Jumat, 11 Maret 2016

Pancasila Versi mbah Qodim


“Itu mbah Qodim!!” teriak Mak Narti sambil menunjuk lelaki tua yang berjalan santai melintasi warung miliknya.

Tanpa ragu-ragu pak RT dan pak RW berteriak : “Mbaaahhh sini, sombong banget sih hehhee”.
MbahQodim pun dengan santai mendekati warung kopi tersebut :” Assalaamu’alaikum bapak-ibu sekalian “. Semua yang di dalam warung berteriak semangat : Wa’alaikum salaam “.
Sambil cengengesan Pak RT langsung memulai percakapan :”Mbah saat ini kalau kita lihat di telivisi banyak sekali orang-orang yang saling gugat, saling lapor, bagaimana menurut mbah hal yang demikian itu, Negara kita kan Negara hukum lalu hukum harus tetap berdiri di tengah – tengah demi sebuah KEADILAN “.

“Eeh pak RT, biarkan mbah Qodim duduk dulu sambil menikmati  kopi buatan saya” Mak Narti terlihat sedikit memiringkan bibirnya tanda protes.
Pak Rt hanya menunduk sambil menjawab terbata-bata “ I I iyaa mak”

Sruuuup … bunyi srusupan mulai terdengar merdu, tanda bibir tua mbah Qodim sudah mencapai bibir gelas berisikan kopi kesukaan mbah Qodim.
Dengan Santai Mbah Qodim menjawab “Pancasila sebagai Dasar Negara merupakan Hukum tertinggi di Negara ini, namun penjabaran Pancasila sering terabaikan”

“Terabaikan Bagaimana mbah?” Pak RWpun angkat bicara.
Sruuup sekali lagi 1 srusupan kembali terdengar :”Dahulu Pahlawan dan Pemikir kemerdekaan sudah merancang Pancasila dengan sama-sama berfikir dan beriadho kepada Tuhan, maka penjabaran Pancasila seharusnya di fahami oleh bangsa ini, contoh jika kita memiliki perselisihan dengan orang lain… maka kita lihat sila PERTAMA … ‘KETUHANAN Yang Maha Esa’ .. disitu kita di ajarkan, pandanglah orang lain itu sebagai orang  yang  satu agama dengan kita, BERKETUHANAN yang sama berarti bersaudara,  maka perselisihan harus diredakan.”

“Laah Kalau lain agama gimana mbah” Pak RT memotong kalimat mbah Qodim.
Dengan sedikit melirik mbah Qodim kembali menyerusup kopi miliknya :”Yaah baca Sila kedua ‘KEMANUSIAAN yang adil dan beradab’…sadarilah bahwa sama-sama manusia kita sering kali berbuat kesalahan, tidak ada manusia yang tidak berbuat kesalahan maka sisi KEMANUSIAAN menjadi dasar penyelesaian setelah sisi KETUHANAN….. lalu bila itu juga tidak juga bisa di jadikan alas an untuk berdamai baru masuk kepada ‘PERSATUAN INDONESIA’ … pandanglah sesama  anak bangsa Indonesia, masalah akan bisa diringankan dan diselesaikan, namun bila masih ngotot juga ya pakailah sila ke empat ‘Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/PERWAKILAN’ .. dalam hal ini masing-masing orang yang sedang dalam perseteruan menunjuk PERWAKILAN untuk BERMUSYAWARAH … panggil pak Kades/Lurah, Pak Babinsa, Pak Babinkamtibmas atau tokoh masyarakat agar KEBIJAKSANAAN mereka semua bisa menjadi penyelesaian…. Nah bila hal itu tidak selesai juga …. Maka silahkan ‘KEADILAN sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’ diterapkan… .. monggo laporkan pada pihak yang berwajib, dari situlah proses penyelidikan dan penyidikan akan memutuskan siapa yang BENAR dan siapa yang SALAH menurut HUKUM Negara INDONESIA…. ituLAH yang di harapkan oleh pejuang bangsa ini KETIKA menciptakan Pancasila sebagai Dasar Negara… agar pribadi anak bangsa yang Pancasilais terlahir, berkepribadian sesuai dengan urut-urutan sila yang ada di DADA Sang Burung Garuda.”

“Lalu mbah, bila orang langsung main lapor, main hakim sendiri, main gontok-gontokan dan main gugat  tu bagaimana?”
Mbah Qodim tersenyum, srusupan terakhirpun ia habiskan :”Bangunan yang di bangun tanpa menggunakan Pondasi akan cepat roboh dan tak kuat terhadap cobaan dan ujian, begitupun sikap anak bangsa yang meninggalkan Dasar Negaranya sebagai pondasi prilaku pribadi bernegara akan mudah sekali digoyang oleh hembusan angin huru hara serta adu domba… mari kita jaga Negara ini dengan satu  tekad … NKRI HARGA MATI”

Mbah Qodim pun berdiri pamit “Assalalamu’alaikum bapak-ibu sekalian” …

                              Oleh Pengasuh Saung Ketenangan Cakra Jiwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar