Minggu, 26 Agustus 2018
HAJI BAGIAN 2
“Mbah Sambil menunggu Sholat Isya, baiknya kita lanjutkan topik kita kemarin hehehhe” Pak RW membuka obrolan santainya melihat mbah Qodim selesai wiridannya. Lalu jamaahpun mulai menuju teras, jamaah termuda tidak ingin kecolongan seperti kemarin, ia menuju ruang belakang mushola dimana tersedia air panas, gula dan kopi.
Mbah Qodim “Oh enggeh bapak-bapak sekalian, mari kita lanjutkan, pertama-tama kita harus tahu perintah untuk melaksanakan ibadah haji, ada yang tahu bapak-bapak?”
Pak RT “Dari haidist nabi yang berbunyi “Wahai manusia, telah diwajibkan atas kalian berhaji maka berhajilah”, kemudian ada seorang bertanya: “Apakah setiap tahun Wahai Rasulullah?”, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjawab sampai ditanya tiga kali, barulah setelah itu beliau menjawab: “Jika aku katakan: “Iya”, maka niscaya akan diwajibkan setiap tahun belum tentu kalian sanggup, maka biarkanlah apa yang sudah aku tinggalkan untuk kalian, karena sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian, akibat banyaknya pertanyaan dan penyelisihan mereka terhadap nabi mereka, maka jika aku perintahkan kalian dengan sesuatu, kerjakanlah darinya sesuai dengan kemampuan kalian dan jika aku telah melarang kalian akan sesuatu maka tinggalkanlah”. (HR. Muslim)”
Pak RW “Firman Allah yang berbunyi “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Ali Imran: 97)”.
Jamaah “Dari QS. Al-Hajj : 27 yang artinya Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,”
Mbah Qodim “Yah yah memang banyak sekali rujukannya bapak-bapak, kini mbah mau bertanya HAJI itu PANGGILAN atau TERPANGGIL?”
Semua jamaah mulai berfikir, suasana hening sejenak namun kembali bersuara saat kopi datang dari belakang Musholla.
Pak RT “Dipanggil dan terpanggil mbah!”
Mbah Qodim tersenyum “Hehhee enggeh pak RW betul sekali, maka semua dalil tentang ibadah haji, itu bukan berbunyi yaa ayyuhalladzi … tetapi yaa ayyuhannas … bukan hanya memanggil orang-orang beriman, namun memanggil manusia … maka para ulama terdahulu melengkapinya dengan kode, berhajilah bila MAMPU …. Nah … apa maksud dari bila mampu tersebut?”
Pak RW “Yaa rata-rata berfikiran mampu dalam hal rezeki mbah”.
Mbah Qodim “Enggeh bapak-bapak, makanya mari kita maknai bila mampu ini, sehingga amalan haji yang berlebel MABRUR dan MABRUROH akan melekat pada ibadah tersebut”.
Pak RT “Jadi maksudnya MAMPU itu apa mbah?”
Mbah Qodim “Mampu disini ada beberapa maknanya pak RT, banyak saudara-saudara kita yang belum memasuki kalimat mampu ini, maka banyak sekali artis-artis ataupun mereka yang berlebihan dalam hal financial mampu untuk berhaji… juga para pejabat yang mendapatkan JATAH berangkat haji karena pangkat dan jabatannya, makanya MAMPU inilah yang akan kita bahas … pertama adalah MAMPU dalam hal financial itu sudah pasti … lalu MAMPU yang kedua adalah … kesehatan lalu MAMPU yang berupa waktu … dan yang terpenting adalah MAMPU untuk syarat menjadi muslim yang sempurna”.
Pak RW “Maksudnya mbah?”
Mbah Qodim “Yah, menjadi Muslim yang Kaffah … ketika bersyahadat … mungkin mudah dalam pelaksanaannya… namun menjaga syahadat itu lah yang menjadikan sempurna … melakukan sholat itu mudah … namun menjaga prilaku bagaikan sholat itulah yang sempurna … melaksanakan puasa itu mudah … berprilaku seperti berpuasa itulah yang sempurna .. demikian pula dengan zakat dan haji …. Bagi mereka yang MAMPU dalam 3 hal akan merasa ringan … namun MAMPU yang ke empat yaitu menjaga prilaku bagaikan haji itu yang sempurna … ini yang akan kita bahas”.
Pak RW “Jadi haji itu adalah prilaku kehidupan kita sehari-hari mbah?’
Mbah Qodim “Nggeh Pak RW, nanti mbah akan berbagi semua rukun Islam dalam kehidupan, mulai dari Syahadat sampai Haji, namun saat ini kita kupas Haji dahulu”.
Suasana terlihat sedikit tegang … namun mbah Qodim tersenyum lalu mulai mengajak jamaah menikmati kopi panas yang siap diseruput.
Pak RW “Ada hubungannya dengan tertundanya membuka makna QS An Nas nih mbah?”
Mbah Qodim kembali tersenyum … “Bapak-bapak sekalian … pertama-tama kita harus merenungi apakah kita ini MANUSIA … kalau kita sudah mengerti makna manusia maka PASTI kita harusnya terpanggil … lalu munculkan KERINDUAN untuk memenuhi panggilan tersebut … ini yang sering terlewati oleh saudara-saudara kita”.
Pak RT “Terlewati mbah?”
‘Srrruuupppp” Kopi panas mulai mengaliri kerongkongan sang tua bersahaja “Jika kita sudah terpanggil maka pertama-tama tekadkan NIAT lalu jadilah manusia seutuhnya … manusia yang YAQIN tidak hidup sendirian, butuh orang lain … butuh bermasyarakat dll, mbah gambarkan saat nama kita terdaftar untuk dipanggil oleh Presiden maka apa yang harus kita siapkan? Sudah tentu, penampilan lalu prilaku, kan tidak mungkin menghadap orang no 1 di Negara ini berpenampilan yang tidak pas, lalu prilaku harus kita jaga, masak tamu presiden kok prilakunya tidak sesuai … nah disinilah banyak yang terlewatkan, rata-rata memotong kompas … cukup undang PENGAJIAN … lalu kata sambutan berisikan mohon maaf apabila ada kesalahan dan mohon doa restu .. lalu mendengarkan tausiah sang penceramah yang biasanya dibumbui iklan berhaji lalu makan-makan, salam-salaman, persiapan deh untuk berangkat.”
Jamaah seperti terbengong-bengong, memang itulah lazimnya yang ada. Pak RW berucap lirih “Lalu bagaimana mbah seharusnya?”
Mbah Qodim “Jika kita di undang Presiden kita harus tahu apa yang disukai oleh Presiden sehingga mengundang kita, ternyata presiden suka sekali tentang pertanian, maka siapkan materi-materi tentang pertanian .. begitu pula dengan Allah SWT … sukanya apasih … nah mulailah dikerjakan setelah niat dimantapkan … yah mbah gambarkan mulailah benahi saat kita mulai mendaftarkan diri sebagai calon haji, mulailah tepati sholat 5 waktu … bagus lagi berjamaah agar tepat waktu, perbanyak puasa sunnah, bersodaqoh dan bersilaturrahmi, namun jangan tunjukan atau kabarkan bahwa ini semua kita lakukan KARENA agar masyarakat tahu .. simpan rahasia itu antara kita dan Allah semata … inilah hakekatnya berIHROM .... membiasakan tubuh kita berpakaian yang putih atau membiasakan berprilaku yang baik ... seringlah bersilaturrahmi ke tetangga-tetangga kita, gali informasi tentang keadaan ekonomi mereka, adakah diantara mereka yang mau makan namun tidak memiliki uang untuk beli beras, adakah diantara mereka yang sakit namun tidak punya uang untuk berobat, hitung financial kita, bisakah kita membantu mereka?? Karena Allah SWT tidak akan melihat kita walau kita paksakan menjadi tamu NYA hanya dikarenakan tetangga kita menangis karena kelaparan.”
Pak RW tampak tegang “Kok berat gitu mbah?”
Mbah Qodim “Berat dimananya pak RW?”
Pak RW “Itu …. Berarti harus doble dong modal kita yang harus dipersiapkan”.
Mbah Qodim “Jika dana untuk berangkat ke Baitullah habis karena tetangga kita yang saat itu memang lebih membutuhkan ya sudah tunda keberangkatan sampai kata MAMPU kembali hadir pak RW, itu tidak akan melunturkan NIAT yang sudah kita tekadkan … lihatlah bagaimana Siti Hajar harus berlari dari Shofa ke Marwah hanya untuk mencari air untuk buah hatinya … Nabi Ismail AS …. Dan itu merupakan salah 1 rukun haji”.
Pak RW menunduk “Belum jelas mbah”.
Mbah Qodim “Saat itu Siti hajar berlari ke bukit Shofa dan Marwah berharap mendapatkan air untuk nabi Ismail AS yang masih bayi, namun Allah SWT justru memberikan AIR yang berasal dari hentakan tumit sang anak … yah ternyata air yang ia cari justru berada dekat dengannya …. DEMIKIAN pula dengan kita yang berusaha mencari Allah SWT … mencari ridho Allah kesana kemari … bahkan mencari PAHALA sampai ke negeri seberang namun kita tidak tahu bahwa sesungguhnya Allah SWT ada di dekat kita .. ridho Nya ada pada sekeliling kita … pahala ada pada tetangga-tetangga kita …. Bersegeralah untuk menolong mereka yang kesusahan laksana lari yang dilakukan oleh Siti Hajar saat mencari air …. dan malulah apabila kita menangis karena BISA menyentuh Baitullah namun ternyata kita gagal menyentuh tangisan dimana Allah SWT yang saat itu justru memindahkan hakekat rumahNya berada di sekitar kita … perhatikan hadist qudsi ini … Allah SWT : Wahai manusia, kenapa engkau tidak memberi-Ku makan?” Manusia : “Bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan padahal Engkau Tuhan semesta alam?” Allah SWT : “Waktu itu ada seorang hamba-Ku yang meminta makan kepadamu, tapi engkau tidak memberinya. Tahukah engkau sekiranya engkau memberi makan kepadanya, niscaya engkau menemukan Aku disana” …. Kita jauh-jauh datang ke Baitullah untuk mencari Allah … padahal saat itu Allah sedang berada dalam rumah tetangga kita yang sedang kelaparan …. Maka mbah tekankan jangan tunjukan atau beberkan bahwa kita ingin berhaji apalagi mohon doa restunya diucap-ucap bahkan dijadikan status di FB… karena kita akan tahu dari silaturrahmi yang kita laksanakan di sekitar tenangga kita itu cukup atau tidak untuk berangkat ke Baitullah apabila cukup, berangkatlah … jika tidak cukup tundalah sampai cukup … karena HANYA SATU KUNCINYA … kita mencari KEBERADAAN ALLAH saat itu …. Dan DIA adalah MAHA MENGETAHUI apa-apa yang tidak kita ketahui … Bapak-bapak sekalian … Baitullah diseberang samudera sana bisa saja mendekat kepada kita bila kita tahu APA YANG DINGINKAN OLEH ALLAH SWT kepada manusia yaitu menerima sertifikat MABRUR/MABRUROH dalam memenuhi PANGGILANNYA”.
Pak RW menunduk "Hakekat nya Rukun Sa'i itu sudah hadir dahulu ya mbah? sebelum Syariatnya kita lakukan disana"
Mbah Qodim berdiri memasuki mushola "Ayo yang batal wudhunya sono wudhu lagi, sholat Isya sudah masuk ini, ndango azan!"
(BERSAMBUNG)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar