Minggu, 11 Maret 2018

BAGAIMANA SIKAP KITA MENGHADAPI KERASAHAN AKHIR ZAMAN



Suasana di warung Mak Narti kali ini agak ramai, mereka berkumpul mengelilingi mbah Qodim yang sedang menikmati kopi panasnya.

Pak RT “Mbah ... akhir-akhir ini bangsa kita semakin susah bersatu, antar agama sepertinya semakin memanas, bagaimana sih caranya agar iman kita ini semakin kuat menjalani kehidupan yang bertujuan mencapai Baldatun toyyibatun wa Robbun Ghofur?” 

Mbah Qodim “Dalam meniti kehidupan ini, menggapai ketenangan jiwa, manusia memang akan mengalami 3 fase dalam kehidupannya”.

Pak RW “3 fase mbah, apa saja itu?”

Mbah Qodim “Pertama adalah Fase dimana ia bermaqom Muslim, muslim itu melaksanakan Rukun Islam yang 5, maka seorang muslim terkadang terlihat keras dan kekeh dalam menjalani hidupnya, ucapan dan tindakannya didasarkan atas ilmu-ilmu yang ia yakini sebagai pedoman hidupnya, tak jarang bila ucapannya akan melukai perasaan seseorang, namun memang begitulah situasinya, ia harus melakukan apa-apa yang diterima oleh aturannya,...  lalu fase kedua adalah ketika ia beranjak menjadi seorang mukmin, dimana ia mengimani rukun iman yang 6, kehidupannya penuh toleransi, karena ia mengimani bahwa Allah SWT sudah menurunkan 4 Kitab yang disebarkan oleh Rasul Nya, lalu ia menyadari sepenuhnya bawasannya para Rosul dan 4 kitab tersebut pasti memiliki pengikut yang setia dengan penuh keyakinan, seorang mukmin tidak akan mau mencela taqdir seseorang, karena memang dalam Rukun iman ada keimanan yang harus diyakini tentang ADANYA TAQDIR’.

Lalu Fase yang ketiga mbah?” mak Nartipun bertanya.

Mbah Qodim menunduk sembari memperhatikan kopinya “Fase yang ketiga adalah Mukhlis ... orang yang sudah mencapai titik Ikhlas, insan mukhlis ini sudah menganggap bahwa saat di dunia ini ...ada sebuah cerita yang disutradarai oleh Sang Pencipta, yang pasti akan ada seuatu kisah, baik sedih, tegang, menakutkan ataupun bahagia. ada aktor yaitu peran jahat, baik, plinplan, penghasud dan sebagainya, Seorang Muhlis ...ia akan berusaha menjalani peran yang diberikan kepadanya... ia perankan dengan sebaik-baiknya.... ia tidak akan mau mengambil peran orang lain, karena memang alur cerita itu adalah Karya Cipta Sang Sutradara, jadi ia yakin betul akan ada akhir kisah yang sangat berharga dari Sang Maha Pengasuh dan Maha Penyayang”.

“Lalu kita sebaiknya berada dimana mbah?” tanya pak RW

Mbah Qodim “Allah SWT menciptakan akal walau menciptakan nafsu juga ... gunakan akal kita ...kapankah kita sebagai harus sebagai muslim... kapankah kita menjadi mukmin dan kapankah kita menjadi Mukhlis (sembari tersenyum mbah Qodim melanjutkan)  "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya, barangisiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar