Sabtu, 17 Maret 2018

BID'AH



Warung Mak Narti nampaknya semakin banyak yang mampir, ide Pak RW dan Pak RT mentraktir mbah Qodim semakin dijadikan alasan warga yang malu datang kepengajian menguping omongan-omongan mbah Qodim yang sederhana ...

Seperti biasa saat mbah Qodim di warung tersebut datang, orang-orang mulai memesan teh ataupun kopi panas, mereka mencari tempat duduk yang diperkirakan bisa menjangkau suara mbah Qodim.

“Mbah, saat ini umat kita seperti dihantui kata Bid’ah, apa-apa bid’ah, ini bid’ah, itu bid’ah, jadi bagaimana kita menanggapinya mbah?” Pak RT membuka pertanyaannya.

Mbah Qodim tersenyum “Yah demikianlah pak RT, tampaknya pengetahuan yang didapatkan lebih dahulu oleh seseorang dari gurunya dijadikan dasar utama untuk merasa paling tahu, paling faham sehingga jika ia mempelajari ilmu korek dari gurunya ya tahunya api itu akan ada asalnya dari korek, mendengar ada api dari percikan batu yo ngengkel salah, denger ada api dari konslet listrik juga langsung bilang salah, wong tahunya api itu dari korek kok”.

 Pak RW mulai kelihatan berwajah sengit “Tapi kenyataannya gitu mbah, kita di desa ini kan sering berkumpul malam harinya setelah penguburan salah satu warga yang meninggal untuk membaca surat Yasin dan Tahlil, itu dibilang Bid’ah juga mbah”.

Mbah Qodim memandangi wajah orang-orang yang ada di warung tersebut, beberapa orang menunduk serius tanda menunggu jawaban mbah Qodim, “Bid’ah itu kan berarti baru pak RW, lah Allah itu saja bersifat Al Badi’ (Maha Pencipta hal-hal baru) karena menciptakan Bumi ini tanpa contoh, (QS. Al Baqoroh : 117) lihatlah Ciptaan Allah sekarang ... banyak sekali, dari ikan Lele yang 1 jenis aja sekarang berkembang jadi banyak sekali jenis, juga yang lainnya, coba saja kita memikirkannya”. 

“Lalu kenapa sekarang banyak muncul istilah bid’ah mbah?” Pak RT pun bertanya.

Mbah Qodim tersenyum “Ya itu belajar ilmu Korek hehhehee, oh iya Pak RT, 2 bulan lalu pak Lurah beli Mobil APV ya?”

“Iya Mbah, lha kok nyelimur ke mobil APV toh?”. Jawab Pak RT.

Bukannya cepat menjawab mbah Qodim justru terkikik-kikik tertawa kecil, lalu menyrusup kopinya. “Begini Pak RT, waktu itu belinyakan ngajak pak RT, tetapi sampai di desa ini kok sudah banyak sekali Variasi?”

“Oh itu toh mbah, begitu pembayaran tunai dari showroom APV kami mampir ke tukang variasi, memberi begasi atas mobil karena di desa kan sering angkut-angkut barang, mengganti ban  radial karena kondisi jalan desa yang banyak jalanan berbatu dan becek/licin bila hujan, menambah lampu karena bila jalan malam harus lebih terang mbah “. Jawab Pak RT

Mbah Qodim memandang serius wajah Pak RT “Apa tidak takut sama Showroomnya pak RT, kan ada bonus ganti oli sebulan berikutnya di tempat membeli mobil APV tersebut?. 

Pak RTpun menjawab “Tidak itu mbah, wong saya nemenin ganti oli pertama ke bengkel showroom tersebut kok mbah, mereka tidak marah karena mengerti bahwa mobil APV mereka dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan sipemakai, lha memangnya kenapa Mbah?”.

Mbah Qodim menarik nafas dalam-dalam. “itu yang mbah maksudkan, dulu di Zaman Rosul masih hidup, kematian tetangga dan sahabat mayoritas karena peperangan, maka Rosul dan sahabat cukup menyolatkan lalu bersiaga untuk menghadapi perang kembali maka Rosulullah tidak pernah mengajak sahabat dan umatnya untuk berkumpul membaca surat Yasin berjamaah karena situasinya berbeda, lah di Negara kita ini ada budaya silaturrahmi yang kental dan keadaannya kan damai juga tenang, masak ada yang tertimpa musibah tidak mau berkumpul menghibur yang sedang berkesusahan, bayangkan seorang istri/suami yang hidup bersama saling mencintai 20 tahun tiba-tiba harus ditinggalkan pasangannya, pasti kesedihan akan ada dalam hatinya ... dan kita tetangganya menambahnya dengan membiarkannya seorang diri ... tetangga model apa itu?”

Orang-orang di warung Mak nartipun tertunduk merenungi kata-kata mbah Qodim

“Saya mau tanya  kepada panjenengan sedoyo ... kalau panjenengan semua di undang untuk sumbangsih do’a dan diajak membaca surat Yasin lalu ditengah jalan ada anjing menggonggong GUK GUK GUK ... apakah kalian semua tidak melanjutkan perjalanan untuk membaca surat Yasin?” tambah mbah Qodim

“Tetap berangkaaaaaaaaaaaaat mbaaaaaaaaaaaah!!!!”. jawab semua isi warung.

Mbah Qodim menunduk dengan mata berkaca-kaca sembari berucap lirih “Semoga demikian juga jika ada manusia yang menggonggong BID’AH BID’AH BID’AH... karena kita masih umat Rasulullah SAW walau lain keadaan zamannya laksana APV keluaran pabriknya dan APV modifikasi sesuai dengan kebutuhan penggunaannya”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar