“Eh
bapak-bapak pada mau kemana kok rombongan nih ?” Tanya Adri melihat rekan-rekan
barunya bergerombol menuju Musholla Al Latif, padahal waktu Sholat Ashar masih
lama.
Pak
RW menoleh sambil menjawab, “Sudah ikut saja nak Adri, ayo kita temui mbah
Qodim!”
Adri
akhirnya diam saja, karena ingin mengurangi beban benak difikirannya,
sesampainya di Musholla Al Latif terlihat sosok Mbah Qodim sedang menyapu teras
Musholla, salam rombongan diucapkan dan dibalas dengan iringan senyuman.
“Ada
apa bapak-bapak, biasanya nunggu di warung Mak Narti, eh ini kok rombongan
sudah ngeruduk kemari” Tanya mbah Qodim.
Sedikit
tersengal pak RT membuka pembicaraan “Begini mbah, kami ingin dengar pendapat
mbah tentang dua ulama yang saat ini lagi viral, itu tuh yang katanya tanpa
sadar menghina Nabi?”
Mbah
Qodim terlihat melengos, lalu menyapu pinggiran teras, “Saya tidak mau
ikut-ikutan bapak-bapak, bukankah masalah itu sudah selesai”.
Pak
RT “Iya mbah, namun kami ingin memetik hikmahnya, sudilah kiranya mbah
memberikan bagaimana pandangan mbah terhadap kejadian tersebut?”.
Mbah
Qodim menatap para sahabatnya, lalu meletakkan sapu ijuk ke tempatnya, lalu
menuju ke tempat wudhu, walau sesungguhnya wadhu beliau belum batal, namun
terlihat mbah Qodim ingin menegaskan kembali untuk bersuci sekali lagi, mungkin
agar iya tidak terjebak rayuan syetan dalam mengungkapkan sudut pandangnya.
Setelah
berwudhu, mbah Qodim duduk di teras Musholla dan warga segera membentuk holaqoh
tanda siap mendengar pendapat mbah Qodim.
Mbah
Qodim “Bapak-bapak sekalian … tahukah kenapa dalam waktu 30 malam, rembulan itu
hanya 1 malam saja ia bersinar penuh?”
Seluruh
warga nampaknya sudah menebak, mbah Qodim selalu membuka muqoddimahnya dengan
sebuah pertanyaan perenungan, namun jurus andalan warga lebih baik diam,
menggeleng atau berucap tidak tahu.
Mbah
Qodim “Itulah perlambang kita semua bapak-bapak, bulan dalam 30 malam hanya
sempurna di 1 malam saja, 29 malam lainnya selalu ada sisi kekurangan, sebagai
manusia pernahkah kita merenungi berapa lamanya kita sempurna mengingat Allah
dalam 1 harinya … berapa lamanya kita sempurna mengingat Allah dalam 1 bulannya
… berapa lamanya kita sempurna mengingat Allah dalam 1 tahunnya … atau berapa
lamanya kita sempurna mengingat Allah dalam perjalanan usia sampai dengan saat
ini? … 1 detik kah ? 1 menit kah ? 1 jam kah ? atau berapa lamanya …. Bahkan
saat berdzikir Azma Allah saja, kita masih menyisipkan baying-bayang rumah,
anak, makanan dan lain sebagainya ….”
Mata
para warga mulai berkaca-kaca, apabila mereka benar-benar memikirkan hal
tersebut betapa malunya manusia sebagai seorang hamba di hadapan Sang Maha
Pencipta.
Mbah
Qodim “Ada pepatah Arab yang berbunyi Al Insanu Mahallul khata’ wan nissiyan …
manusia itu tempatnya salah dan khilaf … itu mengapa Allah SWT memberikan
kalimat yang mahal harganya … kalimat itu bernama ISTIGHFAR, mengapa mahal
harganya, karena pasti kalimat itu tak akan putus kita ucapkan manakala kita
mau menghisap prilaku kita sendiri, Hmmm, langsung saja ya, mbah juga tidak
ingin masalah ini menjadi panjang dan bertaut-tautan … bila saja kita mau perbanyak
ta’awudz maka kita akan mengerti betapa kodrat kita sebagai manusia tak luput
dari kesalahan dan dosa … Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seluruh Bani Adam (manusia)
banyak melakukan kesalahan (dosa), dan sebaik-baik manusia yang banyak
kesalahannya (dosanya) adalah yang banyak bertaubat.”
Pak
RT “Maaf nih mbah, saya lihat klarifikasi ulama tersebut beliau selalu
beristighfar dan memohon ampun akan kekhilafannya”.
Mbah
Qodim “Subhan Allah wal Hamdulillah, Semoga Allah tetap menjadi Cahaya dalam
hatinya”
Pak
RW “Tetapi beliau juga mengatakan bahwa semua itu beliau lakukan untuk sarana
pendekatan dengan para remaja yang lazim mendengar bahasa-bahasa anak muda, dan
beliau juga membacakan dalil yang berasal dari QS Ibrahim ayat 4 yang berbunyi ‘Kami tidak
mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat
memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa
yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana’.
Mbah
Qodim manggut-manggut “Enggeh bapak-bapak, namun yang perlu kita renungkan, itu
dimaksudkan untuk bahasa-bahasa lazim suatu kaum peradaban, contoh berhadapan
dengan orang Arab gunakan ya bahasa Arab, berhadapan dengan orang Indonesia
gunakan bahasa Indonesia dan sebagainya … apakah anak muda atau remaja ada
bahasa sendiri ? apakah remaja tersebut harus memaksakan kita selaku pemberi
nasehat mengikuti bahasa muda mudi tersebut ? In Syaa Allah muda mudi juga akan
tetap mengerti dengan bahasa Indonesia yang baik, silahkan bahasa muda mudi
dipakai saat membeberkan dan menerangkan sesuatu, namun saat masuk ke sebuah
contoh yang menuju kepada intinya gunakan bahasa yang beradab, contohnya, di
antara para Nabiyullah, Nabi Musa AS terkenal memiliki kekuatan fisik yang
lebih daripada yang lainnya, atau Aisyah RA dikenal juga dengan keramahannya
dalam hal berkomunikasi dengan masyarakat saat itu … semua itu kita lakukan
karena kecintaan kita kepada beliau-beliau yang mulya”.
Pak
RW “Kalau itu karena kekhilafan mbah …????”
Mbah
Qodim tersenyum “Allah SWT terkadang menunjukakan Sayang-Nya kepada seorang
hamba itu dengan menegur, DIA bisa menggunakan pelantara siapapun, atau dari
mulut hamba-hamba lainnya … semua mbah lihat karena KECINTAAN ALLAH terhadap
orang tersebut, teguran akan terasa indah pada akhirnya dan akan semakin
meningkatkan keimananya ...walau pahit saat diteguk dan dirasakan di kala itu”.
Pak
RT “Bagaimana cara agar kita tahu bahwa kekhilafan kita itu berakibat fatal
atau tidak mbah bagi keimanan kita?”
Mbah
Qodim “Sabda Rasulullah …. Sudah jelas bahwa kita akan selamat jika memegang
teguh warisan beliau, Al Quran dan Al Hadist, perkuat kembali bahwa Rasulullah
SAW hidup dalam hati sanubari kita, dahulu dalam sebuah kisah Imam Al Ghozali
RA pernah mendapat ujian seperti ini, Kitab Ihya Ulumuddin karyanya di tentang
oleh Imam Ibnu Hirzihim … bahkan setelah Imam Al Ghozali wafat sekalipun Imam
Ibnu Hirzihim tetap ingin membakar kitab Ihya Ulumuddin yang beliau anggap
penuh dengan kesesatan dan khurofat, bahkan ada sholawat yang dianggap
melecehkan Nabi Muhammad SAW, sholawat tersebut menyebutkan Muhammad yang
UMMIYYI …. dengan mengumpulkan seluruh ulama saat itu beliau berencana akan
membakar pada hari Jumat, Subhan Allah … Allahumma Sholli ‘ala sayyidina
Muhammad, walau Imam Al Ghozali RA sekalipun sudah meninggal namun jiwanya
selalu hidup dan memenuhi hatinya dengan Cahaya Rasulullah SAW, maka sebelum
hari pembakaran Imam Ibnu Hirzihim bermimpi melihat Iman Al Ghozali RA
menghadap Rasulullah SAW yang saat itu ditemai oleh Sayyidina Abu Bakar RA dan
Sayyidina Umar RA memohon mengkaji kitab karyanya, Dalam mimpi tersebut
Rasulullah SAW membaca kitab Ihya Ulumuddin dari awal sampai akhir, bahkan
sempat tersenyum saat membaca ‘Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammadin
Nabiyil Ummiyi Wa 'ala Alihi Wa Shohbihi Wa Sallim’ lalu memberikan kepada
Sayyidina Abu Bakar RA dan Sayyidina Umar RA untuk membacanya juga, beliau
berkata “Demi Allah, buku ini sungguh mulia“ lalu kedua sahabat beliau berkata
pula “Demi Allah yang mengutus Nabi Muhammad dengan benar, buku ini sungguh
mulia“. Dan dalam mimpi tersebut Rasulullah SAW memerintahkan Imam Ibnu
Hirzihim untuk membuka bajunya lalu di cambuk, setelah cambukan yang kelima
kalinya, Sayyidina Abu Bakar RA mencoba memohonkan ampun untuknya: “Wahai
Rasulullah, mungkin saja dia ingin membela sunnahmu tapi prediksinya salah“.
Imam Ghazali menyetujui usulan Sayyidina Abu Bakar RA dan Rasulullah pun
memenuhi permohonan itu…. Akhirnya, Imam Ibnu Hirzihim terjaga dari tidurnya,
detak jantungnya terasa tidak menentu, rasa gelisahnya semakin menjadi-jadi
saat menyaksikan mimpinya begitu nyata, ….dan yang lebih menyayat hatinya
takkala ia merasakan jelas di punggungnya ada rasa perih dan tetesan darah, air
matanya pun membasahi wjahnya… tanpa berpikir pendek sekalipun, ia segera
menceritakan apa yang ia alami kepada seluruh tokoh dan masyarakat... Ia
bersaksi bahwa karya Imam Ghazali adalah kitab suci yang mulia…. jika ada yang
belum mempercayai akan mimpinya, maka luka di punggungnya sebagai bukti paling
nyata... luka itupun terus menyakiti… dan rasa sakit itu terus menemani hingga
berbulan-bulan lamanya … Imam Ibnu Hirzihim lalu bertaubat... beliau sadar bahwa
memusuhi auliya’ adalah kriminal yang amat besar… beliau kembali mengkaji dan
mengamalkan kitab Ihya’ Ulumuddin serta mengajarkannya kepada khalayak umat….
Tak lama dari itu… Rasulullah SAW datang menjumpainya dalam mimpi dan menghapus
luka punggung dan hatinya, akhirnya beliau bebas dari segala belenggu yang
telah lama menghantui perasaannya”.
Pak
RW tiba-tiba sesegukkan “Lalu ulama yang satu lagi bagaimana mbah?”
Mbah
Qodim “Beliau juga sebenarnya niatnya mungkin untuk meluruskan kembali ....
NAMUN ... Intinya semua harus mawas diri, KETIKA SESEORANG BENAR dan MERASA
PALING BENAR … sesungguhnya ia sudah tergelincir pada yang SALAH … namun jika
KETIKA manusia tersebut dalam kesalahan dan mengaku SALAH … sesungguhnya ia
sudah pada anak tangga KEBENARAN … sebagai sesama muslim HANYA ADA SATU TEKAD …
saling NASEHAT MENASEHATI dan bukannya SALING MENGHAKIMI …. In Syaa Allah itu
akan kita bahas dalam BAB Ta’awudz … In Syaa Allah … In Syaa Allah …"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar