Senin, 26 Maret 2018

BEDA NASIB DAN TAQDIR


Suasana warung mak Narti begitu sepi, pak RT dan pak RW duduk berdekatan dengan mbah Qodim, mereka bertiga memperhatikan bibir mak Narti yang sedang menggerundel “Nasib ... nasib ... saiki kok kabeh-kabes sepi, golek duit susah banget.”

Pak RT dengan berwajah sedikit diwibawa-wibawakan menjawab “Sabar mak, mungkin sudah Taqdirnya begini hehhee”

Mak Narti mendengar ucapan pak RT langsung menjawab “Taqdir ... wealah Gusti opo yoo taqdirku koyo ngene sih?”

Pak RT dan pak RT cekikikan mendengarnya, tidak lama keduanya menghentikan tawa tersebut setelah mendengar ucapan lirih mbah Qodim yang tidak ikut terawa bersama mereka .... ucapan lirih berbunyi “Tadir ... Nasib ... apa itu taqdir ... apa itu nasib?”

Dengan perlahan pak RW bertanya “Memang nasib dan taqdir itu berbeda ya mbah?”

Kopi panas berbunyi nyaring saat bibir tua itu berada dipinggiran cangkir ... sruuupppp, “Menurut bapak-bapak bagaimana?” tanya mbah Qodim.

Keduanya merapat memperhatikan mbah Qodim .... begitu juga mak Narti ... “Selama ini banyak sekali yang bilang mungkin sudah nasib saya begini ... atau mungkin sudah taqdir saya begini .. serupa ... kok kami jadi bingung mbah, mana yang benar?”

Mbah Qodim menerawang memandangi kopinya “Nasib itu PILIHAN yang diberikan Allah SWT dan Taqdir adalah KETENTUAN yang harus dilalui setelah menentukan pilihan tersebut.”

Pak RT dan Pak RW semakin bingung ... “Iya mbah kami waktu pengajian dapat petuah bahwa dari dalam alam kandungan taqdir kita sudah dituliskan ... lalu kalau sudah tertulis kenapa kita harus pontang panting cari kerja, susah payah belajar, toh taqdir kita sudah tertulis di alam kandungan.” 

“Bapak-bapak yakin bahwa bapak-babak sebelum terlahir ke dunia ini sudah menyepakati taqdir yang sudah tertulis tersebut?” Mbah Qodimpun bertanya.

Tampaknya Pak RT dan Pak RW semakin bingung, jika memang semua manusia yang terlahir di dunia ini memang karena kesepakatan setelah menandatangi taqdirnya masing-masing lalu kenapa dalam realitanya manusia acap sekali banyak yang berputus asa, “Wah kami bingung mbah, mau bilang yakin ntar mbah tanya buktinya apa? nah kami akan semakin bingung”

Mbah Qodim tersenyum “ Telah menceritakan kepadaku Abu Kamil Fudhail bin Husain Al Jahdari; Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid; Telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Abu Bakr dari Anas bin Malik -secara marfu'- dia berkata; Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mengirim malaikat pada setiap rahim, dan malaikat itu berkata; Wahai Rabb nutfah (air mani) , Rabb 'alaqah (segumpal darah), Rabb mudhghah (segumpal daging). Jika Allah Azza wa Jalla hendak menentukan takdir pada mahluk-Nya, Malaikat itu berkata Wahai Rabb, laki-laki atau perempuan? celaka atau bahagia, bagaimana rizki dan bagaimana ajalnya? Maka ditulislah ketetapan itu dalam perut ibunya. (Shahih Muslim No.4785)  jadi sebenarnya kita sudah MoU di dalam kandungan, kalau kita mau bukti gampang bapak-bapak ... dengan terlahirnya kita di dunia ini artinya kita SEPAKAT untuk menjalani taqdir itu, kalau tidak terlahir maka mungkin kita tidak berani menjalaninya saat hidup di dunia ... maka banyak sekali bayi-bayi yang meninggal saat di dalam kandungan atau meninggal sesaat setelah di lahirkan ... yah mungkin ia hanya ingin tahu kayak apa sih dunia itu?”

“Lalu beri kami contohnya mbah agar kami bisa membedakan nasib dan taqdir?” tanya Mak Narti

Mbah Qodim menghela nafas pendek “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11 , disini Allah SWT memakai kata NASIB ... artinya Allah SWT sedang memberikan PILIHAN untuk hamba Nya ... sebagai contoh ... seorang anak ingin bersekolah di SMA Negeri ... itu Nasib namanya .. dia yang menentukan ... lalu setelah menjadi siswa dia akan bertemu pelajaran-pelajaran Negeri .. berbaju SMA Negeri dan bertemu aturan serta semester, ujian ataupun guru-guru SMA Negeri ... itulah Taqdir untuknya .... ia harus jalani nasibnya di SMA Negeri ... begitu pun bila ia masuk ke SMA Muhammadiyah ... yah dia akan bertemu taqdirnya berupa pelajaran kemuhammadiyahan ... dan apabila ia memilih masuk ke SMA Ma’arif maka ia akan bertemu dengan pelajaran Ahli Sunnah wal Jamaah ... lalu apabila ia masuk ke SMK Kesehatan sudah pasti taqdirnya untuk megang suntikan dan obat-obatan akan ia jumpai ...”

“Nah intinya Nasib itu pilihan buat kita maka ada yang pepatah berbunyi MERUBAH NASIB ... bukan merubah Taqdir ... karena apabila seorang siswa memutuskan untuk pindah sekolah maka taqdir sedah menunggunya yaitu ia akan bertemu guru, teman-teman dan pelajaran baru, begitupula bila seorang siswa tidak bersungguh-sungguh dalam merubah nasibnya yang berupa belajar lalu bertemu taqdir berupa ujian dan ia tidak nak kelas maka taqdir baru sudah disiapkan kembali yaitu bertemu kawan-kan baru dan pengalaman baru kembali, begitu juga bila ia naik kelas maka taqdirnya sudah menunggu yaitu pelajaran yang diatas pelajaran yang sudah ia lalui kemarin-kemarin”. Mbah Qodim berhenti sejenak.

Mak Narti bertanya “Jadi kalau keluhan saya tadi pas gak mbah?”

Mbah Qodim tersenyum “Yo pas hehehhe mung ora pantes kerno gresulo hehehhee, Mak Narti sudah menentukan pilihan untuk berdagang .. maka mak Narti harus bertemu untung dan rugi sebagai bentuk menjalani taqdir sebagai seorang pedagang, Nah Naik kelas atau tidak derajad iman kita akan terlihat dari apa-apa yang menjadi buah hasil dari taqdir yang kita lalui.... renungkanlah pada KEHIDUPAN KITA ... apakah nasib yang sudah kita ambil bisa menghadapi taqdir yang kita harus lalui.... jangankan di alam kandungan ... di alam dunia saja kita sebenarnya melihat taqdir tersebut dengan jelas kok ... karena nasib seperti apa yang kita pilih maka kita pasti tahu ketetapan-ketetapan taqdir yang akan kita lalui... afalata'qilun hehhee”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar