Sabtu, 04 Agustus 2018

Al Insanu Mahallul khata’ wan nissiyan



“Eh bapak-bapak pada mau kemana kok rombongan nih ?” Tanya Adri melihat rekan-rekan barunya bergerombol menuju Musholla Al Latif, padahal waktu Sholat Ashar masih lama.

Pak RW menoleh sambil menjawab, “Sudah ikut saja nak Adri, ayo kita temui mbah Qodim!”

Adri akhirnya diam saja, karena ingin mengurangi beban benak difikirannya, sesampainya di Musholla Al Latif terlihat sosok Mbah Qodim sedang menyapu teras Musholla, salam rombongan diucapkan dan dibalas dengan iringan senyuman.

“Ada apa bapak-bapak, biasanya nunggu di warung Mak Narti, eh ini kok rombongan sudah ngeruduk kemari” Tanya mbah Qodim.

Sedikit tersengal pak RT membuka pembicaraan “Begini mbah, kami ingin dengar pendapat mbah tentang dua ulama yang saat ini lagi viral, itu tuh yang katanya tanpa sadar menghina Nabi?”

Mbah Qodim terlihat melengos, lalu menyapu pinggiran teras, “Saya tidak mau ikut-ikutan bapak-bapak, bukankah masalah itu sudah selesai”.

Pak RT “Iya mbah, namun kami ingin memetik hikmahnya, sudilah kiranya mbah memberikan bagaimana pandangan mbah terhadap kejadian tersebut?”.

Mbah Qodim menatap para sahabatnya, lalu meletakkan sapu ijuk ke tempatnya, lalu menuju ke tempat wudhu, walau sesungguhnya wadhu beliau belum batal, namun terlihat mbah Qodim ingin menegaskan kembali untuk bersuci sekali lagi, mungkin agar iya tidak terjebak rayuan syetan dalam mengungkapkan sudut pandangnya.

Setelah berwudhu, mbah Qodim duduk di teras Musholla dan warga segera membentuk holaqoh tanda siap mendengar pendapat mbah Qodim.

Mbah Qodim “Bapak-bapak sekalian … tahukah kenapa dalam waktu 30 malam, rembulan itu hanya 1 malam saja ia bersinar penuh?”

Seluruh warga nampaknya sudah menebak, mbah Qodim selalu membuka muqoddimahnya dengan sebuah pertanyaan perenungan, namun jurus andalan warga lebih baik diam, menggeleng atau berucap tidak tahu.

Mbah Qodim “Itulah perlambang kita semua bapak-bapak, bulan dalam 30 malam hanya sempurna di 1 malam saja, 29 malam lainnya selalu ada sisi kekurangan, sebagai manusia pernahkah kita merenungi berapa lamanya kita sempurna mengingat Allah dalam 1 harinya … berapa lamanya kita sempurna mengingat Allah dalam 1 bulannya … berapa lamanya kita sempurna mengingat Allah dalam 1 tahunnya … atau berapa lamanya kita sempurna mengingat Allah dalam perjalanan usia sampai dengan saat ini? … 1 detik kah ? 1 menit kah ? 1 jam kah ? atau berapa lamanya …. Bahkan saat berdzikir Azma Allah saja, kita masih menyisipkan baying-bayang rumah, anak, makanan dan lain sebagainya ….”

Mata para warga mulai berkaca-kaca, apabila mereka benar-benar memikirkan hal tersebut betapa malunya manusia sebagai seorang hamba di hadapan Sang Maha Pencipta.

Mbah Qodim “Ada pepatah Arab yang berbunyi Al Insanu Mahallul khata’ wan nissiyan … manusia itu tempatnya salah dan khilaf … itu mengapa Allah SWT memberikan kalimat yang mahal harganya … kalimat itu bernama ISTIGHFAR, mengapa mahal harganya, karena pasti kalimat itu tak akan putus kita ucapkan manakala kita mau menghisap prilaku kita sendiri, Hmmm, langsung saja ya, mbah juga tidak ingin masalah ini menjadi panjang dan bertaut-tautan … bila saja kita mau perbanyak ta’awudz maka kita akan mengerti betapa kodrat kita sebagai manusia tak luput dari kesalahan dan dosa … Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seluruh Bani Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan (dosa), dan sebaik-baik manusia yang banyak kesalahannya (dosanya) adalah yang banyak bertaubat.”

Pak RT “Maaf nih mbah, saya lihat klarifikasi ulama tersebut beliau selalu beristighfar dan memohon ampun akan kekhilafannya”.

Mbah Qodim “Subhan Allah wal Hamdulillah, Semoga Allah tetap menjadi Cahaya dalam hatinya”

Pak RW “Tetapi beliau juga mengatakan bahwa semua itu beliau lakukan untuk sarana pendekatan dengan para remaja yang lazim mendengar bahasa-bahasa anak muda, dan beliau juga membacakan dalil yang berasal dari QS Ibrahim ayat 4 yang berbunyi ‘Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana’.

Mbah Qodim manggut-manggut “Enggeh bapak-bapak, namun yang perlu kita renungkan, itu dimaksudkan untuk bahasa-bahasa lazim suatu kaum peradaban, contoh berhadapan dengan orang Arab gunakan ya bahasa Arab, berhadapan dengan orang Indonesia gunakan bahasa Indonesia dan sebagainya … apakah anak muda atau remaja ada bahasa sendiri ? apakah remaja tersebut harus memaksakan kita selaku pemberi nasehat mengikuti bahasa muda mudi tersebut ? In Syaa Allah muda mudi juga akan tetap mengerti dengan bahasa Indonesia yang baik, silahkan bahasa muda mudi dipakai saat membeberkan dan menerangkan sesuatu, namun saat masuk ke sebuah contoh yang menuju kepada intinya gunakan bahasa yang beradab, contohnya, di antara para Nabiyullah, Nabi Musa AS terkenal memiliki kekuatan fisik yang lebih daripada yang lainnya, atau Aisyah RA dikenal juga dengan keramahannya dalam hal berkomunikasi dengan masyarakat saat itu … semua itu kita lakukan karena kecintaan kita kepada beliau-beliau yang mulya”.

Pak RW “Kalau itu karena kekhilafan mbah …????”

Mbah Qodim tersenyum “Allah SWT terkadang menunjukakan Sayang-Nya kepada seorang hamba itu dengan menegur, DIA bisa menggunakan pelantara siapapun, atau dari mulut hamba-hamba lainnya … semua mbah lihat karena KECINTAAN ALLAH terhadap orang tersebut, teguran akan terasa indah pada akhirnya dan akan semakin meningkatkan keimananya ...walau pahit saat diteguk dan dirasakan di kala itu”.

Pak RT “Bagaimana cara agar kita tahu bahwa kekhilafan kita itu berakibat fatal atau tidak mbah bagi keimanan kita?”

Mbah Qodim “Sabda Rasulullah …. Sudah jelas bahwa kita akan selamat jika memegang teguh warisan beliau, Al Quran dan Al Hadist, perkuat kembali bahwa Rasulullah SAW hidup dalam hati sanubari kita, dahulu dalam sebuah kisah Imam Al Ghozali RA pernah mendapat ujian seperti ini, Kitab Ihya Ulumuddin karyanya di tentang oleh Imam Ibnu Hirzihim … bahkan setelah Imam Al Ghozali wafat sekalipun Imam Ibnu Hirzihim tetap ingin membakar kitab Ihya Ulumuddin yang beliau anggap penuh dengan kesesatan dan khurofat, bahkan ada sholawat yang dianggap melecehkan Nabi Muhammad SAW, sholawat tersebut menyebutkan Muhammad yang UMMIYYI …. dengan mengumpulkan seluruh ulama saat itu beliau berencana akan membakar pada hari Jumat, Subhan Allah … Allahumma Sholli ‘ala sayyidina Muhammad, walau Imam Al Ghozali RA sekalipun sudah meninggal namun jiwanya selalu hidup dan memenuhi hatinya dengan Cahaya Rasulullah SAW, maka sebelum hari pembakaran Imam Ibnu Hirzihim bermimpi melihat Iman Al Ghozali RA menghadap Rasulullah SAW yang saat itu ditemai oleh Sayyidina Abu Bakar RA dan Sayyidina Umar RA memohon mengkaji kitab karyanya, Dalam mimpi tersebut Rasulullah SAW membaca kitab Ihya Ulumuddin dari awal sampai akhir, bahkan sempat tersenyum saat membaca ‘Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammadin Nabiyil Ummiyi Wa 'ala Alihi Wa Shohbihi Wa Sallim’ lalu memberikan kepada Sayyidina Abu Bakar RA dan Sayyidina Umar RA untuk membacanya juga, beliau berkata “Demi Allah, buku ini sungguh mulia“ lalu kedua sahabat beliau berkata pula “Demi Allah yang mengutus Nabi Muhammad dengan benar, buku ini sungguh mulia“. Dan dalam mimpi tersebut Rasulullah SAW memerintahkan Imam Ibnu Hirzihim untuk membuka bajunya lalu di cambuk, setelah cambukan yang kelima kalinya, Sayyidina Abu Bakar RA mencoba memohonkan ampun untuknya: “Wahai Rasulullah, mungkin saja dia ingin membela sunnahmu tapi prediksinya salah“. Imam Ghazali menyetujui usulan Sayyidina Abu Bakar RA dan Rasulullah pun memenuhi permohonan itu…. Akhirnya, Imam Ibnu Hirzihim terjaga dari tidurnya, detak jantungnya terasa tidak menentu, rasa gelisahnya semakin menjadi-jadi saat menyaksikan mimpinya begitu nyata, ….dan yang lebih menyayat hatinya takkala ia merasakan jelas di punggungnya ada rasa perih dan tetesan darah, air matanya pun membasahi wjahnya… tanpa berpikir pendek sekalipun, ia segera menceritakan apa yang ia alami kepada seluruh tokoh dan masyarakat... Ia bersaksi bahwa karya Imam Ghazali adalah kitab suci yang mulia…. jika ada yang belum mempercayai akan mimpinya, maka luka di punggungnya sebagai bukti paling nyata... luka itupun terus menyakiti… dan rasa sakit itu terus menemani hingga berbulan-bulan lamanya … Imam Ibnu Hirzihim lalu bertaubat... beliau sadar bahwa memusuhi auliya’ adalah kriminal yang amat besar… beliau kembali mengkaji dan mengamalkan kitab Ihya’ Ulumuddin serta mengajarkannya kepada khalayak umat…. Tak lama dari itu… Rasulullah SAW datang menjumpainya dalam mimpi dan menghapus luka punggung dan hatinya, akhirnya beliau bebas dari segala belenggu yang telah lama menghantui perasaannya”.

Pak RW tiba-tiba sesegukkan “Lalu ulama yang satu lagi bagaimana mbah?”

Mbah Qodim “Beliau juga sebenarnya niatnya mungkin untuk meluruskan kembali .... NAMUN ... Intinya semua harus mawas diri, KETIKA SESEORANG BENAR dan MERASA PALING BENAR … sesungguhnya ia sudah tergelincir pada yang SALAH … namun jika KETIKA manusia tersebut dalam kesalahan dan mengaku SALAH … sesungguhnya ia sudah pada anak tangga KEBENARAN … sebagai sesama muslim HANYA ADA SATU TEKAD … saling NASEHAT MENASEHATI dan bukannya SALING MENGHAKIMI …. In Syaa Allah itu akan kita bahas dalam BAB Ta’awudz … In Syaa Allah … In Syaa Allah …"
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar