Kamis, 02 Agustus 2018

Q.S. YASIN 1 – 11


“Bapak-bapak sekalian, coba kita renungkan, kok makna Surat An Nas sepertinya selalu tertunda, mbah Qodim itu penuh dengan teka teki, selalu ada saja kejadian-kejadian yang justru perlu di dedar sebelum Surat An Nas”. Pak RW membuka pembicaraan saat warga sudah berkumpul di warung mak Narti, semua mulai mencermati kata-kata pak RW, mereka semua mulai memikirkan apa yang sebenarnya sedang berjalan tersebut demikian pula dengan Adri yang sudah berada di holaqoh tersebut,

Pak RW “Eh .. nak Adri, panjenengan itu kan sudah banyak menimba di tempat lain, bisa gak kira-kira memecahkan teka teki ini?”

Adri pun merenungi pertanyaan pak RT, ia mencoba mengingat-ingat kode alam mbah Qodim yang sempat ia terima saat menjelang pulang sholat Isya waktu lalu “Mbah Qodim pernah saya Tanya tentang Mukzizat Al Quran yang agung ini bapak-bapak, beliau hanya tersenyum dan melirik buku-buku yang sering saya bawa, dan berkata sedikit saja, apa yang membuat nak Adri suka ketika baru melihat sebuah buku?, itu saja bapak-bapak, lha panjenengan sedoyo itu kan yang lebih lama bareng mbah Qodim”.

Semua manggut-manggut, namun terlihat berfikir keras mencari sebuah jawaban, lalu pak RW bertanya sambil memperhatikan satu buku milik Adri yang ia pegang “Dulu waktu beli buku ini apa yang membuat nak Adri suka?”

Adri “Yah pertama sudah pasti dari sampulnya pak, lalu judulnya, sebulum saya sah beli buku ini pertama yang saya lihat ya sampul depan dan belakang, lalu saya amat-amati judulnya, biasanya ada keterkaitan antara judul dan gambar dari sebuah buku, itu akan menggambarkan sekilas tentang isinya”.

“Nah ini dia !!!” Tiba-tiba pak RW menggebrak meja di depannya, semua warga yang ada di warung mak Narti tampak kaget, mak Narti dari dapur warungpun terlihat berlari kecil menghampiri.


Pak RT “Bikin kaget aja pak RW ini … jantung ku hampir copot rasane”.

Pak RW cengengesan “Maaf hehehhe, itu sangking senengnya hehhehe”.

Adri “Maksudnya gimana pak RW?”

Pak RW mengambil duduk sempurna (lagaknya mulai meniru mbah Qodim apabila mulai masuk dalam mendedar makna) “Bapak-bapak sekalian, kita ketahui sampul depan Al Quran itu kita anggap saja Surat pertamanya …. Yaitu Surat Al Fatihah .. lalu tiga QUL atau Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nas adalah surat penutup, tepatnya An Nas adalah surat ke 114 …. Ini ada kaitannya dengan kata judulnya … AL QURAN … jelas diskripsi awalnya di Al Fatihah dan ada 3 Qul belakangnya.. saat ini kita sudah mendapat 2 Qul .. tinggal yang terakhir … maka ini yang membuat mbah Qodim seperti menunggu Rangkumannya selesai, lagipula kita semua belum menjawab mengapa Allah berfirman raja dulu baru sesembahan … hemm banyak sekali yang memang masih harus kita renungkan”.

Mak Narti “Sttt bapak-bapak sekalian, itu mbah Qodim datang”.

Wargapun mulai memperbaiki kembali tempat duduknya masing-masing, sebuah salam terdengar merdu dan tenang, jawaban salampun terlihat antusias mengantarkan langkah tua menuju tempat duduknya.

Mbah Qodim “Wah tampaknya jiwa-jiwa yang sudah menghidupkan pelita hatinya semakin banyak nih, Alhamdulillah”.

Pak RW “Enggeh mbah hehhehe”.

Mbah Qodim “Lagi ngobrolin apa nih?”

Pak RW sedikit gugup “Ini mbah, kita ada PR dari sahabat kita Dawud Ahdda, di era zaman modern ini, banyak sekali yang sudah tahu ilmu-ilmu agama, namun kok banyak yang melanggarnya, lha kita selaku muslim kan wajib untuk memberitakan yang sebenar-benarnya, yah walau pahit harus kita ingatkan, gitu mbah?”

Mbah Qodim “Benar itu pak RW, kewajiban kita ya memang harus mengingatkan walau disesuaikan dengan kadar keadaan diri kita masing-masing, wajib disini lah yang mebuat kita berdosa bila diam saja, namun kadar diri akan membatasi tindakan berlebihan dari kita, contoh apabila kita melihat orang mabuk-mabukan, wajib kita ingatkan namun disesuaikan dengan kadar diri yaitu bukan melabrak langsung ke kelompok yang sedang mabuk-mabukan tersebut, namun dengan cara melaporkan kepada pihak yang berwenang, perbuatan itulah yang akan menggugurkan kesalahan kita, jika kita diam saja karena cari selamat atau karena gak enak, justru sebenarnya kita mulai menjauh dari selamat itu sendiri dan akan dibuat tidak enak pada suatu kelak, contohnya kita diam dan tidak mau lapor, eh .. taqdir Allah berkata bahwa anak kita lewat di depan rombongan tersebut, lalu terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan … namun ini hanya contoh saja bapak-bapak”.


Pak RT “Iya mbah, itu memang menjadi folemik buat kita semua, namun yang membuat hati teriris-iris itu sudah ngomongin benar namun tidak di dengar, sakitnya tuh disini, mbah” sambil menggenggam tangan kanan di tempelkan di dada kiri pak RT

Semua terlihat menahan senyum, namun masih terlihat mengembang bibir masing-masing.

Mbah Qodim pun ikut tersenyum “Hehehhe enggeh pak RT … jika ada 1 orang dokter namun pasiennya 30 orang, yang diperlukan sang dokter yaitu SABAR dan ISTIQOMAH… karena manusia sudah memiliki kemampuan sesuai dengan batas kadarnya masing-masing, namun jangan berhenti untuk tetap mengobati, dahulu … ada yang merasakan kepiluan seperti pak RT, namun kadarnya jauuuuuuuuuuuh lebih besar.”

Pak RT “Siapa mbah ?”

Mbah Qodim “Rasulullah SAW, seseorang manusia mulya yang sudah diizinkan melihat gambaran syurga yang berlimpah mahligai kebahagian dan diperlihatkan pula Neraka yang dipenuhi derajat tertinggi kenestapaan, beliau berjuang untuk mengajak orang-orang disekitarnya agar SELAMAT/ISLAM dari lubang Neraka yang jalannya justru lebih mulus daripada jalan menuju ke Syurga … namun umatnya justru memeranginya, mencibirnya bahkan tidak sedikit yang menfitnahnya.”

Adri “Lalu mbah?”

Mbah Qodim “Kesedihan yang sangat dalam itulah yang menjadikan Allah SWT menurunkan Surat Yasin untuk menghibur Rasulullah SAW, maka surat Yasin dikenal juga sebagai HATINYA Al Quran”.

Semuanya mulai menundukkan kepala.

Mbah Qodim “Bayangkan, andaikata semua orang sengsara, sebagai contoh desa kita kemarau panjang dan semua tidak ada air, lalu kita sendiri yang memiliki air, pastilah rasa syukur akan terus kita panjatkan kepada Allah SWT, itu karena kadar iman kita segitu, namun bagi Rasulullah SAW … bila beliau sendiri yang SELAMAT/ISLAM … sampai ke Syurga-Nya namun yang lain di neraka maka itu menjadikan Hati Beliau tercabik-cabik terbebani kesedihan yang mendalam, yang Rasulullah inginkan bahwa kita-kita semua SELAMAT/ISLAM bersama beliau menuju kebahagiaan hakiki, ini mengapa Allah SWT berfirman YAASIIN ….apa bapak-bapak tahu arti Yaasiin?”.

Pak RW “Hanya Allah yang Tahu mbah”.

Mbah Qodim “Ya ya ya … memang itu yang sering kita dapatkan di sekitar kita, namun apabila kita jeli, lihatlah pada Sholawat Badar … ‘Ala Yaasiin Habibillah … kepada Yasin kekasih Allah … siapa Yasin yang dimaksudkan dalam sholawat Badar?”

Pak RW “Nabi Muhammad SAW, mbah!”

Mbah Qodim “Enggeh pak … Allah SWT terkadang memanggil Junjungan kita dengan nama-nama kusus yang maknanya menunjukkan kasih sayang yang lebih pada saat itu, Yaasiin, Toha dan banyak lagi yang lainnya, anggap saja nama mbah, 'Qodim', namun saat tertentu orang tua mbah memanggil mbah dengan panggilan NGGEER atau Tole atau lain sebagainya, disesuaikan dengan keadaan mbah saat itu, dan itu Hak Allah SWT, namun kita sebagai umat Rasulullah SAW setidaknya tahu maksud dari Yaasiin itu”.

Mak Narti diam-diam mendekati holaqoh warga dan duduk mendengarkannya.

Mbah Qodim “Panggilan Allah SWT yang disampaikan Malaikat Jibril AS tampaknya belum bisa menuntaskan kesedihan Rasulullah SAW, maka Firman keduapun diwahyukan kembali WAL QUR’ANIL HAKIM Demi Al Qran yang penuh dengan hikmah … disini Allah SWT ingin membangkitkan semangat dakwah Rasulullah SAW yang tidak didengarkan oleh umatnya, sebuah energy dari Al Quran yang merupakan Mukzizat mulya yang mengandung banyak hikmah, namun Rasulullah SAW belum juga lepas dari kesedihannya … maka INNAKA LAMINAL MURSALIN …. Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari rasul-rasul … maknanya adalah apabila Rasulullah memperhatikan Al Quran maka sebenarnya Rasul-rasul Allah SWT sebelum beliau … pasti akan merasakan juga kepedihan dalam hal berdakwah … ‘ALA SHIROTI(N)MUSTAQIM … yang berada diatas jalan yang lurus … Allah SWT ingin memberikan kekuatan moril bahwa tindakan Rasulullah masih dalam kaidah-kaidah KEBENARAN … karena Rasulullah belum banyak perubahan dalam kesedihan maka TANZILAL AZIZIRROHIM … sebagai wahyu dari Sang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang …. Disini Allah SWT mulai menyinggung keperkasaan-Nya namun tidak meninggalkan sifat Penyayang-Nya”.

Adri “Maksudnya gimana Mbah?”

Mbah Qodim “Artinya … Allah itu Maha Perkasa atas ketentuan-Nya namun masih memberi waktu untuk hamba-hamba-Nya sudah tentu itu karena Kasih Sayang-Nya … lalu Allah SWT mulai memberikan kejelasan LITU(N)DZIRO QOUMA(N)MA U(N)DZIRO ABA UHUM FAHUM GHOFILUN … Agar kamu memperingatkan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum diberi peringatan, karena itu mereka lalai … disini Rasulullah diberi gambaran bahwa sebeuah generasi itu merupakan tanggung jawab dari generasi sebelumnya, kesalahan anak merupakan tanggung jawab orang tua, maka untuk memutuskan rantai keburukan, bila orang tua mereka tidak mengajarkan kebaikan maka kita wajib berdakwah kepada mereka … LAQOD HAQQOL QOULU ALA AKSTARIHIM FAHUM LAA YU’MINUN … Sesungguhnya telah berlaku ketentuan Allah kepada mereka, karena mereka tidak beriman…. Maknanya adalah Allah Maha Tahu tentang mereka yang akan tetap inkar, namun Rasulullah SAW harusnya terus berdakwah … karena hidayah itu HAK ALLAH SWT … INNA JA’ALNA FII A’NAQIHIM AGHLALA(N) FAHIYA ILAL ADZQONI FAHUM MUQMA(KH)UN … Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka lalu tangan mereka diangkat ke dahu, maka karena itu mereka tengadah … walau nasehat benarpun mereka sudah terikat pada kesombongan … WA JA’ALNA MI(N) BAINI AIDIHIM SADDA(N)WAMIN KHOLFIHIM SADDA(N) FAAGHSYAINA HUM FAHUM LAYUBSHIRUN … Dan Kami berikan dinding di depan dan di belakang mereka, dan Kami tutup mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat … WA SAWAUN ‘ALAIHIM A A(N) DZARTAHUM AM LAM TU(N)DZIRHUM FAHUM LAYU’MINUN … Sama saja apakah kamu meberikan peringatan kepada mereka ataupun tidak, mereka tetaplah tidak beriman …. “.

Adri “Mengapa Rasulullah tetap harus berdakwah mbah jika Allah sudah mengetahui bahwa mereka tidak beriman?”

Mbah Qodim tersenyum mendengar pertanyaan Adri “Yaah … kelak bila mereka di masukkan ke dalam neraka karena kesalahan mereka tetapi mereka bisa saja protes … salah kami dimana …. kami tidak tahu dimana kesalahan kami ... Nah ini akan membuat presepsi Allah tidak adil … tetapi jika mereka sudah pernah diperingati lalu mereka bertanya kenapa mereka disiksa ... maka Allah akan menjawab, dulu AKU pernah mengutus Rasul KU untuk memperingatkan kalian … NAH ... pasti mereka tidak akan bisa protes lagi … begitu juga saat ini, jika kita tidak ada yang memberi tahu bahwa berjudi itu dilarang, pasti kita akan protes kalau ditangkap Polisi, tetapi kalau kita sudah diberi tahu tetapi masih nekat judi yah dipenjaralah kita …..tetapi pada ayat ke 11 nya Allah SWT berfirman … INNAMA TU(N)DZIRU MANITTABA’ADZDZIKRO WAKHOSYIYARROHMANA BIL GHOIB, FABASYIRHU BIMAGHFIROTI(N) WA AJRI(N) KARIM .. Sesungguhnya kamu hanya memperingatkan mereka yang mau mengikuti dan takut kepada Allah Yang Maha Pemurah … walau mereka belum pernah melihat Allah SWT … maka berilah kabar gembira kepada mereka tentang ampunan dan pahala yang mulia …”

Pak RT “Jadi 'pasti' masih akan ada yang mendengarkan nasehat-nasehat baik kita mbah”

Mbah Qodim mengedipkan mata kanannya “Yups … Ainul Yaqin masih banyak pak … sampai pada ayat ini Rasulullah SAW bangkit kembali semangatnya untuk berdakwah”.

Pak RT kembali memegang dada dirinya “Tapi sakiiiiiit mbah rasanya kalau keinginan baik kita tidak didengar oleh mereka …”

Gigi putih mbah Qodim terlihat saat senyumnya melebar “Kita ini umat Rasulullah SAW, belum seujung kukunya dalam hal sakit pak RT, pernahkan kita berdakwah dibalas ludah … pernahkah kita dakwah dibalas lemparan batu … pernahkan kita dakwah dibalas perang hingga renggutan nyawa … hehhee kita semua belum bertemu itu pak RT … (Mbah Qodim menghela nafas) namun Rasulullah SAW sudah bahkan ribuan kali merasakannya (Mata mbah Qodim menjadi basah dan senyumannya terlihat langsung menghilang)”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar