Rabu, 23 Mei 2018

MAKNA AL FATIHAH BAGIAN 8


Seusai Sholat Sunnah Tarwih warga memutuskan untuk duduk melingkar menunggu mbah Qodim, setelah mbah Qodim duduk mapan maka Pak RW segera melancarkan pertanyaan “Mbah ayo kita lanjutkan ngupas Al Fatihahnya … agar kita semua bisa terbuka dan mengamalkannya!”

Mbah Qodim “Enggeh bapak-bapak, kemarin kita sudah mengupas tentang meminta jalan yang lurus, nah di ayat selanjutnya ini adalah bagaimana kita aplikasikan pelajaran-pelajaran sebelumnya, yaitu menggerakkan jiwa kita terhadap petunjuk yang diberikan nyata oleh Allah SWT setiap harinya, ayat-ayat yang terus mengalir dan kita saksikan dan rasakan oleh panca indera kita”.

Pak RT “Maksudnya bagaimana mbah?”

Mbah Qodim “Sebenarnya setiap hari kita diberikan contoh nyata tentang orang-orang yang mendapatkan nikmat, contoh-contoh nyata orang-orang yang inkar dan orang-orang yang tersesat, apa yang pak RT rasakan apabila melihat ada seorang yang mabuk-mabukan, lalu ngebut-ngebutan sampai akhirnya ia harus meregang nyawa saat mencium bamper mobil Truck?”

Pak RT “Yah syukurin mbah, makanya jadi orang jangan ugal-ugalan, hehhehe”

Mbah Qodim tersenyum namun matanya terlihat berkaca-kaca “Bapak-bapak sekalian, sebenarnya itu ditujukan untuk kita, saat kita melihat dengan mata kita sebuah kejadian maka sebenarnya Ayat terakhir Surat Al Fatihah ini sedang bekerja menjawab doa-doa kita setiap sholat, ingatkan kepada hati kita , sesungguhnya Allah SWT sudah memberikan contoh ada seorang hamba yang inkar kepada larangan Allah SWT, lalu dari inkar ia menjadi lalai dan berakibat bertemu adzab, yaitu menemui kematian yang tragis, walau sebenarnya menyedihkan … namun untuk diri kita haruslah kita bersyukurlah kepada Allah SWT bahwa orang tersebut yang di JADIKAN CONTOH oleh Allah SWT untuk memperbaiki prilaku kita, dan bukannya kita yang dijadikan contoh jelek untuk orang lain… jadi jangan sekali-kali menghardiknya, mencacinya, ngucapkan bahasa yang sinis … karena itu adalah rambu-rambu untuk kita bapak-bapak … sebuah contoh yang ainul yaqin diberikan kepada kita langsung melalui bola mata kita menyaksikannya agar kita jangan mabuk-mabukan … jangan ugal-ugalan .. bila tidak ingin mengalami nasib seperti orang tersebut”.

Pak RT menunduk sambil tersipu malu. Warga yang lain menutup mulut menahan gerah hatinya untuk mencemooh pak RT karena takut mereka akan dinilai sama oleh mbah Qodim, mereka menganggap prilaku pak RT barusan adalah contoh nyata bahwa sifat manusia tidak seharusnya demikian.

Mbah Qodim “Seorang hamba yang sudah terbuka jiwanya maka ia akan menjadikan pedoman contoh-contoh nyata apa yang ia lihat, dengar … ataupun yang ia yakini dari sumber yang benar … termasuk berita-berita yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadist, dimana disana banyak sekali berita-berita tentang orang-orang yang mendapatkan nikmat, sehingga berbahagia … ataupun berita-berita orang-orang yang inkar … sehingga pada puncak kejayaan yang telah ia capai sekalipun akan berakhir dengan suul khotimah ataupun kehancuran… juga menerungi adanya kaum yang tersesat dalam menata arah tujuan hidup, semua dikarenakan tidak gigihnya mereka dalam mencari kebenaran …. namun jika tergolong tersesat disini masih bisa tertolong dengan hidayah bila saja mereka mau membuka jiwa mereka … sehingga cahaya kebenaran akan masuk dan singgah ke dalam hati mereka”.

Pak RW “Jadi sebenarnya contoh-contoh tersebut untuk kita semua mbah? Untuk intropeksi dan pembenahan diri kita?  bukan untuk menyalahkan orang lain?”

Mbah Qodim tersenyum “Bahkan saat pak RW kecopetan sekalipun… pak RW harus bersyukur karena menjadi sebuah contoh”.

Pak RW “Kok bisa gitu mbah?”

Mbah Qodim “Iya karena pak RW menjadi contoh hamba yang kecopetan dengan prilaku apa yang akan pak RW lakukan … sehingga orang yang lain yang mendapatkan cerita dari pak RW bisa terhindar dari kecopetan … dan prilaku pak RW setelah kecopetanpun akan menjadi contoh untuk orang lain … apakah pak RW hanya mengumpat dan mencari maki orang yang nyopet walau pak RW sendiri tidak tahu siapa orang tesebut … atau pak RW justru mengambil langkah hukum dengan cara laporan ke aparat yang berwenang …ataupun mungkin menjadi contoh orang yang mengikhlaskan harta yang sedikit itu dengan keyakinan akan ada gantinya yang lebih baik hehhehe… tapi yang terpenting pak RW bukan sebagai contoh si copetnya hehehhehe”. 

Semua warga tersenyum …. Mereka mulai memaknai ayat-ayat yang tersirat dari penjabaran Shirotolladzi na an’am ta’alaihim .. ghoiril maghdhu bi’alaihim waladhdhooolliin ….

Mbah Qodim “Saat kita sudah menemui jalan kita yang benar dan diberkahi oleh Nya … maka jadikanlah Allah pusat segala puji-pujian sehingga hilang sifat keAKUan seorang hamba… lalu bersikaplah lemah lembut … agar kita semakin dekat kepada Allah SWT Maha Raja kita … dan kita buktikan dengan hanya menyembah dan meminta pertolongan kepada Nya … lalu beristiqomohlah memohon untuk tetap pada jalan yang lurus …. Yang rambu-rambunya kita saksikan langsung pada kehidupan di dunia ini dengan dasar apa-apa yang tertulis pada Al Quran dan Al Hadist … baik tentang perintah .. larangan ataupun sebuah kisah … maka jiwa kita akan terbuka sehingga Jagat ingkang gumelar iso muat teng jagat ingkang gemulung …. Atau luasnya jagat raya ini akan cukup bermaqom di dalam hati kita …. Sebenarnya penjabarannya sangat panjang, tetapi mbah dulu belajarnya demikian dan pengembangannya adalah tekad yang dilandasi oleh kemurnian hati kita untuk menerima Cahaya Nya sehingga penjelasan sedikit ini akan menjadi tebalnya bab buku hati panjenengan sedoyo masing-masing … tetapi tidak ada salahnya bila masih belum mengerti mari kita mengaji bersama karena Surat Al Fatihah adalah PEMBUKA untuk  113 Surat lainnya. ORANG YANG TERBUKA PINTU JIWANYA AKAN MENJADIKAN AYAT-AYAT AL QURAN UNTUK MENILAI DIRI SENDIRI SEDANGKAN ORANG YANG BELUM TERBUKA JIWANYA AKAN MENGGUNAKAN AYAT-AYAT AL QURAN UNTUK MENILAI ORANG LAIN”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar