasan kok ayat selanjutnya berbunyi demikian?”


Pak RW memejamkan matanya, ia seolah-olah sedang berusaha menenangkan dirinya, ia membayangkan wajah mbah Qodim, berusaha mempersatukan frekwensi jiwanya … pak RW berusaha Robitoh jiwa dengan mbah Qodim, perlahan ia membuka matanya “Ayat Al Quran selalu berangkai … memberikan keterangan dan kejelasan untuk ayat-ayat yang sudah dilewati, ingatlah … saat di hari pembalasan Allah SWT sudah berubah menjadi Raja di Raja yang siap menentukan pembalasan … baik ataupun buruk … DIA adalah Hakim yang seadil-adilnya … anggota tubuh kita akan menjadi saksi utama membeberkan amal-amal dan kemungkaran yang kita lakukan saat di dunia, maka tidak ada yang bisa mengelak dan berdalih saat itu!”


Pak RW “Iya… tetapi kok ayat selanjutnya berbunyi Iyya ka na’budu wa iyya ka nasta’in, pak RW?”


Pak RT kembali memejamkan matanya …. Lalu kembali membukanya dengan tajam “Ingat, kata mbah Qodim kemarin lusa, pada saat itu …dengan segala keperkasaan Nya … Allah akan menuntut kita semua … selaku hamba Nya yang memiliki sembahan selain DIA … Allah juga akan memaksa kita untuk menghadirkan Tuhan-tuhan selain DIA yang dijadikan tempat pertolongan!! Nah … untuk menghindari MURKA Sang Maha Raja di hari pembalasan tak ada rumus lain … yaitu … saat di dunia, kita HANYA menyembah kepada NYA dan HANYA meminta pertolongan kepada Allah … maka In Syaa Allah kita semua selamat di yaumil hisab nanti!!”


Semua mata warga di warung tersebut berkaca-kaca mendengar jawaban pak RW .. kerinduan kepada mbah Qodim tiba-tiba masuk ke relung hati mereka …. Tiba-tiba terdengar suara SRUUUUUUP … suara kopi panas yang di seruput orang asing dan duduk di kursi yang biasa mbah Qodim duduki.


Semua mata memandangi orang tersebut, sang orang asing yang menyadari bahwa dirinya jadi pusat perhatian menjadi gugup sambil memandangi wajah-wajah warga yang menatapnya … lalu dengan sedikit kikuk ia berdiri lalu membayar kopi yang ia minum dan keluar dari dari warung mak Narti sambil berfikir keras tentang kejadian yang baru ia alami, anehnya keluarnya orang tersebut mirip seperti tingkahnya mbah Qodim bila geremeng meninggalkan warga yang mbandel saat diajak menuju kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar