Oleh : Ketenangan Cakra Jiwa (
Syajaratul Yaqin )
Ketahuilah!
Bahwa Alam yang kita lihat sangatlah Luas ini baik di langit maupun di bumi,
mencakup keseluruhannya yaitu sekalian Alam, terhimpun atau terangkum akan
rahasia Ilmunya di dalam 30 Juz Al-Qur’an.
Artinya
adalah siapa-siapa yang membaca dan memahami Al-Qur’an.maka sama halnya ia melihat kepada Sekalian
Alam. Karena Hakikat penciptaan Alam ini termuat pada 30 Juz Al-Qur’an 114
Surah 6666 Ayat.
Sangat Agung
sekali Kitab Al-Qur’an itu yang diturunkan kepada Rosulullah Saw yang kemudian
menjadi Kitabnya orang-orang Islam. Bahkan dikatakan bahwa Al-Qur’an itu
sebagai penyempurna dari pada kitab-kitab sebelumnya. Akan tetapi keagungan
dari pada Al-Qur’an itu bukan lah di lihat dari pada tulisan dan bacaannya,
melainkan dari pada makna yang tersirat/terkandung didalamnya.
Adapun
tulisan atau bacaan yang termuat di dalam kitab itu tidak ada bedanya dengan
buku-buku bacaan biasa, sehingga letak keImanan seseorang apa bila terfokus
kepada Kitabnya/bukunya itu sama halnya ia beriman kepada sesuatu yang bakal
hancur. Saya katakana bakal hancur karena apabila kitabnya/bukunya itu di masukkan
ke dalam api ia akan terbakar, dimasukkan ke dalam lautan ia akan basah. Jangan
kan di bakar
dan dimasukkan ke dalam air, di letakan saja di atas lemari, tidak di rawat dan
di urus lambat laun ia akan rusak dan lapuk di makan oleh Rayap.
Sudah kewajiban
bagi seorang Mukmin untuk beriman/mempercayai kepada kitab Al-Qur’an yang
dibawa oleh Rosulullah Saw. Tetapi yang perlu direnungkan adalah
keimanan/kepercayaan seseorang akan sesuatu itu, akan di bawa sampai mati
bahkan sampai ke Robbul Jalil. Jika yang di Imani adalah sesuatu yang rusak dan
hancur, maka keimanan nya akan dipertanggung jawabkan di Hari Kemudian kenapa
beriman kepada sesuatu yang hancur.
Tetapi
apabila ia mengerti bahwa yang diimani itu bukanlah “Kitabnya/bukunya”
melainkan yang terkandung di dalamnya yaitu “Firman Allah” maka keimanan
seperti itulah yang akan menjadi penolongnya di hari kemudian, karena Makna
yang terkandung di dalam kitab itu yaitu “Firman Allah” itu tidak akan hancur
dan tidak akan Musnah sampai kapan pun juga.
Allah Swt
berfirman : “Dan sekiranya Qur’an diletakkan di atas gunung, maka gunung
dapat digoncangkan atau diletakkan pada bumi, maka bumi jadi terbelah atau
diletakkan pada orang mati maka orang-orang yang sudah mati dapat
berbicara”(QS, Ar Ra’d : 31)
Sehingga
sangat keliru jika mengartikan Al-Qur’an itu hanya sebatas arti Harfiah saja
yaitu diartikan sebagai “BACAAN”.
Padahal kita mengetahui bahkan seluruh orang Muslim tahu bahwa
Al-Qur’an itu adalah Firman Allah, Kalam Allah, Perkataan Allah dan Suara
Allah. Jadi tidak bisa dipersamakan “FIRMAN
ALLAH” dengan “BACAAN”.
Lalu di mana letak keagungannya Al-Qur’an jika hanya sebatas “BACAAN” saja, tetapi
jika Al-Qur’an itu dimaknai dengan “FIRMAN
ALLAH”, maka itu lah keagungan yang sangat Mulia sekali.
Kemudian dari
Firman Allah yang terdiri dari 30 Juz 114 Surah dan 6666 Ayat itu terangkum
lagi tersimpulkan lagi di dalam Surah “Al-Fatihah”.
Di dalam
Surah Al-Fatihah itu dikatakan di Hadits Qudsi sebagai 7 ayat yang
berulang-ulang. Firman Allah “Aku turunkan kepada mu 7 ayat yang berulang-ulang
yaitu : TIGA BAGI-KU, SATU ANTARA ENGKAU
DAN AKU DAN TIGANYA LAGI BAGIMU. TIGA BAGI-KU ADALAH ; ALHAMDULILLAHIROBBIL’AALAMIIN. ARROHMAANIRROHIIM.
MAALIKI YAU MIDDIIN. SATU ANTARA ENGKAU DAN AKU ADALAH ; IYYAAKA NA’BUDU WA IYYAAKA NAS TA’IIN. DAN
TIGA
BAGIMU ADALAH ;
IHDINASHIROOTOL MUSTAQIIM. SHIROOTOLLADZIINA AN’AMTA ALAIHIM. GHOIRIL MAGHDU
BI’ALAIHIM WALADHOO-LLIIN.
Surah
Al-Fatihah itu terdiri dari pada 7 Ayat yang terbagi menjadi :
3 (Tiga) Bagi Allah …. 1
(Satu) Antara Insan dengan Allah …. 3 (Tiga) Bagi Insan
Lalu
keseluruhan dari 7 Ayat tsb sama dengan 3 1 3, sebagaimana juga di riwayatkan
bahwa jumlah seluruh Rosul itu ada 313 Rosul.
Kemudian
Kandungan Surah Al-Fatihah itu terangkum lagi, tersimpulkan lagi pada Kalimah “Bismillahirrohmaanirrohiim”,
artinya adalah : Dengan
Nama Allah yang Maha Pengasih Penyayang. Akan tetapi makna dari
pada Kalimah tsb adalah : Allah
Hadir pada tiap-tiap sesuatu juga pada dirimu dalam sifat Kasih dan Sayang-Nya.
Bagi
mereka-mereka yang mengerti akan Makna daripada Kalimah “Bismillahirrohmaanirrohiim”
maka sama halnya ia telah memaknai Surah Al-Fatihah,
dan mereka yang dapat memaknai Al-Fatihah
maka sama Halnya ia telah memaknai 30
Juz Al-Qur’an 114 Surah 6666 Ayat, dan bagi mereka yang telah
dapat memaknai 30 Juz
Al-Qur’an maka sama Halnya ia telah memaknai rahasia Kehidupan Seluruh Sekalian
Alam.
Karena itu
setiap orang Muslim ketika ingin memulai sesuatu pekerjaan selalu didahului
dengan ucapan “Bismillahirrohmaanirohiim”.
Dimana makna nya adalah, Allah
Hadir pada tiap-tiap sesuatu juga pada dirimu dalam sifat Kasih dan Sayang-Nya.
Itulah yang
dianjurkan oleh Baginda Nabi Muhammad Swt, dan terus turun temurun sampai
kepada orang-orang tua kita.
Lalu
menjadilah suatu budaya bagi orang muslim untuk memulai sesuatu pekerjaan itu
dengan ucapan “Bismillahirrohmaanirrohiim”.
Kenapa kami katakan bahwa itu menjadi budaya bagi orang Muslim, padahal itu kan suatu kebaikan yang
ada dalam Agama Islam sebagai “Sunnah”?.
Benar!
Akan tetapi sesuatu yang dilakukan atau diperbuat jika tidak mengetahui Rahasia dan Makna yang
terkandung di dalamnya maka sesuatu itu tidak ubahnya sama halnya dengan
Budaya?
Jika memang
itu adalah suatu “Sunnah”,
maka ketahuilah Rahasia
dan Maknanya. Jika tidak maka apa yang di perbuat dan dilakukan
tidak akan memberikan barokah pada dirinya walaupun ia telah memulainya dengan “Bismillahirrohmaanirrohiim”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar