Senin, 30 Juli 2018

SHOLAT PAKAI BAHASA INDONESIA



Warung Mak Narti masih dipenuhi oleh warga, keberadaan pemuda bernama Adri nampaknya akan menimbulkan banyak pertanyaan yang baru daripada pertanyaan-pertanyaan warga Desa Suka Damai, itu karena Adri sudah menjajaki wilayah perkotaan.

Adri “Mbah, tolong berikan lagi jawaban yang masuk akal tentang fenomena akhir-akhir ini, itu tuh dengan adanya kelompok orang yang Sholat namun bacaannya di bahasa Indonesiakan, mereka punya keyakinan bahwa Allah Maha Tahu, jadi SAH menurut mereka walaupun sholat pakai bahasa Indonesia”.

Mbah Qodim tersenyum, lalu celingukan mencari mang Jupri, lalu mbah Qodim berkata “Mang Jupri, panjenengan kan cedal, bisa ucapkan kata ‘R’ tidak ?”

Mang Jupri yang duduk tepat di belakang pak RT tersenyum-senyum malu sambil menjawab “Tidak bisa Mbah”.

Mbah Qodim mantuk-mantuk “Jika mang Jupri ngobrol dengan kita dan saat mengucapkan huruf R logatnya cedal, maka kita semua akan memakluminya, bahkan Guru Bahasa Indonesiapun tidak akan memberikan nilai jelek pada logat R nya itu, namun, jika mang Jupri BISA mengucapkan R karena ia tidak cedal, namun ia mencedalkan logatnya, jangankan guru bahasa Indonesia, kita semua pasti akan risih dengan prilaku itu, sekarang mbah mau bertanya kepada mang Jupri, sebenarnya panjenengan itu ingin cedal atau ingin normal?”

Mang Jupri “Normal mbah”. (tampak sekali logat cedalnya)

Mbah Qodim “Nah bila yang cedal saja sebenarnya ingin normal kenapa yang normal ingin cedal … jika masuk ke dalam agama yang mulya ini aturan/contohnya harus membaca dengan lafadz Arab mengapa kita harus meng Indonesiakannya, lain halnya apabila kita benar-benar belum bisa belajar dengan sempurna, contoh dalam berdoa, mungkin banyak keterbatasan kita dalam hal MAMPU menghafalnya, namun dalam Sholat, jangankan kita yang sudah dewasa, anak kecil saja bila mau belajar akan hafal dan fasih dalam mengucapkannya, itu karena Sholat dalam 1 harinya wajib 5 waktu kita laksanakan, belum lagi tambahan sholat-sholat sunnah … bacaannya toh itu-itu saja, masak begitu saja harus kita otak atik atau tawar menawar lagi”.

Adri “Tapikan Allah itu Maha Tahu, mbah?”

Mata mbah Qodim tiba-tiba menajam “Justu karena Allah Maha Tahu, maka kita sebagai hamba-Nya harus mengikuti apa yang diinginkan oleh Allah SWT, Al Quran itu mukzizat … dan bila diterjemahkan menurut bahasa masing-masing maka MAKNA SESUNGGUHNYA tidak akan 100% tepat, karena terjemahan adalah kemampuan otak manusia dalam memaknainya ….  Jika kita ingin bekerja atau mengabdi pada perusahaan besar milik Amerika … maka gunakan bahasa Amerika dalam mengucapkannya, bukan pakai bahasa Indonesia, ucapkan WAN walau tulisannya ONE … karena bila itu tidak dilaksanakan maka perusahaan besar itu akan menendang kita keluar dari perusahaan tersebut, begitupun PERUSAHAAN SANG MAHA HEBAT … ikuti apa yang menjadi aturannya bila ingin mendapatkan berkah dan keuntungan sebesar-besarnya dari PERUSAHAAN tersebut !!!”

Semua yang ada di warung tampak sedikit kaget, mbah Qodim ternyata bisa berkata tegas dan saklek pada poin-poin tertentu.

Mbah Qodim menghela nafas “Jangan mencedalkan huruf R jika kita Normal … karena itu sebuah penghinaan kepada orang lain terlebih lagi kepada pencipta huruf R tersebut dan sesungguhnya perbuatan itu justru merendahkan martabat kita sendiri, TOLERANSI terjadi apabila memang taqdir menuliskan bahwa ia terlahir cedal, itulah mengapa Allah SWT itu Maha Tahu, karena toleransinya untuk mereka-mereka yang memiliki takdir tidak normal … dan Maha Tahu-Nya akan menjadi murka disaat mereka-mereka yang normal namun mencedal-cedalkan dalam pelaksanaannya … patuhi aturan yang sudah baku dibuat oleh Nya maka Islam lah kita … atau SELAMATLAH kita”.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar