Oleh : Ketenangan Cakra Jiwa (
Syajaratul Yaqin )
Seorang
pemuda, yang mengaku ahli amal ibadah datang ke Saung KCJ. Sang pemuda
dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib,
sunnah, baca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu
satunya adalah masuk syurga dengan tumpukan amalnya. Bahkan sang pemuda tadi
malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke
hari.
Pemuda : “Saya
kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan…”
KCJ : “Apa yang sudah anda lakukan?”
Pemuda : “Amal ibadah bekal bagi syurga saya nanti…”
KCJ : “Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?”
Pemuda itu diam…lalu berkata, “Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”
KCJ : “Apa yang sudah anda lakukan?”
Pemuda : “Amal ibadah bekal bagi syurga saya nanti…”
KCJ : “Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?”
Pemuda itu diam…lalu berkata, “Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”
KCJ : “Siapa
yang menggerakkan jerih payah dan usaha anda itu?”
Pemuda : “Saya sendiri…hmmm….”
KCJ : “Jadi anda mau masuk syurga sendiri dengan amal-amal itu?”
Pemuda : “Jelas dong tuan…”
KCJ : “Saya kira anda akan sulit bisa masuk ke syurga. Kalau toh bisa masuk, anda malah akan tersesat disana…”
Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan KCJ. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka KCJ. “Mana mungkin di syurga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding KCJ.
KCJ : “anda benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”
Pemuda : “Toloong diperjelas…”
Pemuda : “Saya sendiri…hmmm….”
KCJ : “Jadi anda mau masuk syurga sendiri dengan amal-amal itu?”
Pemuda : “Jelas dong tuan…”
KCJ : “Saya kira anda akan sulit bisa masuk ke syurga. Kalau toh bisa masuk, anda malah akan tersesat disana…”
Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan KCJ. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka KCJ. “Mana mungkin di syurga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding KCJ.
KCJ : “anda benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”
Pemuda : “Toloong diperjelas…”
KCJ : “Begini
saja, seluruh amal anda itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?”
Pemuda : “Lho kenapa?”
KCJ : “Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”
Pemuda : “Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…”
KCJ : “Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda?
Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini?”
Pemuda : “Lho kenapa?”
KCJ : “Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”
Pemuda : “Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…”
KCJ : “Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda?
Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini?”
Pemuda itu
duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang membayang
bagaimana soal tersesat di syurga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas
dan tidak ikhlas.
Dalam kondisi setengah frustrasi, ….KCJ menepuk pundaknya.
Dalam kondisi setengah frustrasi, ….KCJ menepuk pundaknya.
KCJ : “Hai
anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Anda mulai dari istighfar saja.
Kalau anda masih berambisi masuk syurga itu baik juga. Tapi, kalau anda tidak
bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta syurga bagaimana? Kan sama dengan
orang masuk rumah orang, lalu anda tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah
anda seperti orang linglung atau orang yang bahagia?”
Pemuda : “Saya harus bagaimana tuan…”
Pemuda : “Saya harus bagaimana tuan…”
KCJ : “Mulailah
menuju Sang Pencipta syurga, maka seluruh nikmatnya Insyaa Allah akan diberikan
kepada anda. Amal anda bukan tiket ke syurga. Tapi ikhlas dalam beramal
merupakan wadah bagi ridlo dan rahmat-Nya, yang menarik anda masuk ke
dalamnya…”
Pemuda itu semakin bengong antara tahu dan tidak.
Pemuda itu semakin bengong antara tahu dan tidak.
KCJ : “Begini
saja, anak muda. Mana mungkin syurga tanpa Allah, dan mana mungkin neraka
bersama Allah?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar