Warung
Mak Narti masih dipenuhi oleh warga, keberadaan pemuda bernama Adri nampaknya
akan menimbulkan banyak pertanyaan yang baru daripada pertanyaan-pertanyaan
warga Desa Suka Damai, itu karena Adri sudah menjajaki wilayah perkotaan.
Adri
“Mbah, tolong berikan lagi jawaban yang masuk akal tentang fenomena akhir-akhir
ini, itu tuh dengan adanya kelompok orang yang Sholat namun bacaannya di bahasa
Indonesiakan, mereka punya keyakinan bahwa Allah Maha Tahu, jadi SAH menurut
mereka walaupun sholat pakai bahasa Indonesia”.
Mbah
Qodim tersenyum, lalu celingukan mencari mang Jupri, lalu mbah Qodim berkata “Mang
Jupri, panjenengan kan cedal, bisa ucapkan kata ‘R’ tidak ?”
Mang
Jupri yang duduk tepat di belakang pak RT tersenyum-senyum malu sambil menjawab
“Tidak bisa Mbah”.
Mbah
Qodim mantuk-mantuk “Jika mang Jupri ngobrol dengan kita dan saat mengucapkan
huruf R logatnya cedal, maka kita semua akan memakluminya, bahkan Guru Bahasa
Indonesiapun tidak akan memberikan nilai jelek pada logat R nya itu, namun,
jika mang Jupri BISA mengucapkan R karena ia tidak cedal, namun ia mencedalkan
logatnya, jangankan guru bahasa Indonesia, kita semua pasti akan risih dengan
prilaku itu, sekarang mbah mau bertanya kepada mang Jupri, sebenarnya panjenengan
itu ingin cedal atau ingin normal?”
Mang
Jupri “Normal mbah”. (tampak sekali logat cedalnya)
Mbah
Qodim “Nah bila yang cedal saja sebenarnya ingin normal kenapa yang normal
ingin cedal … jika masuk ke dalam agama yang mulya ini aturan/contohnya harus
membaca dengan lafadz Arab mengapa kita harus meng Indonesiakannya, lain halnya
apabila kita benar-benar belum bisa belajar dengan sempurna, contoh dalam berdoa,
mungkin banyak keterbatasan kita dalam hal MAMPU menghafalnya, namun dalam
Sholat, jangankan kita yang sudah dewasa, anak kecil saja bila mau belajar akan
hafal dan fasih dalam mengucapkannya, itu karena Sholat dalam 1 harinya wajib 5
waktu kita laksanakan, belum lagi tambahan sholat-sholat sunnah … bacaannya toh
itu-itu saja, masak begitu saja harus kita otak atik atau tawar menawar lagi”.
Adri
“Tapikan Allah itu Maha Tahu, mbah?”
Mata
mbah Qodim tiba-tiba menajam “Justu karena Allah Maha Tahu, maka kita sebagai
hamba-Nya harus mengikuti apa yang diinginkan oleh Allah SWT, Al Quran itu
mukzizat … dan bila diterjemahkan menurut bahasa masing-masing maka MAKNA
SESUNGGUHNYA tidak akan 100% tepat, karena terjemahan adalah kemampuan otak
manusia dalam memaknainya …. Jika kita
ingin bekerja atau mengabdi pada perusahaan besar milik Amerika … maka gunakan
bahasa Amerika dalam mengucapkannya, bukan pakai bahasa Indonesia, ucapkan WAN
walau tulisannya ONE … karena bila itu tidak dilaksanakan maka perusahaan besar
itu akan menendang kita keluar dari perusahaan tersebut, begitupun PERUSAHAAN
SANG MAHA HEBAT … ikuti apa yang menjadi aturannya bila ingin mendapatkan berkah
dan keuntungan sebesar-besarnya dari PERUSAHAAN tersebut !!!”
Semua
yang ada di warung tampak sedikit kaget, mbah Qodim ternyata bisa berkata tegas
dan saklek pada poin-poin tertentu.
Mbah
Qodim menghela nafas “Jangan mencedalkan huruf R jika kita Normal … karena itu
sebuah penghinaan kepada orang lain terlebih lagi kepada pencipta huruf R
tersebut dan sesungguhnya perbuatan itu justru merendahkan martabat kita
sendiri, TOLERANSI terjadi apabila memang taqdir menuliskan bahwa ia terlahir
cedal, itulah mengapa Allah SWT itu Maha Tahu, karena toleransinya untuk
mereka-mereka yang memiliki takdir tidak normal … dan Maha Tahu-Nya akan menjadi
murka disaat mereka-mereka yang normal namun mencedal-cedalkan dalam
pelaksanaannya … patuhi aturan yang sudah baku dibuat oleh Nya maka Islam lah
kita … atau SELAMATLAH kita”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar