Minggu, 21 Oktober 2018
MENGAPA SETELAH MASUK ISLAM SAYA MERASAKAN BANYAK SEKALI COBAAN
“Assalaamu’alaikum, mbah!!!” teriak pak RT di depan rumah mbah Qodim.
“Wa’alaikumussalaam, eh pak RT, ada apa nih?” Jawab mbah Qodim dengan senyum khasnya.
Pak RT “Itu mbah, di warung mak Narti ada seseorang yang mencari mbah? Dari Palu Sulawesi”
Mbah Qodim mengenyitkan dahinya “Oh, terus gimana, kita kesana atau kita tunggu disini?”
Pak RT “Ke warung mak Narti, mbah?”
Mbah Qodim “Lha kok ke warung mak Narti? Kan tamu mbah?”
Pak RT “Hehehee, sengaja mbah, agar mbah bisa ngopi disana hehehe”.
Mbah Qodim semakin mengerutkan dahinya “Wealah, mau ngajak ngopi kok mekso!!”
Pak RT cengengesan melihat mbah Qodim mulai menutup pintu rumahnya, keduanyapun jalan beriringan, sambil berjalan mbah Qodim berfikir apakah tamunya itu seseorang yang pernah ia kenal saat Allah SWT mempertemukannya dengan sebuah kisah yang unik, yah saat itu mbah Qodim sedang lelap dalam tafakur bagai debu diantara luasnya jagat raya, dalam tafakur itu mbah Qodim melihat kabut putih yang halus bagaikan salju …. Sangking halusnya kabut itu maka siapapun yang melihatnya akan mengira itu adalah bias cahaya … dalam selimut kabut salju tersebut Nampak seorang wanita berambut panjang …. Mengimbangi panjangnya selendang putih yang berkibar bagaikan sayap di tubuhnya yang menerbangkan ia bermain diantara tata surya.
Seorang wanita anggun dengan senyum yang ramah dalam kabut tersebut ternyata seorang Pinandita yang jasadnya sedang melakukan tapa meditasi bersatu dengan alam semesta …. Mempersatukan unsur AUM sehingga menjadi cakra tanah, air, udara, cahaya dan ruang. Dari pertemuan itulah akhirnya mbah Qodim berkenalan, yaa seorang wanita anggun pemilik nama salah satu Dewa/Dewi di khayangan.
Sesampainya di warung mak Narti, mbah Qodim menahan harunya tak kala sebuah salam dengan suara tegas disampaikan kepadanya “Assalamu ‘alaikum wa Rohmatullahi wa Barokatuh!”.
“Wa’alaikumussalaam wa Rohmatullahi wa Barokatuh, habibaty” Jawab mbah Qodim seraya teringat saat wanita tersebut pertama kali berkomunikasi dengannya berkata “Saya mau berkenalan dengan panjenengan dengan satu syarat, tolong jangan Islamkan saya!!”.
Mbah Qodim duduk di bangku biasa, tempat ia menikmati kopi buatan mak Narti, sesekali wajahnya ia tundukkan menghindari betapa ia ingin menangis, bersyukur kepada Allah SWT dengan bertambahnya 1 saudara seiman, ya wanita anggun tersebut mendapatkan hidayah dari Allah SWT dengan memutuskan menjadi muallaf setelah berbagai hantaman mental keluarga dan umat yang harus ia tinggalkan.
Semua warga duduk hidmat melihat perjumpaan dua insan yang bersahabat buah hasil pertemuan meditasi yang lain warna, satu dengan dzikir tafakur dan yang satunya lagi dengan cara meditasi Panca Maya Kosha.
Suasana warung mak Narti akhirnya terlihat sejuk, canda dan tawa serta keramahan terlihat akrab disana.
“Mbah, saya mau Tanya, nggak papa kan walau yang di warung ini semuanya mendengarkan?” Tanya wanita anggun tersebut.
Mbah Qodim “Boten nopo-nopo, semoga menjadi pelajaran dan hikmah untuk kita semua”.
Wanita muallaf “Begini mbah, saya sudah menemui banyak kiai dan ustadz, atas minimnya ilmu yang baru saya pelajari, hampir semua jawaban yang saya terima itu maknanya sama, namun bagi saya kok masih mengganjal saja di dalam hati, seolah-olah belum klimaks pada apa yang saya harapkan”.
Mbah Qodim “Tentang apa pertanyaan itu, mbak?”
Wanita Muallaf “Begini mbah, Islam itu agama Rohmatan lil ‘alamin, dengan banyak sekali tekanan baik dari keluarga dan saudara seiman saya dulu, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti kata hati saya, anehnya setelah saya masuk ke dalam agama mulya ini, langkah rejeki saya semakin sulit, banyak hambatan dan cobaan dalam kehidupan saya, mengapa itu harus terjadi mbah?”
“Apa jawaban dari para kiai dan ustadz yang panjenengan Tanya?” Mbah Qodim memandangi wanita tersebut dengan lembut.
Wanita Muallaf “Yaa semuanya memaknai bahwa saya sedang diuji dalam kesungguhan sebagai muslimah, saya memeluk agama ini kekeh atau tidaknya terlihat dari cobaan-cobaan yang semakin deras melanda saya belakangan ini, bahkan banyak dalil yang sudah disuguhkan kepada saya sebagai bukti bahwa ujian itu harus saya jalani?”
Mbah Qodim menghela nafasnya “Lalu apa yang menjadi ganjalan bagi mbak?”
Wanita Muallaf “Hati saya hanya bertanya-tanya, bukankah ujian yang banyak itu sudah saya hadapi sebelum saya masuk agama Islam, baik dari dalam diri saya ataupun orang-orang sekitar saya, mengapa harus ada ujian selanjutnya, bukankah ujian itu untuk membuktikan lulus atau tidaknya sebuah tekad yang kita perjuangkan?”
Mbah Qodim memejamkan matanya “Jawaban beliau-beliau memanglah seharusnya demikian mbak, itulah kapasitas mereka yang harus mereka ucapkan”.
Wanita muallaf “Sekarang saya ingin jawaban mbah!!, semoga bisa menenangkan dan meredakan sisa-sisa gejolak di dalam hati saya”.
Mbah Qodim bukannya menjawab, ia mulai menyeruput kopi buatan mak Narti, “Ayo bapak-bapak, monggo disambi”.
Semua orang yang sudah mengerti prilaku mbah Qodimpun mengikuti ajakan mbah Qodim seraya curi-curi pandang ke wajah cantik yang menunggu jawaban tua renta di depannya.
Mbah Qodim “Dulu, mbah pingin sekali masuk tentara, atas kemauan sendiri.... keluarga, teman bahkan orang-orang dekat sudah mengingatkan, jadi anggota tentara itu susah, bahkan konsekwensinya adalah siap tergadaikan nyawa selembar di tubuh ini, siap perang dan siap kesepian di dalam hutan, tapi mbah mbah waktu itu ngeyeeeeel terus, mbah tetap nekat daftar tentara, eh belum di tes aja mbah sudah sering kena tempeleng dan tendang, bahkan di suruh push up lah, jungkir lah dan lain sebagainya, (sruuuuup, mbah Qodim menyeruput lagi kopi panasnya) lagi-lagi … hati mbah kekeh untuk tetap masuk tentara, akhirnya ujian demi ujian harus mbah alami, mulai dari tes jasmani, mental sampai tes-tes lainnya sebagai ujian kekekehan niat mbah, Alhamdulillah perjuangan mbah dalam menghadapi ujian-ujian super berat itu akhirnya membuahkan hasil, dari sekitar 7000 pendaftar hanya 180 yang berhasil untuk melanjutkan ke pendidikan”.
Mbah Qodim menghela nafas tuanya “Ehh, dikirain sudah diterimanya menjadi calon tentara, ujian itu selesai, nggak tahunya, sesampai di pusdik (Pusat Pendidikan) mbah dilucuti oleh pelatih, semua atribut pakaian dan perlengkapan mbah semasa sipil di perintahkan untuk melepaskan semuanya, baju, celana, ikat pinggang kesayangan, jam tangan atau yang lainnya, jangan ada yang tersisa ciri khas sipilnya kata sang pelatih dengan garang, bahkan CD saja tidak boleh di bawa, harus ditanggalkan semua.... setelah lama bertafakur ...ternyata saat ini mbah sadar, itu bukan ujian lanjutan, pelucutan itu lebih tepatnya mbah rasakan sebagai bentuk pembersihan yang dilakukan oleh organisasi tentara yang secara tersirat menyataan ucapan SELAMAT DATANG DALAM KELUARGA BARUMU …. Ternyata benar selesai di gojlok dalam KAWAH CANDRA DIMUKA selama 11 bulan akhirnya mbah diberi rejeki baru dari tentara, mulai dari gaji sampai tunjangan-tunjangan kesejahteraan lainnya, rejeki sipil yang mbah tanggalkan tidak seberapa dibandingkan rejeki dari tentara yang mbah nikmati sepanjang masa”
Mbah Qodim melirik ke arah wanita di depannya “Ternyata anggapan orang-orang yang mengganggap pelucutan atribut sipil adalah ujian, namun hakikatnya bagi mbah adalah penyucian, pembersihan dan pensucian, pembatas antara rejeki masa lalu dengan rejeki masa depan yang dipenuhi dengan keberkahan”.
Wanita di depan mbah Qodim tersenyum “Terima kasih mbah, tidak sia-sia saya menemui mbah, Alhamdulillah, terima kasih banyak, dan mohon doa restu saudara-saudara semuanya untuk niat saya akan berkunjung ke Baitullah”.
Mbah Qodim kembali memejamkan matanya “Nanti mbah doakan bahwa di hari terakhir mbak saat di Baitullah akan turun hujan .... sempatlah untuk mandi hujan di sekitar KA’BAH”.
Wanita tersebut mengucapkan Aamiin disertai warga yang ada disana.
Jumat, 19 Oktober 2018
MAKANAN JIWA 3
Usai memakan makanan yang warga kerjakan bersama, semua wajah terlihat rona kepuasan sendiri-sendiri, hampir berbarengan kata ALAHAMDULILLAH terucap lirih, menandakan kepuasan akan nikmat yang telah mereka terima begitu sangat mereka rasakan.
Pak RT “Pak RW rugi gak makan ikan gurame goreng ini, banyak protein yang terkandung di dalamnya!”
Pak RW tersenyum lalu membalas “Saya lebih suka tempe goreng pak RT, pastilah ada juga kandungannya, walau kita belum tahu, bahkan ada ahli gizi yang berani mengatakan bahwa tempe itu kandungannya setara dengan daging lho pak RT”.
Mbah Qodim tersenyum-senyum melihat tingkah orang-orang di sekelilingnya, “Bapak-bapak sekalian, demikianlah, seluruh makanan yang di ciptakan oleh Allah SWT pasti memiliki kandungan yang akan berpengaruh kepada tubuh kita, wortel contohnya, bila secara kontinu kita kosumsi maka mata kita akan memiliki kelebihan dari rata-rata orang yang tidak mengkonsumsinya, dan banyak lagi contoh lainnya, demikian pula dengan makanan jiwa, PASTI ada unsur kandungannya pula, contoh apabila kita sering sekali membaca istighfar pastilah efek kandungan kalimat itu akan menjadi daya tahan akan banyaknya ujian, Kalimat tauhid, sholawat sampai ayat-ayat suci dari dalam Al Quran selalu membawa kandungan tersendiri yang akan dirasakan bagi pengamalnya, baik yang belum mengerti akan kandungan tersebut sampai yang sudah menelaah isi kandungannya, tiap surat sampai ke ayat selalu ada penggemar tersendiri mulai dari Malaikat sampai jin Muslim”.
Pak RT “Jadi walau belum mengerti makna ayat kita juga sudah dapat manfaatnya mbah?”
Mbah Qodim “Enggeh pak RT, saat pak RT makan wortel, walau belum tahu kandungannya maka vitamin dalam wortel yang pak RT makan akan tetap masuk dan bekerja sesuai dengan fungsinya, BAHKAN walau pak RT tidak tahu nama wortel itu sekalipun, makanya para penelaah wortel pasti lebih banyak makan wortel setelah tahu fungsinya, demikian pula dengan ayat-ayat Allah, belum tahu artinya saja sudah bermanfaat apalagi tahu arti dan maknanya, pasti kita tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk selalu mengucapkannya”.
Pak RW “Lalu bagaimana dengan mantra atau syair-syair yang bisa berefek juga, mbah?”
Mbah Qodim tersenyum “Apapun itu pak RW, jika sayuran, ikan ataupun jenis lainnya mengandung unsur khusus bagi pemakannya demikian juga dengan rokok, ada nikotinnya, kopi ada kafeinnya, nah mantra juga demikian, akan ada kandungan, penggemarnya atau yang menyertainya, mbah gambarkan ketika orang nyanyi lagu syantik … pasti ada orang yang menyukainya, itu dikarenakan di dalam syair lagu itu pasti memiliki kandungan sebuah sugesti yang pas dengan situasi orang yang menyanyikannya, atau lagu-lagu lainnya juga demikian, selalu ada syair yang mempengaruhi atau saama dan terasa senasib dengan alur syair lagu”.
Pak RT “Wah wah wah, ternyata tanpa kita sadari antara jiwa dan raga itu tidak jauh beda ya mbah?”
Mbah Qodim menarik nafas panjangnya “Seseorang yang sudah kecanduan lagu goyang dombret, walau sedang rebahan capek di dalam kamarnya,ia akan berdiri dan bergerak mencari lalu mendekati begitu telinganya mendengar alunan lagu goyang dombret, walau gerimis dan dingin malam sebagai tantangannya, demikian pula saat kita mengamalkan surat/ayat suci/sholawatan, ainul yaqin akan ada malaikat ataupun jin muslim yang berusaha mendekati kita, itu mengapa para pengamal istiqomah ayat-ayat tertentu ia bisa selamat dari mara bahaya, bahkan dari amukan bencana alam sekalipun, dengan catatan dalam ridho Allah”.
Pak RW “Apa bisa demikian mbah?”
Mbah Qodim “Mbah ulangi lagi, jika kita sering makan wortel maka mata kita akan memiliki daya yang lebih kuat, demikian pula dengan hamba-hamba Allah yang dengan istiqomah mengamalkan dan melanggengkan ayat-ayat Nya, mereka akan bertahan dari datangnya ujian sesuai dengan kadar makanan jiwanya, bila makanan jiwanya lengkap dengan arti terpenuhi 4 sehat 5 sempurna maka ia akan terjaga dari sakit walau wabah datang melanda, lalu tanpa orang itu ketahui, akan ada bantuan tak terduga dikirimkan oleh Allah SWT untuk membantunya, dengan berdzikir maka Malaikat ataupun jin muslim akan dekat bersamanya, mbah contohkan, ada seseorang bernyayi merdu sekali di pinggir jalan, dan lagu itu kesukaan bapak-bapak, maka yakinlah bapak-bapak beserta pengemar lainnya akan mendekat dan menikmati merdunya lagu tersebut, ehhhh tiba-tiba ada preman yang lancang hendak menghentikan orang tersebut bernyanyi, apa yang akan bapak-bapak lakukan?”
Secara berbarengan warga menjwab “Pasti akan kami halangi, bila perlu kami usir tuh preman, mbah!!”
Mbah Qodim “Jika orang tersebut bernyanyi dengan menggunakan mic, eh kabelnya putus?”
Warga kembali berbarengan menjawab “Ya akan kami usahakan menyambung kabelnya mbah, agar kami bisa dengan cepat menikmati kembali lagu tersebut”.
Mbah Qodim “Demikian pula saat seseorang dalam bahaya, lalu ia membaca ayat-ayat suci Al Quran, malaikat dan jin muslim akan mendekat, jika ada seseorang yang ingin menghentikan dalam arti menyelakakan orang tersebut, pastilah amalan akan terhenti, ini yang membuat malaikat atapun jin muslim menghalangi niat jahat ataupun situasi yang saat itu membahayangan si pembaca, jika dengan istiqomah amalan itu terus bapak berikan kepada jiwa kita maka In Syaa Allah … namun semua ada kadarnya, jika lagu yang bapak nyanyikan sangat indah maka pastilah pejabat atau orang besar yang akan mendekatinya, ini berpengaruh kepada besarnya power perlindungan untuk menghadapi power di pengganggu tentunya…. Demikian pula saat terjadi pengayakan hisab dunia, bapak-bapak akan mengetahui betapa makanan jiwa itu sangat bermanfaat bagi bapak-bapak sekalian, dari sekarang mulailah istiqomah mengamalkannya…. sebenarnya ini akan berefek juga pada tempat yang sering digunakan untuk pengamalnya, jika 1 gedung merupakan titik kumpul paara arsitek dan ahli bangunan pastilah mereka akan membangun bangunan dengan sangat indah dan kuat, hingga akan berbeda dengan yang lainnya, jika 1 tempat menjadi titik temu para insinyur pertanian dan petani handal maka yakinlah tempat itu merupakan persawahan yang mempuni …. demikian pula dengan masjid atau mushola yang sering dijadikan tempat berdzikir dan bermunajad, PASTILAH ia akan lebih kuat daripada bagunan lainnya saat bencana alam melanda, itu dikarenakan masjid dan mushola tersebut merupakan titik kumpul para malaikat dan jin muslim yang selalu mendekati para pelantun ayat-ayat suci Al Quran, dzikir dan sholawatan!!”.
MAKANAN JIWA (2)
Selesai Sholat Jumat warga mengikuti mbah Qodim pulang ke rumahnya, nampaknya warga ingin menikmati kebersamaan bersama orang tua yang kini mulai mencuri perhatian itu, di belakang rumah mbah Qodim, beberapa warga mulai memancing ikan di kolam, sebagian memetik terong, daun kenikir, bayam, kangkung, tomat dan cabai, sementara 2 orang yang membawa kendaraan sempat ke warung untuk membeli kecap dan kerupuk.
Mbah Qodim tersenyum memandangi mereka semua, sang renta itu ke dapur rumahnya menambahkan porsi beras yang ia masak, matanya terpejam sambil berdoa mengharapkan ridho Allah SWT yang mungkin saja ia dapat dari lantaran sodaqoh rumah baik berupa nasi ataupun sayuran dari rumahnya.
Mbah Qodim sempat mengintip aktifitas warga, betapa indah saat melihat gelak tawa senda gurau mereka disela-sela pekerjaan mereka masing-masing, yaah …. saat ini kondisi bangsa ini sedang paceklik, beberapa kali tanaman padi warga selalu gagal, mulai dari hama sampai pada bencana alam, belum lagi kebutuhan ekonomi semakin meningkat dengan naiknya beberapa bahan yang vital bagi warga, nafas tua di dalam dada mbah Qodim tanpa sengaja tertarik panjang sekali, menggambarkan reaksi simpati keadaan orang-orang yang saat ini harus berani menambahkan title SABAR di depan nama mereka.
“Mbaaah sini !!!” teriak pak RT, Mbah Qodimpun mendekati warga yang berada di belakang rumahnya.
Pak RW “Eh mbah, saung ini nampaknya sudah saatnya kita ramaikan kembali, kami dengar mbah suka kepada anak-anak, kegiatan saung ini kan mengajarkan akhlakul hasanah bagi generasi penerus, mulai dari kreatifitas sampai olah kanuragan”.
Mbah Qodim “Hehehe, itu dulu pak RW, dulu mbah menerimanya karena warga sedang dalam kecukupan ekonomi, anak mereka saat pulang sekolah bisa belajar disini, namun saat ini, ekonomi warga sedang dalam kondisi kurang baik, jadi mbah lebih ikhlas agar anak-anak pulang sekolah langsung menuju rumahnya, karena disana mereka akan langsung bisa membantu orang tua mereka masing-masing, mulai dari mencari rumput atau yang lainnya, itu merupakan aplikasi nyata akhlakul hasanah”.
Pak RW menundukkan kepalanya, warga selama ini tak menyadari bahwa tindakan mbah Qodim ternyata banyak tercurahkan kepada warga, sedangkan warga sama sekali tidak ada yang peduli bagaimana mbah Qodim menjalani kehidupannya sehari-hari.
Pak RW “Maafkan kami mbah, selama ini jiwa kami kurus kerontang, tidak menyadari bahwa di desa kami ini ada lestoran jiwa yang menyediakan banyak sekali aneka makanan untuk menyehatkan jiwa kami”.
Mbah Qodim memegang pundak pak RW, sementara warga mulai memasang telinga masing-masing walau mereka sedang berusaha menyelesaikan tugas masing-masing dalam menyediakan makan siang bersama, “Jiwa kita selama ini selalu makan dari apa-apa yang kita suguhkan, ia akan menempel pada aliran darah, desahan nafas bahkan gerak denyut jantung, lalu dari kebiasaan makanan tersebut akan bermuara pada kecanduan”.
Pak RW “Jadi jiwa kita bisa kecanduan makanan mbah?”
Mbah Qodim “Iya, bila pak RW sering memberikan makanan jiwa dengan sebutkan saja tontonan sepak bola / motor GP / wayang atau yang lainnya lah, maka jiwa itu akan kecanduan, SELELAH apapun pak RW, demi menonton tayangan tersebut, larut malam sekalipun, pak RW akan rela menahan kantuk dan tidak memperdulikan istirahat walau besok harus bekerja, jiwa pak RW akan blingsetan bila itu tidak dikabulkan, ia akan mempengaruhi jasad, fikiran bahkan perasaan pak RW, bila perlu nafsupun akan cepat sekali bereaksi apabila ada yang coba-coba menghalanginya”.
Pak RT mendekati pak RW lalu duduk merenung.
Mbah Qodim “Lihatlah tetangga kita yang di ujung sana, walau hujan di tengah malam yang dingin sekalipun tidak akan menghalangi dirinya untuk menonton orgen yang bermusikkan fungki-fungki, ia tidak peduli akan keadaan saat itu, yang ia tahu ia harus dekat dengan musik yang ia sukai, jiwanya harus makan sebanyak-banyaknya sampai kenyang, dilain tempat, jangan heran juga apabila bapak-bapak melihat ada seseorang yang bangun tengah malam hanya untuk sholat tahajjud dan bermunajad kepada Sang Kholiq, jiwanya akan sangat kelaparan bila belum memakan kegiatan yang dengan istiqomah ia berikan tiap harinya, kantuk, dingin dan malas ia lawan hanya demi memenuhi hasrat jiwanya yang ingin makan saat itu, duduk berlama-lama sambil membasahi bibirnya dengan kalimat-kalimat dzikir mempengaruhi jasadnya yang walau belum diisi nasi sekalipun, mempengaruhi perasaannya walau malas merantainya, mempengaruhi nafsunya walau emosi sering kali duduk pada kemudinya dan mempengaruhi akal yang selalu memberikan masukan bahwa ia butuh tidur nyenyak agar esok bisa bekerja kembali, intinya walau jasadnya sedang sakit sekalipun ia akan terus memaksakan kehendak jiwanya, walau cacat jasadpun, jiwa tetap tidak peduli untuk menggerakkan akal, fikiran dan tubuh tersebut untuk mengantarkan jiwa memenuhi hasratnya”.
Pak RT “Mbah, selama ini kami selalu mendengar kata jiwa namun bila ditanya difinisinya maka kami akan bingung menjabarkannya, walau kami maksud apa itu jiwa”.
Mbah Qodim tersenyum “Hehehe iya pak, pada kesempatan lain akan kita dedar apa itu nyawa, ruh, sukma sampai ke jiwa, ini lah rahasia yang terkandung dalam surat Al Fil yang belum kita buka”.
“Mbaaaaaaaaaahhh, ikannya dah mateng, sayurnya dah siap, nasinyapun sudah nggak sabar utuk di sentuh” Teriak salah satu warga, semua yang mendengarkan itu langgung tersenyum.
Mbah Qodim “Ayo bapak-bapak sekalian, ini giliran jasad kita yang sudah mulai gemetar ingin makan!”.
Wargapun satu persatu mengambil piring lalu memenuhinya dengan aneka makanan buah hasil dari apa-apa yang mereka lakukan di kebun mbah Qodim yang lengkap itu.
Senin, 15 Oktober 2018
MAKANAN JIWA
Warga
Suka Damai kembali berbondong-bondong ke rumah mbah Qodim usai gugur gunung,
menghilangnya sosok tua renta itu membuat warga semakin mawas diri saat melihat
situasi negeri, mulai dari bencana yang kian menjadi sampai prilaku anak negeri
yang semakin jauh dari budi pekerti.
Warga
tertegun saat melihat sosok mbah Qodim duduk bersila memejamkan mata dengan
alunan nafas yang sangat halus, warga sedikit mengerti bahwa hal itu selalu
dilakukan oleh mbah Qodim, beliau menamainya dengan istilah Taffakur.
Dengan
perlahan warga mendekati saung kecil diantara kebun dan kolam ikan, “Assalamu’alaikum,
mbah” sapa warga berbarengan. Mbah Qodim membuka matanya lalu menjawab “Wa’alaikumussalaam,
eh bapak-bapak, mari monggo duduk di Saung reot ini”.
Warga
satu persatu duduk melingkar di atas saung, mereka semua terlihat sangat
berhati-hati kali ini.
Pak
RT “Mbah, lama sekali mbah tidak mampir ke warung mak Narti, beliau selalu
nanya kemana mbah selama ini?”
Mbah
Qodim “Enggeh bapak-bapak, yah mungkin pelukan usia semakin erat membuat mbah
semakin terengah-engah untuk melegakan nafas ini”.
Pak
RW “Kami masih boleh banyak bertanya kan mbah?”
Mbah
Qodim tersenyum “Hehehehe pak RW ada-ada saja, monggo, lha wong mbah nggak
nongol itu bukan berarti putus hubungan silaturrahim sama bapak-bapak semua, akan
ada saatnya kita sering lagi berkumpul sambil menikmati nikmatnya kopi buatan
mak Narti”.
Pak
RW “Mbah bencana alam kini semakin menjadi, namun generasi penerus negeri ini
semakin lupa diri, seakan tidak ingat bahwa semuai ini adalah peringatan agar
kita mawas diri, bagaimana tuh mbah?”
Mbah
Qodim “Wes wayahe bapak-bapak, wes wayahe”.
Pak
RT “Lha terus gimana mbah?”
Mbah
Qodim “Ya teruslah banyak berdzikir dan bersholawat bapak-bapak, tingkatkan
ibadah kita, saat ini kita akan memasuki masa pengayaan atau penyaringan, hasil
ayaan akan terpisah menjadi 2, halus dan kasar”.
Semua
warga menunduk, “Lalu kenapa prilaku penghuni negeri ini semakin sulit jauh
dari kendali, mbah?” Tanya pak RW
Mbah
Qodim menunduk “Karena Imam-imam negeri ini sedang sibuk pada hal-hal duniawi
bapak-bapak”.
Pak
RT “Apakah itu sangat berpengaruh mbah?”
Mbah
Qodim “Ya tergantung bagaimana jiwa mereka menanggapinya, semua jiwa akan
terbentuk sifatnya sesuai dengan kebiasaan makanan yang diberikan tiap harinya”.
Pak
RW “Jadi jiwa kita ini juga makan mbah?”
Mbah
Qodim “Enggeh pak RW”.
Pak
RW “Makanan jiwa itu seperti apa mbah?”
Mbah
Qodim “Yaa apapun kegiatan yang kita lakukan tiap hari pak RW, ingat sirothol
itu ada dua, jalan ruh itu ada dua, kanan dan kiri, makanan jiwa juga ada 2 …
baik atau buruk … juga kebahagian bahkan ketenangan itu juga ada dua, kanan dan
kiri”.
Pak
RT “Misalnya mbah, kami belum mengerti”.
Mbah
Qodim menghela nafas tuanya “Saat seseorang gelisah, anggap saja saat itu
jiwanya sedang lapar hingga butuh makanan, ada yang dengan mendengarkan musik
maka gelisahnya menjadi hilang, ada yang piknik, atau mencari kuliner atau juga
menonton film bahkan nonton sepak bola dan lain-lainnya, nah tanpa sadar kita
sudah memberikan makan kepada jiwa kita dengan makanan-makanan tersebut,
sehingga tiap kali ketenangan hilang maka prilaku-prilaku tadi akan disuguhkan
untuk menenangkan jiwa di dalam dirinya, di lain tempat ada yang mendapatkan
ketenangan apabila ia beribadah kepada Tuhannya, dengan sholat misalnya, atau
melakukan puasa, berdzikir, bersholawat, menolong orang lain sehingga senyum
terbit pada orang yang ia tolong, maka tiap kali jiwanya gersang maka prilaku
tersebut cepat ia lakukan untuk mengenyangkan jiwanya”.
Pak
RW “Lalu mbah?”
Mbah
Qodim “Coba bapak bapak sekalian renungkan, apa yang membuat bapak-bapak
tenang? Disitu terlihat jelas apa yang bapak-bapak biasa berikan untuk membuat
tenang jiwa bapak-bapak sekalian, pada umumnya sih gado-gado… kadang-kadang memberikan
makan keduniawian kadang-kadang keakhiratan, nah untuk memurnikan jiwa maka
berikan 1 makanan yang suci sehingga jiwa kita bersih, memang berat, namun
secara perlahan bila riadho bapak lakukan dengan istiqomah maka yakinlah semua
itu akan bisa bapak-bapak dapatkan, bila jiwa bapak sudah mendapatkan atau
terbiasa memakan makanan yang baik maka ia akan jernih, ibarat cermin ia bisa
bapak jadikan alat untuk berkaca sehingga bisa melihat/intropeksi tentang
keadaan diri bapak masing-masing”.
Semua
warga mengangguk sambil merenungi kata-kata mbah Qodim.
Mbah
Qodim “Lalu ada camilan yang biasa juga kita berikan kepada jiwa, misalnya
mudah sekali mengeluh, mencaci, berdusta, atau menghina orang lain, jiwa kita
seolah olah nggak puas bila kita belum menghina orang, atau tidak tenang bila
kita belum mencaci prilaku orang, itulah camilan jiwa yang tanpa sadar kita
berikan setiap harinya …. Ingat bapak-bapak sekalian … jiwa kita itu terus
berkembang dan membesar, dan makanan atau camilan yang terbiasa ia makan akan
mempengaruhi perkembangannya”.
Pak
RT “Seperti yang sering kita lihat di medsos ya mbah, mudahnya orang komen
seenak udele, padahalkan udel mereka nggak enak?”
Mbah
Qodim tersenyum “Wes wayahe … wes wayahe ..”.
Pak
RW “Mbah, mau Tanya nih, apa betul muhabalah seseorang bisa mendatangkan
musibah, karena ada salah seorang di negeri ini yang muhabalah bersaksikan Al
Quran di kepalanya saat hatinya merasa terdzolimi, namun ada yang membalasnya
dengan komenan sinis mengibaratkan sang muhabalah diolok-olok adalah seorang
wali yang doanya mustajab, hingga musibah terjadi karena muhabalah tersebut, juga
apa bener sih mbah jika kaum yang di negeri itu apabila banyak melakukan maksiat
maka bencana akan diturunkan oleh Allah SWT, tapi kok ada yang bisa menjelaskan
secara ilmu pengetahuan bahwa bencana itu benar-benar masuk akal karena sebab
musabab alami?”
Mbah
Qodim menatap pak RW dengan teliti “Sekali lagi mbah ulangi, itu tergantung
makanan apa yang kita berikan untuk jiwa kita, bila makanan jiwa kita selalu
jelek ya yang ada kedangkalan berfikir sehingga cela, hina dan olok-olok cepat
sekali keluar dari dalam diri kita, fahamilah bapak-bapak, semua yang ada di
dunia ini, apapun yang akan terjadi selalu ADA TANDA-TANDANYA …. Nah Allah SWT
itu adalah Dzat Maha Hebat dalam taktik dan strategi, bisa saja DIA sebelumnya
memberikan tanda-tanda dengan angin, burung-burung, kelahiran bayi, ocehan
orang gila, status FB seorang wanita yang tidak sengaja minta gempa, atau bisa
saja muhabalah seorang yang merasa teraniaya, intinya adalah Allah SWT ingin memberi
pesan sebelum hal itu terjadi, maka dahulu Rasulullah SAW pernah bersabda
tentang ramalan masa depan yang saat ini banyak terjadi, atau sanepan para wali
yang ternyata mengandung arti, jadi Allah SWT adalah Dzat Yang Maha menentukan
dengan cara apa DIA memberikan tanda-tandanya, jadikan hal itu untuk
meningkatkan keimanan kita, jangan terjebak siasat syetan yang akan
menggelincirkan keimanan kita, mengenai bencana itu karena maksiat, bapak-bapak
silahkan baca sendiri dalan kitab Al Quran dan Hadist Nabi, apa yang diberikan
oleh kedua pedoman tersebut imani dengan sungguh-sungguh, bila ada yang
menjawabnya secara alamiah dan meniadakan unsur Ilahiyah ya itu pertanda
jiwanya sering makan makanan keduniawian”.
Pak
RW “Lalu apa yang semestinya kita lakukan mbah?”
Mbah
Qodim “Pemerintah dan masyarakat harusnya mulai tanggap akan keadaan diri,
banyak-banyaklah mohon ampun dan mulai memperbaiki prilaku yang tidak disukai
oleh Sang Penguasa Ala mini …. Mbah lihat contoh positif yang sudah dilakukan
TNI, se Indonesia mereka menggelar doa bersama, semoga ini bisa di jadikan
contoh untuk seisi negeri sebelum banyak lagi tangisan-tangisan dan
kesengsaraan yang datang menghampiri”.
Pak
RW “Jika itu tidak dilakukan mbah?”
Mbah
Qodim “Berarti kita semua sedang dalam ayakan besar yang bernama hisab dunia …
dimana saat kita diayak maka akan terbagi 2 golongan … HALUS dan KASAR …. Atau
bahasa lain LANJUT atau BERHENTI !!!”
Rabu, 03 Oktober 2018
MENGAPA ALLAH SWT MENCIPTAKAN IBLIS
“Bapak-bapak sekalian, lama sekali kita tidak melihat mbah Qodim, selesai gugur gunung ini bagaimana kalau kita bersilaturrahmi ke rumah beliau?” Pak RT membuka pembicaraan menjelang gotong royong di desa mereka selesai.
Pak RW dan wargapun mengangguk setuju, setelah gotong royong rombongan warga menuju rumah mbah Qodim di pinggiran desa.
“Assalamu’alaikum, mbaaaaah!!!!”Teriak warga serempak. Terdengar dari belakang rumah suara mbah Qodim “Wa’alaikumussalaam” lalu terdengar seperti langkah buru-buru mendekati warga, terlihat tubuh tua mbah Qodim berjalan mendekati warga.
“Eh .. bapak-bapak sekalian, ada apa ini kok grudukan kemari?” Mbah Qodim bertanya sambil terlihat sedikit bingung.
Pak RW “Kangen mbaaaaaaah, lama sekali mbah gak nongol-nongol!!”
Mbah Qodim pun terlihat agak kaget, bola matanya sedikit membundar, lalu keningnya mengkerut seperti berfikir, “Oh iya bapak-bapak, maaf, memang akhir-akhir ini mbah masih belum bisa keluar kemana-mana”.
Pak RT “Ada apa mbah kok kayaknya sibuk banget?”
Mbah Qodim menunduk, lalu member isyarat kepada warga untuk mengikutinya ke belakang rumah yang terdapat kebun sayuran dan beberapa kolam ikan, di bawah pohon rambutan terdapat latar bersih yang beralaskan tikar, disana mbah Qodim duduk lalu diikuti oleh warga.
Mbah Qodim “Tidak ada apa-apa bapak-bapak sekalian, mbah masih hanyut dalam tafakur alam, yah semenjak adanya isyaroh GERHANA SEBELUM PURNAMA, mbah banyak sekali menghisab diri ini”.
Pak RT “Ya ya kami ingat mbah, tapi bukankah itu dulu untuk wilayah timur yang katanya berduka?”
Mbah Qodim meredupkan matanya “Itu salah satunya bapak-bapak, tetapi sepertinya ada yang lebih besar dari itu, dan cukuplah Allah SWT satu-satunya yang mengetahuinya”.
Pak RW “Lalu mbah?”
Mbah Qodim “Kita cukup mawas diri saja akan situasi yang kian brutal akhir-akhir ini, godaan syetan akan semakin maksimal menunai kesuksesan dalam mempengaruhi sikap dan prilaku anak cucu Adam”.
Semua warga mulai berfikir, benar saja, akhir-akhir ini entah kenapa suhu emosi dalam dada cepat sekali mendidih, dan akan semakin panas membara mendekati titik maksimal.
Pak RT mengepalkan tangannya erat-erat “Ingin sekali mbah, aku menangkap syetan yang selalu menggoda manusia, bila perlu Iblis akan aku ikat agar manusia selamat dari godaannya!!”
Mbah Qodim “Untuk apa, Apakah dengan mengikat mereka manusia akan mendapatkan keuntungan?”
Pak RT “Ya sudah pasti lah mbah!! Negara ini akan Baldatun toyyibatun wa Robbul Ghofur”.
Mbah Qodim menghela nafasnya dalam-dalam, “Dulu, ada seorang Nabi yang bertujuan demikian”.
Pak RW “Siapakah Nabi tersebut mbah?”
Mbah Qodim “Nabi yang mendapatkan Mukzikzat bisa melihat makhlik halus bapak-bapak, bahkan mengerti semua bahasa makhluk yang ada di dunia ini”.
Semua warga serentak menjawab “Maksudnya Nabi Sulaiman AS, mbah?”
Mbah Qodim memandangi warga satu persatu “Leres bapak-bapak sekalian, dahulu Nabi Sulaiman sangat prihatin kepada kaumnya yang mulai berkembang keingkarannya, meluapakan ibadah dan perangai keduniaan amat tinggi, lalu Nabi Sulaiman AS bermunajad, berdoa kepada Allah SWT agar mendapatkan izin untuk memenjarakan Iblis beserta syetan bala tentaranya, tiga kali doa tersebut tidak di jawab oleh Allah SWT sampai akhirnya Allah SWT hanya menjawab bahwa tidak ada faedahnya sama sekali bila Iblis dan bala tentaranya di penjara”.
Pak RW “Lho kok gitu mbah?”
Mbah Qodim “Mendengar jawaban tersebut Nabi Sulaiman AS tidak puas, beliau tetap kekeh untuk memenjarakan Iblis dan syetan, sampai 3 kali doa beliau tidak dijawab, Nabi Sulaiman memutuskan untuk menangkap Iblis dan antek-anteknya”.
Pak RT “Lalu Mbah?”
Mbah Qodim “ Ya begitu, syetan-syetan ditangkap oleh beliau, semuanya dimasukkan ke dalam penjara, sampai akhirnya Iblispun berhasil menjadi tahanan beliau”.
Pak RW “Wah pasti saat itu damai tentram ya mbah?”
Mbah Qodim “Ternyata Allah SWT Maha Segalanya, satu hari setelah penangkapan ternyata bekal dalam dapur kerajaan sudah hampir habis, maka pimpinan dapur melaporkan kepada Nabi Sulaiman AS, maka diperintahkanlah petugas dapur untuk membeli kebutuhan bahan makanan, sayang … sesampainya di pasar, semua toko-toko tutup, tidak ada satupun yang buka, dengan tangan hampa petugas dapur melaporkan kejadian tersebut kepada Nabi Sulaiman AS, mana beliau memerintahkan untuk belanja kembali esoknya”.
Pak RT “Lalu bagaimana mbah?”
Mbah Qodim “Esoknya pasar masih tutup dan kosong, padahal bekal dapur istana sudah kosong, kembalilah mereka dan melaporkan kembali situasi pasar kepada Nabi Sulaiman AS, melihat gelagat seperti itu maka Nabi Sulaiman AS memerintahkan telik sandinya untuk menyelidiki fenomena itu, setelah beberapa lama maka sang telik sandi melaporkan penyelidikannya”.
Pak RW “Apa yang terjadi mbah ?”
Bukannya menjawab, mbah Qodim meminta warga untuk meminum air yang ada dalam jerigen, “Ayo bapak-bapak, setelah gotong-royong pasti bapak-bapak capek, maaf mbah kelupaan, sebagai tuan rumah mbah khilaf tidak menjamu tamu dengan baik”.
Pak RW “Wealah mbah, jasad kami ini saat ini tidak haus, tetapi jiwa kami yang haus akan ilmu pengetahuan dari mbah, bila mbah sudi menetskan butiran-butiran air ilmu pengetahuan maka kerongkongan jiwa kami akan hilang dahaganya, dan mbah kami anggap sebagai tuan rumah yang baik!!!”
Mbah Qodim tersenyum, wajah tuanya terlihat senang melihat warga sudah mulai bisa menyusun kata-kata indah “Hehehe ya sudah mbah lanjutkan, sang telik sandi melaporkan bahwa semua penduduk ada dalam rumah masing-masing, mereka semua beribadah kepada Tuhannya, beberapa orang yang diwawancarai oleh telik sandi rata-rata menjawab sama, yaitu mereka sedang fokus mempersiapkan diri agar saat kembali kepada Sang Pencipta dalam keadaan khusnul khotimah”.
Pak RT “Kok bisa aneh gitu mbah?”
Mbah Qodim “Ya begitulah pak RT, lha wong Iblis dan syetan di penjara oleh Nabi Sulaiman AS, jadi godaan akan gemerlap dunia ya gak ada, semangat mencari harta dengan berbagai macam cara sirna, sandiwara tawa dan tangis dalam panggung dunia tak terperankan, dengan berurai air mata Nabi Sulaiman AS bertanya kepada Allah SWT kenapa hal ini bisa terjadi, Allah SWT menjawab bukankah sudah Aku katakan tidak ada faedahnya, Nabi Sulaiman AS melakukan tobat, lalu melepaskan kembali Iblis dan bala tentara syetan yang Beliau penjara, hitungan detik maka pasar-pasar kembali ramai dan dipenuhi suara-suara dunia”.
Warga terhenyak kaget, betapa Allah SWT telah membuat CERITA dan LAKON yang sempuna, bahkan penciptaan Iblis sekalipun ternyata ada maksudnya.
Mbah Qodim “Tanpa Iblis dan syetan maka tak ada baik dan buruk, tak ada Polisi baik, Tentara Baik, Guru Baik dan lain sebagainya, bagaimana seorang Polisi bisa dikatakan baik apabila ia tidak pernah menangkap pencuri, tidak pernah melawan dan membasmi kriminalitas? Wong semuanya baik-baik semua, maka akan banyak yang mubazir di dunia ini, untuk apa jadi aparat, untuk apa jadi pejabat, untuk apa banyak harta wong mau sedekah aja gak ada yang mau nerima, semuanya dalam keadaan tawadhu, nah coba kalau ada Iblis, tamak, culas, licik, ambisi akan menghiasi rongga dada anak cucu Adam AS, akan semakin banyak tingkah anak sekolah saat di depan kamera, akan banyak siasat dalam panggung politik, akan banyak tipu daya dalam perdagangan juga semakin banyak cekikikan wanita-wanita jalang yang disanjung oleh pria-pria mata keranjang”.
Dengan perlahan pak RW bertanya lirih “Lalu apa yang baiknya kita lakukan mbah?”
Mbah Qodim “Ikuti perintah Allah SWT dan Nabi-Nya yang ada dalam Al Quran dan Al Hadist, disana tidak ada perintah untuk membunuh Iblis dan syetan, namun lebih banyak kepada menghindari godaannya dan menjadikan mereka sebagai musuh yang tidak akan kita ikuti prilakunya, Yaa Bani Adama alla ta’budussyaiton, innahu lakum aduwwu(n) mubin, wahai keturunan Adam jangan engkau meyembah/tergoda syetan, sesungguhnya mereka itu MUSUHmu yang nyata!!!”
Pak RT “Sebenarnya sesederhana itu perintah Nya mbah, namun kok dasyat saat menghadapinya”.
Mbah Qodim “Nggeh bapak-bapak, iblis dan syetan sudah membuat manusia menjadi makhluk yang semakin pintar, membuat tehnologi semakin berkembang dan canggih, merubah manusia menjadi makhluk yang memiliki kepintaran bahkan nafsu melesat tinggi menyentuh langit, inovasi dibuat dan diciptakan manusia untuk peradaban dunia namun semakin menipiskan peradapan akhirat, ciptaan manusia tersebutlah yang akan menjadi pemusnah mereka sendiri, maka ada satu golongan yang akan SELAMAT/ISLAM … mereka adalah mereka yang berpegang teguh kepada FIRMAN ALLAH dan SUNNAH Rasul-Nya, cukuplah jadikan keberadaan Iblis dan syetan sebagai hikmah dan pelajaran bagi kita, semua tindakan buah hasil Iblis dan syetan hakikatnya untuk menjadikan iman kita semakin KUAT dan berkembang, mereka diciptakan untuk penyempurnaan MANUSIA sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang berlebel SEMPURNA dibandingkan ciptaan-ciptaan lainnya”.
Langganan:
Postingan (Atom)