Pagi jam 09.00 Adri sudah sampai di rumah mbah Qodim, rumah kecil sederhana dengan dinding bambu menjadikan rumah tersebut terasa seperti sebuah tempat peristirahatan yang menjauhkan diri dari kilauan dunia, beberapa kali mengucapkan salam, Adri belum mendapatkan jawaban, akhirnya ia melangkah ke belakang rumah mbah Qodim, Adri melihat tanaman sayuran tertanam rapi, beberapa kolam dihiasi ikan air tawarpun menjadi pemandangan yang indah, di ujung belakang halaman terlihat pohon kopi coklat yang rimbun, seorang tua sedang duduk di bawah dedaunan pohon tersebut asyik hanyut dalam sebuah aktifitas.
“Assalamu’alaikum, mbah” Adri mengucapkan salam.
Mbah Qodim yang sedang asyik mengupas biji kopi coklatpun menengok dan membalas salam tersebut “Wa’alaikumussalaam, eh nak Adri, mari kemari”.
Kelalakuan mbah Qodim ini semakin menjadikan dirinya ingin lebih dekat lagi dengan mbah Qodim, bagaimana tidak, sesantai-santainya mbah Qodim, pria tua itu berusaha berdiri menyambut tamunya lalu mengajaknya untuk duduk di bawah rindangnya pohon kopi coklat yang bisa dijadikan titik pandangan ke beberapa kolam dan tanaman sayuran.
“Lagi apa nih mbah?” Adri mulai membuka omongan.
Mbah Qodim “Ini nak, mbah panen biji kopi coklat hehehe, walau cuma 2 pohon, tapi bila kita menjadikannya sebagai bentuk rizki yang diberikan Allah SWT maka melihatnya saja sudah mendapatkan kebahagiaan, nah nak Adri sendiri kok tumben kemari?”
Adri “Ini mbah, pingin silaturrahmi ke rumah mbah, dan keduanya saya ingin mengabarkan bahwa liburan saya sudah habis, jadi sekalian saya mau pamit sama mbah”.
Mbah Qodimpun mantuk-mantuk, terlihat wajah tuanya menyimpan rasa sedih, “Semoga Allah selalu bersama dirimu nak”.
Adri “Aamiin, terima kasih mbah, rencana saya pulang ke kota nanti malam, tetapi sebelum berangkat saya ingin minta nasehat khusus dari mbah, karena situasi saat ini banyak sekali yang menimbulkan kebingungan, kususnya dalam penjabaran agama kita ini mbah, kenapa banyak sekali perdebatan akhir-akhir ini”.
Mbah Qodim “Ya ya ya, mungkin karena Negara kita sedang pesat-pesatnya terbuka segala informasi nak, bila nak Adri bertemu siapa saja yang senang berdebat, apalagi tentang Agama kita, jawab saja GURUMU BENAR, GURUKU YO BENAR … karena masing-masing guru saat mengajarkan ilmunya kepada murid-muridnya PASTI tidak akan berkata ILMU YANG KITA PUNYA ini paling benar, atau seorang guru tidak akan mungkin berkata kalau bukan seperti ajaranku maka yang lain itu salah, nah, murid inilah yang baru dapat ilmu dari gurunya sering bertemu dengan murid dari guru lainnya .. lalu 1 pelajaran yang sama akan menjadi sebuah perdebatan, mbah gambarkan, di satu sekolahan ada kelas X jumlah kelasnya ada 8 …. Disana ada 2 guru yang mengajarkan pelajaran Matematika, katakan saja X1-X4 Guru A dan X5-X8 Guru B, pelajarannya sama namun cara mengajarkannya berbeda, eh murid kok pada berantem hehhee kan aneh”.
Adri “Enggeh mbah, memang seperti itulah yang terjadi, lalu bagaimana kalau ada guru yang menyalahkan orang lain?”
Mbah Qodim “Berarti dia belum saatnya jadi guru”.
Adri menunduk “Berarti menjadi guru itu sulit yam bah?”
Mbah Qodim “Hehehe ya tidak juga, bagaimana cara kita menyikapinya saja nak, siswa kelas X saat mengajari siswa kelas IX pun saat itu bisa dikatakan sebagai guru, guru untuk adik kelasnya, wong anak SD saja pas mau ngajari anak PAUD hakekatnya saat itu ia sudah menjadi guru kok, namun ADAB mengajar itu yang sering terlupakan, maka walau jenengan sudah bisa ngajari orang lain tetapi masih melihat kejelekan dari ajaran lain orang, maka sebenarnya panjenengan belum bisa menjadi guru, tetapi harus mencari dan mencari guru lagi hhehehe”.
Adri “Iya mbah, lalu bagaimana supaya kita bisa menjadi guru, minimal untuk diri sendiri dan keluarga?”
Mbah Qodim memandang serius ke wajah Adri lalu bibir tuanya mulai berucap “Fahami dan laksanakan Makna Ta’awudz dengan sebenar-benarnya ….”
Adri “Maksudnya A’udzubillahi minasy-syaithoonirrojiim mbah ?”
Mbah Qodim “Ya nak Adri, tahu artinya?”
Adri “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk mbah”.
Mbah Qodim “Bener, nah mungkin mayoritas tahu artinya, namun tak bayak yang tahu maknanya, doa tersebut sebenarnya berasal dari QS An Nahl 98 … tetapi nanti pelajaran itu akan mbah kupas, namun saat ini mbah hanya singgung saja batasan yang disini, Ta’awudz ini adalah bentuk sebuah niat dan usaha bagaimana kita ingin memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan syetan yang terkutuk …. Namun seringkali justru kita kebalikannya ... meminta perlindungan kepada syetan dari sifat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
Adri “Kok begitu mbah?”
Mbah Qodim “Hehehehe iya nak, coba sekarang mbah gambarkan, saat orang sedang berdebat, walaupun sebenarnya sedang membahas topik agama, mereka memenuhi hati mereka dengan rasa sesak dan panas di dada saat mendengar ucapan lawan bicaranya, sehingga dari pancaran mata bahkan lisannya terlihat jauh dari sifat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, mereka hanya ingin menang sendiri, ingin pengakuan bahwa apa yang ia ungkapkan adalah sebuah KEBENARAN yang mutlak, tak jarang kata-kata TABU terucap, KAFIRlah, MURTADlah, SESATlah dan yang lain-lain pokoknya, sifat welas asih saat itu justru jauh dari hati mereka, yang ada adalah singgasana SYETAN dalam dada yang terus menjauhkan prilaku mereka dari sifat-sifat ALLAH SWT….”
Adri Nampak mulai merenungi kata-kata mbah Qodim, ia memutar kembali memori rekaman otak miliknya saat melihat banyaknya perdebatan dalam hal menyajikan agama … embel-embel berjudul KEBENARAN.
Mbah Qodim “Makanya dalam kisah Wali Songo saat menyidang Syeh Siti Jenar, ketika para Wali mulai masuk kedalam TOPIK utama tentang kebenaran menurut keilmuan yang merka punyai, Wali tertua menghentikan sidang, beliau bilang, SAUDARAKU SEKALIAN, TAMPAKNYA SYETAN MULAI BERTENGGER DI HATI KITA … bla bla bla …. Nah Para Wali yang sudah mapan keilmuannya maka semuanya membaca ta’awudz dan Istighfar …. lalu menghentikan dahulu perdebatan … sampai syetan hengkang dari hati mereka... coba kalau kita, hehhee gebrak meja, caci maki dan perbuatan yang jauh dari Sifat-sifat Allah lah yang akan keluar... semua karena kita asyik dengan menetapnya syetan di hati kita”.
Adri “Injih mbah, saya akan gali makna Ta’awudz tersebut pada tindak tanduk dan prilaku saya, semoga saya akan bisa terus belajar memaknai SELAMAT/ISLAM yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah SAW, terakhir nih mbah, sebenarnya saya dapat pesan dari orang yang dekat sama mbah, orang tersebut pesan ke saya bahwa apabila bertemu dengan mbah Qodim yang kesehariannya bertafakur membaca tanda-tanda alam … bahwa mbah dulu pernah berkata kepada beliau semua kejadian yang ada di dunia ini selalu membawa tanda-tanda … sebagai contoh mengatuk adalah tanda-tanda dari tidur walau mengantuk itu bukan mutlak berakhir tidur… namun itu sebuah tanda-tanda ALAMI yang ditunjukkan oleh Allah SWT …. Mendung tanda-tanda akan turunnya hujan, mengandung adalah tanda-tanda adanya kelahiran, bahkan KIAMATpun .. diberi tanda-tandanya …. Yang ingin saya tanyakan … adakah tanda-tanda yang sedang mbah tafakurkan?”
Mbah Qodim menatap tajam wajah Adri, lalu ia memejamkan matanya “Kemarin ….. ada gerhana bulan … ISYAROH PERTAMA … malam adalah gambaran kegelapan …. dan akan bertambah kelam … bila itu kejahatan maka akan semakin menjadi angkara murka …. bila itu kebutaan maka kecerobohan akan jadi akhirnya … jika itu kemiskinan …. maka kenestapaan akan menjadi akhirnya ….maka selalulah INGAT KEPADA ALLAH SWT, SELALU BERMOHON KEPADANYA UNTUK PERLINDUNGAN DARI SEGALA SESUATU YANG TIDAK KITA INGINKAN … Isyaroh kedua … Negara kita kebagian di sepertiga malam untuk menyaksikan gerhana tersebut … bahkan diperkuat 1 hari sebelum purnama, gerhana sudah datang … artinya … akan adanya kekecewaan sebelum selesai kepuasan … akan ada kegagalan sebelum akhir usaha … dan ada pemberhentian sebelum selesai tujuan … GERHANA … sebuah gambaran nyata tertutupnya sebuah kenyataan … namun ini hanyalah tanda-tanda … Allah lah yang menentukan segalanya … amalkan ayat terakhir surat Yasin … dan fahami maksudnya In Syaa Allah kita akan selalu kuat dalam menjaga cahaya pelita jiwa yang kian rapuh terhembus angin berbagai rupa”.
Mbah Qodim tetap menutup matanya dan berusaha menenangkan gemuruh sengal nafas di dadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar