Minggu, 29 April 2018

MAKNA AL FATIHAH BAGIAN 5


Srruuuppp kopi panas mulai terseruput .. nikmat … rasanya …. Meminumnya saja mbah Qodim sampai memejamkan matanya ….

“Mbah … sampai segitunya … hehhee terpejam-pejam deh sangking menikmatinya”. Pak RT meledek mbah Qodim.

Mbah Qodim tersenyum “Hehhehe pak RT, kenikmatan itu terkadang justru hadir saat kita menutup mata … contohnya … saat kita menghirup udara segar … nikmatnya … dan mata kita akan menutup untuk memaksimalkan nikmatnya … hehhe saat pak RT ehem-ehem itu juga sampai terpejam-pejam hahhahaa”.

“Ehem-ehem gimana mbah ?” Pak RT memasang wajah sewot.

Mbah Qodim “hehhee maksud mbah pas mencium kening sang istri  pak RT… coba diingat-ingat … saat pak RT masuk ke dalam rasa kasih dan cinta tertinggi pak RT pasti akan memejamkan mata … demikianlah … memang banyak sekali kenikmatan yang hanya dirasakan dengan menutup mata”.

“Wealah … kita bahas ayat ke 4 Surat Al Fatihah mbah, nanti malah ngalor ngidul!” pak RW mulai protes.

Mbah Qodim “Bunyinya apa ya pak?”

“Maalikiyau middin, mbah”. Jawab para warga.

Mbah Qodim “Artinya apa?”

“Yang Menguasai hari pembalasan, ada juga yang mentafsirkan yang merajai hari pembalasan atau ada juga yang mentafsirkan Raja di hari kemudian … yah serupa lah mbah.”

Mbah Qodim mulai memandang kopinya “Mengapa Raja di hari kemudian … atau mengapa Allah menegaskan untuk menjadi Penguasa di hari kemudian? Apakah saat ini tidak berkuasa, sehingga DIA harus menjelaskannya melalui ayat ke 4 Surat Al Fatihah ?”

Semua warga semakin merenungi betapa sebagai Muslim banyak sekali yang memang harus dipelajari dari Agama yang disempurnakan langsung oleh Tuhan sekalian alam ini.

Mbah Qodim : “Ingatlah bapak-bapak sekalian, ayat ke 4 ini adalah jawaban secara langsung pada ayat ketiganya … dimana Allah SWT sebagai Tuhan semesta alam masih memberikan KASIH SAYANG NYA yang berupa kesempatan untuk leluasa menentukan kehidupan masing-masing, bahkan dengan masing-masing kadar keilmuannya untuk mengenal sejatinya Penguasa Jagad ini, selama hidup di dunia kita masih diberi kesempatan untuk memiliki Tuhan-tuhan sebagai sesembahan, dari menjadikan harta sebagai Tuhan sampai bertuhankan jabatan… ataupun Tuhan yang didapatkan dari kitab-kitab sebelumnya, namun sebagai hamba maka seharusnya manusia harus melanjutkan pada pelajaran selanjutnya yaitu mengikuti petunjuk-petunjuk terbaru dari Tuhannya, ibarat seorang anak TK bilamana ditanya tentang kenikmatan maka ia akan menjawabnya dengan semua jenis makanan yang enak-enak, lalu ketika memasuki SD ia mulai naik dalam mengenal kenikmatan … mungkin saja bukan lagi makanan tetapi berupa mainan…. lalu SMP … SMA sampai Perguruan Tinggi maka makna kenikmatan yang mereka ketahui akan meningkat pula sesuai dengan wadah penampung keilmuan tersebut, itu mengapa manusia-manusia yang berhenti / putus sekolah keilmuannya hanya sampai distu saja, maka tak segan-segan ia justru menghardik dan mencaci keilmuan dari jenjang diatasnya dengan ketidak percayaan atau lebih tepatnya adalah sebuah keingkaran … seorang yang sudah di tingkat jenjang kuliah … lumrah …bila  akan menemui hardikan oleh keilmuan yang berasal dari jenjang smp, semua itu bila saja berita yang disampaikan tidak tepat pada waktunya, maka kita selaku umat Rasul penutup dan Kitab penyempurna tetaplah kedepankan akhlakul hasanah agar Rasul dan Kitab kita dijadikan bahan olok-olokan bagi mereka yang belum pernah membacanya, coba bayangkan bapak-bapak … bila bapak-bapak menjelaskan kepada anak bapak yang masih sekolah di TK bahwa isi perut ibunya ada seorang bayi (calon adik) sehingga perut tersebut menjadi begitu besar, sekali-kali seorang anak tidak akan menerima bahwa isi perut ibunya tersebut berisi janin calon adiknya, anak bapak pasti akan bertanya darimana adiknya bisa ada di dalam perut …. Makannya bagaimana … bernafasnya dari mana … banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang memang sesuai dengan wadah anak bapak dalam menampung keilmuannya… Ingat bapak-bapak jangan sampai semakin banyak orang-orang yang mendustakan Rasul dan kitab kita karena kita selalu berbicara pada fak kita dan meninggalkan pertimbangan wadah mereka … semua itu dikarenakan karena mereka belum sampai pelajaran tersebut”

“Lalu kenapa Allah pada ayat ke 4 ini menegaskan sebagai Raja di hari pembalasan, mbah?”  pak RT bertanya

Mbah Qodim, “Karena saat kiamat sudah datang … anggap saja ini adalah masa belajar yang sudah selesai … di hari pembalasan atau hari kemudian … Allah SWT akan menjadi Tuhan Tunggal yang menguasai seluruh pertanggung jawaban makhluk ciptaan Nya … DIA akan mempertanyakan dimanakah Tuhan-tuhan yang mereka sembah sewaktu di dunia ….apakah Tuhan-tuhan yang mereka sembah itu bisa memberikan pertolongan saat itu?? … Allah SWT akan menghukum mereka-mereka yang masih belum menemukan NAMA sesungguhnya Tuhan Sekalian Alam … semua karena mereka ingkar kepada peringatan dan petunjuk-petunjuk yang sudah diberikan secara jelas …. Allah Yang Maha Kuasa … memberikan kesempatan saat di dunia sekarang ini, namun kelak DIA akan menjadi Raja dari segala Raja … Tuhan dari segala Tuhan … disanalah yang tidak bisa mengenal Nya maka akan segera mendapatkan pembalasan …. DIA lah yang menguasai HARI PEMBALASAN …. Tidak ada Tuhan-tuhan yang lain ….Ini mengapa Malikiyaumiddin tertulis setelah Arrahmaanirrahiim”.

Jumat, 27 April 2018

MAKNA AL FATIHAH BAGIAN 4


Pak RW berdiri di hadapan mbah Qodim dan warga di warung mak Narti …”Mohon di koreksi mbah, kita selaku hamba harus belajar membuka jiwa kita, membuka iman kita dan membuka fikiran kita … dengan menjadikan pelajaran dari Surat Al Fatihah maka pertama-tama kita harus menentukan dan menemukan pintu diri kita, selanjutnya masuklah ke dalam pintu tersebut dengan berbekal kesabaran dan kebenaran juga harus bersikap welas asih dan tidak mengejar pujian … karena kita ini hamba Allah SWT yang sepatutnya menjalankan kehidupan ini dengan ilmu-ilmu yang kita peroleh …. Emmm … baru sampai sini mbah … mohon teruskan kenapa ayat ke 3 Al Fatihah diulangi lagi Arrahmaanirrahiim nya ?”


Mbah Qodim tersenyum sambil melihat pak RW kembali duduk di kursinya “Alhamdulillah …luar biasa perkembangan bapak-bapak semua, mari kita masuk ke ayat ke 3 nya yaitu Arrahmaanirrahiim … kok Arrahmaanirrahim ini di ulang, padahal sudah ada di ayat pertamanya … inilah yang selama ini tidak kita pertanyakan sehingga iman kita tidak terbuka … pada ayat pertama … Arrahmaanirrahiim menempel pada Nama Allah … artinya semua hamba yang beriman dan menyembah memakai sebutan Allah SWT sebagai Tuhannya ..dalam hal ini beragama Islam akan di beri kasih dan sayang Nya … lalu pada ayat ke 3 ini sifat tersebut berdiri sendiri … sebenarnya itu karena penegasan ayat keduanya dimana Allah adalah Tuhan sekalian alam … maka Sifat Maha Pengasih ini ditujukan pula untuk hamba-hamba Nya yang menyembah Allah SWT namun memakai sebutan lain … mungkin Sang Hiyang Widi .. Mungkin … Tuhan Yang Esa ...dsb … walau bukan beragama Islam sekalipun Allah SWT tetap memberikan kasih dan sayang Nya … dalam firman Nya banyak sekali Allah SWT memerintahkan Hamba-hamba Nya untuk tetap menyembah Tuhan mereka sesuai dengan ilmu dan pengetahuan mereka … maka bunyinya pasti Yaa Ayyuhannas … hai manusia … dan kelanjutannya akan ada ayat seperti.. missal … sembahlah Tuhan mu … ini karena mereka belum terbuka atau belum sampai pada waktunya … maka memakai kata MU … nah kalau muslim pasti bunyinya menjadi Yaa Ayyuhalladzi … wahai orang-orang yang beriman … disini karena umat Islam sudah menemukan imannya bahwa Tuhan itu berasma Allah kelanjutannya pasti berbunyi sembahlah AKU atau sembahlah Allah”.


Pak RT mantuk-mantuk … “Pantas saja mbah … walau orang yang tidak berimanpun pasti mendapatkan rejeki .. jodoh dsb”.


Mbah Qodim “Hehhee .. tidak sampai disitu pak RT kepada orang gila ataupun binatang yang disebut hina... Allah SWT tetap menjadi Tuhan sekalian alam dan memberi mereka semua kasih dan sayang .. namun ingat hamba-hamba yang di kasih belum tentu di sayang … dan yakinlah kalau di sayang pasti di kasih, maka jangan sekali-kali kita menghina orang lain … ataupun menghina makhluk lain … karena Allah SWT masih memberikan mereka semua kehidupan “.


“Tapi kalau iblis boleh kan mbah kita laknat” Pak RT sedikit mengeraskan suaranya.


Mbah Qodim “Iblis itu Laknatullah … bukan laknatunnas pak RT … yang berhak melaknatnya cuma Allah SWT kita jangan ikut-ikutan … tugas kita hanya ...jangan menuruti bujukannya … ntar kalau dia tersinggung minta pensiun, Pak RT mau gantikannya … sudah tugasnya berat … kelak masuk neraka … eh ditambahi para manusia melaknatnya … ojo nemen-nemen lah … itu sudah tugas dia menggoda anak cucu Adam AS”


Semua yang ada di warung tersebut menunduk.


Mbah Qodim “Orang-orang yang sudah terbuka imannya maka ia tidak akan sekali-kali mau menilai orang lain bersalah, tidak mau mencaci maki, tidak mau memvonis ataupun mengatakan orang lain itu tidak baik … karena Allah SWT mempunyai cerita sendiri yang sedang DIA lakukan sehingga sebagai Tuhan sekalian alam DIA masih memberikan Kasih dan Sayang kepada semua hamba-hamba Nya … dan kita kan tahu apa yang ingin DIA perbuat setelah kita bongkar ayat ke 4 nya”. 

Selasa, 24 April 2018

MAKNA AL FATIHAH BAGIAN 3



Mak Narti menghentikan kegiatan cuci piringnya manakala melihat mbah Qodim mulai mendekati warungnya, jurus sambar toples kopi dan gula secara cepat ia lakukan, selanjutnya penyaluran tenaga dalam mulai menimbulkan bunyi dentingan ketika sendok beberapa kali menumbur sisi gelas … jurus andalan mengaduk gelombang air panas menjadi hitam kental memang tidak bisa dipandang remeh oleh sesama pendekar penyaji kopi … suara adukan yang melenting itu masuk ke telinga-telingan para jawara yang sedang duduk bersemadi menunggu wangsit … seketika warga langsung membenahi tempat duduknya masing-masing … seperti biasa mbah Qodim mengucapkan salam lalu duduk diantara para pendekar pilih tanding yang tidak diragukan lagi dalam kemampuan mennguyah pisang goreng, bakwan ataupun tahu isi …

Pak RTpun mengeluarkan jurus pertamanya “Mbah kemarin kan sudah membuka Bismillah .. nah kelanjutannya bagaimana?”

Sambil melirik gerakan mak Narti yang lembut saat meletakkan kopi panas untuknya maka mbah Qodim mulai membuka bibir tuanya “Demikianlah bapak-bapak … jika seorang hamba sudah menemukan pintunya … lalu sejahtera ia dapatkan … dan prilaku welas asihnya sudah mencapai taraf yang tinggi … hamba tersebut akan menemui pengujian yang berupa PUJIAN … padahal jelas ALHAMDULILLAHIROBBIL’ALAMIN itu merupakan kabar yang sejelas-jelasnya bahwa SEGALA pujian itu hak Allah SWT … namun tak sedikit diantara kita yang bila melakukan sesuatu … secara langsung atupun tidak langsung .. ujung-ujungnya mengharapkan pujian … walau dengan embel-embel bingkai penghargaan … yah istilah kasarnya tidak dipuji tidak apa-apa … tetapi … nah ada tetapinya … tetapi ya hargailah usaha saya ini … bla .. bla .. bla … panjang lebar pembelaan namun intinya ia sudah mulai ingin mengambil hak Allah SWT …”

“Jadi kita memang jangan mengharapkan pujian yah mbah, bila ingin menjadi sejatinya seorang hamba?” Tanya pak RW.

Mbah Qodim “Seharusnya demikian pak, namun kelihaian syetan yang memanfaatkan onderdil nafsu di diri kita ini yang sering membuat kita ingin merebut hak Allah SWT … walau sebiji zarahpun ingin mendapatkan kalimat terima kasih saja merupakan awal sebagai cikal bakal atau embrio bibit yang bisa menjadi pohon pencakar langit yang akarnya menancap erat di hati sanubari kita, yah … sebagai manusia memang kita tak luput dari kekhilafan … namun jangan berkecimpung lama di dalam kekhilafan tersebut … mbah beri contoh … seorang ulama berilmu tinggi .. berwawasan luas …. Memiliki santri ribuan … saat ia datang rebutanlah semua santrinya untuk mencium telapak tangan miliknya yang diyakini santri akan mendapatkan berkah dari keilmuannya … eh ada salah satu santri yang tidak mau rebutan dan terlihat enggan mencium tangannya … disitulah lesatan syetan masuk kedalam hati sang ulama … sambil menebar senyumnya … matanya melirik santri tersebut sambil mengguman ‘Santri yang itu sepertinya tidak memerlukan berkah saya’ … nah nah nah … dalam hati sang ulama sudah ada bibit ke AKU an … merasa sebagai seseorang yang bisa memberikan berkah ….padahal BERKAH itu …Allah-lah yang berhak memberinya”

“Jadi mbah …. Apabila seseorang memuji kita apa yang harus kita lakukan? Karena saat ini, kita sebagai manusia tak luput dari memuji dan dipuji … ” Pak RT bertanya lirih

Srruuupppp … kopi panas mulai terlihat menimbulakan bunyi … “Injih … kita mulai membuka penglihatan dari sisi lainnya … memang hakikatnya PUJIAN itu adalah HAK Allah Azzizul Jabbar … namun sering sekali kita melihat banyak sahabat-sahabat kita memuji sesamanya … baiklah … Matahari itu sumber cahaya … namun saat malam bulan bisa memancarkan serapan cahaya tersebut … artinya DZATULLAH … yaitu Sang Kholiq … akan memiliki Sifatullah … yang namanya makhluk … termasuk kita ini bapak-bapak … maka sebenarnya kita adalah sifatullah yang sedang dalam Af’alullah … perbuatan Allah … dengan melahirkan hikmah Sirrullah … Rahasia Allah … dan takkala hakikat pujian tadi kita renungkan ternyata pancarannya akan terbagi 4 macam..”.

Pak RT mulai sedikit tegang “4 macam mbah?”

Mbah Qodim “Iya bapak-bapak .. Pujian itu ada 4 … yang pertama … Puji Quddus ala Quddus … makhluk memuji makhluk …  contoh .. pak RT itu rajin sekali, ganteng, murah senyum dan tidak sombong … nilai pujian yang dilakukan disini tidak akan sampai pada perbandingan kepada Allah SWT … maksudnya kan tidak mungkin si pemuji bilang pak RT lebih ganteng daripada Allah SWT … jadi hanya sebatas makhluk … atau manusia memuji kekuatan gajah … kan tidak mungkin langsung membandingkannya dengan Sang Penguasa Jagad ini …. Namun walau ini termasuk pecahan pujian tetap saja orang yang dipuji di dalam hatinya yang paling dalam mengembalikan pujian tersebut kepada Allah SWT … maka dalam riwayat .. Sayyidina Umar Bin Khotob pernah berkata ia lebih memilih di cambuk oleh 1000 x cambukan daripada di puji walau sekali … demikianlah contoh Akhlakul Khasanah yang luar biasa dari Sahabat-sahabat Rasulullah …”

Mbah Qodim lalu menyeruput kembali kopinya “Yang kedua Puji Quddus ala Qodim … Makhluk memuji Tuhannya ini banyak sekali dan harus sesering mungkin kita lakukan .. contohnya yah SubhanAllah .. Alhamdulillah dsb… lalu yang ketiga Puji Qodim ala Quddus … nah … ini merupakan Sirrullah … Rahasia Allah … dimana Allah memuji makhluk Nya … mungkin saja karena makhluknya penyabar … taat kepada orang tua, rajin sholat tahajjud tanpa ingin dilihat orang dan lain-lain lah … namun yang bisa kita lihat nyata saat Allah memuji hamba Nya yaitu bagaimana Firman Nya terlulis jelas memuji Nabi Muhammad SAW … Lihat QS An Najm .. 2 .. 3 .. 17 .. dsb atau pada QS As Syahr ..1 … 4 dsb juga pada QS At Taubah .. banyak deh yang terlihat nyata …”

“Yang ke empat mbah?” Pak RT mulai lega karena selama ini pak RW selalu meledeknya dengan pujian-pujian kecil

Mbah Qodim ..”Puji Qodim ala Qodim … bukan nama mbah ini  ya … mbah Qodim serius memandang warga … yaitu Allah memuji diri Nya sendiri … bapak-bapak silahkan lihat Asmaul Husna … renungkan lah … betapa semua itu adalah Pujian bagi Allah Yang Maha Perkasa … dan untuk yang ini adalah hak preogratif Allah SWT …  nah bapak-bapak .. seperti biasa … bapak-bapak cermati renungkan sendiri-sendiri agar jiwa dan fikiran bapak-bapak semakin berkembang, mbah pamit dulu … Assalamu’alaikum “

Wargapun serentak menjawab “Wa’alaikumussalaam”.

Kamis, 19 April 2018

MAKNA AL FATIHAN BAGIAN 2



“Itu mbah Qodim, mbaaaaaaaahhh 1 hari tidak kelihatan kemana ajaaaaaaaaa???” Pak RT kegirangan setelah seharian penuh tak bertemu mbah Qodim.


Mbah Qodim memasuki warung mak Narti disertai Salam lalu duduk, terlihat wajahnya amat letih, “Masih banyak kegiatan bapak-bapak, mbah harus safar atau melakukan perjalanan, yaah namanya juga manusia hidup, mesti uget-uget hehhee”


Pak RW “Kami sudah kumpul nih mbah, pingin dengerin kelanjutan yang kemarin, kami ingin sekali membuka jiwa dan fikiran kami dengan kajian Al Fatihah”.


Mbah Qodim, “Oh iya bapak-bapak … (sembari merenung sebentar) .. baiklah, kita mulai lagi, Al Fatihah yang kemarin harus mulai kita tanamkan ke dalam sanubari kita, jika yang pertama untuk membuka iman kita maka selanjutnya kita membuka lembaran tahaf keduanya, yaitu Fatihah sebagai pembuka kehidupan jiwa dan akal fikiran kita, dimulai dari ayat pertama yang berbunyi BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM … disini awalannya adalah huruf BA .. yang maknanya adalah BABUN atau pintu … kita sebagai hamba Allah SWT akan bertemu dengan BA kita … yaitu pintu yang harus kita pilih”.


“Maksudnya mbah?” Tanya pak RT.


Mbah Qodim memandangi warga yang ada di warung tersebut, “Yah kita harus mulai memilih pintu yang harus kita buka agar bisa kita masuki… banyak sekali pintu-pintu yang disediakan oleh Allah SWT .. ada pintunya TNI .. Polri .. Petani .. pedagang dan sebagainya … uniknya pintu-pintu ini juga ada pintu maling .. koruptor … penjahat dan sebagainya …. Namun pilihlah PINTU yang BA juga … yaitu yang BarokAllah … yang di berkahi oleh Allah … jika kita sudah menentukan pintu yang akan kita lalui dengan pilihan Babun yang BarokAllah … maka masuklah kedalamnya … dan temukan SIN disana … SIN yang bermakna SALAM … temukan kesejahteraan pada pintu yang kita masuki … syukuri segala macam pernak pernik dalam pintu tersebut .. lalu hiasilah pintu tersebut dengan SABAR dan BENAR … karena bila kita bersungguh sungguh menjalani pintu kita dengan benar dan sabar maka SALAM lah kita atau sejahterahlah kita, jadilah TNI/POLRI/Petani ataupun yang lainnya dengan benar dan sabar …”


Mbah Qodim menyeruput kopi panasnya “Jika kita sudah temukan pintu yang dipenuhi dengan kesejahteraan … jangan lupa … MIM … ma’rifat … untuk semakin mengenal … mengenal siapa? Millah .. mengenal Allah lebih dekat … bagaimanakah Allah SWT tersebut … yaitu Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang … jadilah TNI yang memiliki welas asih … jadilah Polisi yang santun dan penyayang .. jadilah pedagang yang benar dan sabar … dan lain-lain lah … hehhee … Ingat bapak-bapak … jika kita ingin tetap menikmati kesejahteraan dari pintu yang sudah kita masuki … tetaplah kenali Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang … In Syaa Allah pintu kita tersebut akan menjadi kendaraan bagi kita semua menemui ROBB kita Yang Maha Mulya … namun jika kenal kepada Allah SWT kita lupakan … jadilah kita manusia yang hanya laksana BIS … mengangkut orang dengan mengharapkan bayaran … toat toet mencari perhatian … dan awe-awe mencari penumpang …. Namun ternyata bayaran tersebut akan dikembalikan lagi untuk pembelian bensin, oli, ganti ban dan lain sebagainya … sampai akhirnya BIS tersebut termakan usia .. kropos .. lalu jadi rongsokan …. Untung-untung tidak jungkir balik ke jurang …, dah dulu .. cermati sendiri … tanya diri sendiri … lalu kembangkan sendiri, mbah permisi dulu, karena besok mau safar kembali … “


Pak RW “Kami siap menanti mbah hehehhe… dengan kelanjutannya … karena kami benar-benar ingin membuka iman, jiwa dan diri kami ini .. agar kami pada akhirnya bisa diiringi dengan AAMIIN … 4 huruf bermakna intan dan permata ….”


'Mbah Qodim tersenyum … matanya menyimpan banyak kata-kata … namun satu yang dapat ku baca … satu kata … AAMIIN … itu yang terlihat nyata'. diam-diam mak Narti mengguman dalam hatinya.

Selasa, 17 April 2018

MAKNA AL FATIHAN BAGIAN 1


“Mbah … mbah … kenapa sih dalam Sholat, Al Fatihah bisa dikatakan salah satu kunci utama sahnya Sholat dan lagi banyak surat-surat yang lainnya tetapi mengapa Al Fatihah adalah surat yang tepat untuk di jadikan hadiah, buktinya setiap kita kirim do’a mesti khususon hadiati… pokoknya Al Fatihah itu sangat mendominasi mbah ?” Tanya Pak RW

Suasana riuh di dalam warung mak Narti tiba-tiba menjadi hening, telinga-telinga pencari jubah jati diri mulai dipasang untuk digunakan sebagai pintu masuk ke dalam hati.

Mbah Qodim “Pada kesempatan ini, mari kita obrol-obrol santai tentang Al Fatihah dari segi sebagai pembuka, nanti kesempatan lain baru mengapa tepat dan bagus untuk di jadikan hadiah atau mengirim doa untuk diri sendiri atau orang lain, atau bahkan untuk hadiah kepada Rasulullah SAW. Pertama kita bahas Al Fatihah.... yang berarti PEMBUKA .... dari kata Al Fatih …. Bapak-bapak sekalian tahu tidak mengapa Allah SWT memberinya nama PEMBUKA … sebenarnya apa yang dibuka?”

Semua yang di warung mak Narti menunduk, mau jawab bingung … nggak jawab realitanya surat tersebut selalu di baca setiap Sholat bahkan saat-saat acara pengajian ataupun yang lainnya.

Mbah Qodim tersenyum “Hehehe, lha baru namanya saja bapak-bapak podo bingung hehhee, ngono ngaku wes Islam soko cilik…. Yo, alon-alon yo … sebenarnya banyak yang harus kita buka … salah satunya membuka jiwa kita … agar kita bisa mengenali jiwa tersebut, bagaimana kita ingin tahu siapa kita kalau kita tidak pernah mau membukanya?”

“Bukan nggak mau membukanya mbah, tapi bingung hehhehe” Senyum Pak RT memecahkan keheningan suasana.

“Lha kuwi .. hehhe tahu tidak bahwa Al Fatihah itu surat Pembuka?” Tanya mbah Qodim

“Ya tahu mbah, untuk buka surat-surat yang lain di dalam Al Quran?” jawab Pak RT

“Lalu bukanya pakai apa?” mbah Qodim kembali bertanya.

Seisi warung menjadi tambah hening … sepertinya mereka memutuskan lebih baik mendengar daripada menjawab namun ngambang maknanya.

Mbah Qodim mulai menghela nafas “Baiklah … mbah mulai dari ayat pertama yang berbunyi Bismillahirrohmaanirrahiim ... ada yang tahu artinya?”

Kompak hampir semua orang yang disana menjawab “Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang ...”

Mbah Qodim mengangguk-anggukkan kepalanya “Bagus … lalu mbah mau Tanya … mengapa dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang?…. Kok tidak dengan Allah nya langsung ?…. Hebatnya lagi Bismillahirrahmanirrahim ini di jadikan awal untuk membaca surat-surat yang lainnya … kecuali Surat At Taubah, yang mbah tanyakan mengapa DENGAN NAMA ALLAH … Allah nya lagi dimana?”

Pak RT dan pak RW terlihat garuk-garuk kepala, padahal kepala mereka berdua tidak sedang gatal.

Mbah Qodim kembali tersenyum, “Bapak-bapak sekalian inilah uniknya Af’alullah … bila kita perhatikan Surat Al Fatihah … judulnya Al Fatihah tetapi tidak ada kata Fatih di ayat-ayat Surat tersebut, juga Al Ikhlas … disana juga tidak ada kata Ikhlas … ini lah sebenarnya yang harus kita telaah, ternyata Surat-surat yang seperti itu butuh proses pemikiran dan perenungan, kita kembali kepada Bismillah … mengapa disini Allah SWT memberikan Firman-Nya dalam Surat Al Fatihah justru di ayat pertama memunculkan dulu Asma/Nama Nya .. bahkan dilengkapi dengan Arrahmaan dan Arrahiim … Allah SWT menginginkan kita untuk berfikir sehingga akan terbuka maknanya … karena Al Fatihah itu sendiri untuk membuka …”

Pak RW “Lalu kenapa Nama Nya dulu mbah?”

Mbah Qodim “Kita sebagai manusia … umumnya selalu tahu sesuatu dari kabar dulu, dari mendengar dulu atau dari belajar dulu, setelah itu barulah kita akan mencari kebenaran dari kabar tersebut, mbah contohkan … kita mendengar ada mobil merk baru .. katakanlah mobil Innova Hiu … mobilnya belum datang tetapi kabar tentang Innova Hiu sudah tersebar … jika kita ingin tahu maka kita akan berusa mencarinya … kita mendengar bahwa menanam cabe yang paling bagus begini (bla..bla..bla..) lalu sudah pasti kita akan mencari tahu kebenarannya, yaitu real secara nyata mencari pohon cabe lalu mempraktekkan tehniknya… bila kita tidak mencari tahu maka selamanya Innova Hiu ataupun Cabe unggulan hanya sebatas kabar atau pengetahuan saja … disinilah letak fungsi Al Fatihah sebagai bentuk proses membuka jiwa kita … membuka iman kita … sebagai seorang Hamba yang taat kepada Tuhannya … setelah tahu Nama Nya maka harus mencari tahu Allah Nya … dimana Allah ? bacalah ayat keduanya … Alhamdulillahi Robbil ‘Aalamiin …. Artinya apa bapak-bapak?”

Warga “Segala Puji Bagi Allah Tuhan sekalian alam”.

Mbah Qodim tersenyum “Sudah tahu bapak bapak?”

Warga “Belum mbah!!”

Mbah Qodim “Lihatlah … pada ayat pertama Nama Allah yang muncul … sekarang Muncul Allah nya … kan bukan segala puji Nama Allah … tetapi di ayat ke dua ini … Allah muncul dengan segala puji-pujian … bahkan berlaku untuk sekalian Alam, Nah …. Kalau tadi kita sudah tahu adanya Nama Allah kini kita mulai bertemu dengan Allah nya … bila tadi Nama Nya diiringi oleh Sifat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang … maka Kemunculan Allah pada ayat kedua di tegaskan kembali oleh ayat ketiga … Arrahmaanirrahiim … disinilah kita harus menambahkan iman dan keyakinan kita bahwa bila Nama Nya saja sudah bersifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang pasti Dzat Nya akan bersifat demikian pula sebagai bukti kebenaran antara kabar dan kenyataannya…”

Warga mulai manggut-manggut.

Mbah Qodim “Ternyata … untuk membuka jiwa kita tidak sampai disini saja bapak-bapak … dimulai dari kita tahu Nama Nya … lalu kita tahu kemunculan Nya … maka kita harus tahu … siapa Allah itu … siapakah DIA yang Nama Nya saja sudah memiliki kasih dan sayang … siapakah DIA yang kemunculan Nya disertai segala puji-pujian … bahkan semesta alam ikut memuji Nya …maka kita harus baca ayat ke empatnya … yaitu … Maalikiyau middin … ternyata Allah adalah Maha Raja kita semua … bapak-bapak … Maha Raja saat ini dan sampai pada hari kemudian … nah … bila kita sudah tahu bahwa Allah adalah Maha Raja kita maka apa yang harus kita laksanakan atau perbuat …. Iyya kana’budu wa iyya kanashta’in … Sembahlah DIA dan minta tolonglah kepada NYA”.

Mbah Qodim menghela nafas tuanya lalu melanjutkan “Bila kita sudah besungguh-sungguh menyembah Nya maka pelajaran apa yang diajarkan untuk seorang hamba dalam meminta pertolongan Nya … ternyata kita diberi contoh untuk meminta pertolongan yang paling baik dan paling bagus, apakah itu … Ihdinashshirotol mustaqim … kita diajarkan untuk mengutamakan agar dituntun dan diberi pertolongan berupa petunjuk ke jalan yang lurus … ingatlah bapak-bapak … sirotl mustaqim itu ada 2 … jalan lurus itu ada 2 … ada kanan dan kiri … semuanya sama-sama lurus … maka jalan lurus yang mana yang harus kita pilih ??? yaitu Shirotolladzi na an’am ta’alaihim … yaitu jalannya orang-orang yang di beri kenikmatan .. kenikmatan berupa iman, kehidupan dan sebagainya … Ghoiril maghdubi’alaihim waladdoolliin … bukannya jalan orang-orang yang di murkai dan bukan jalannya orang-orang yang tersesat … karena  dahuluuuuuuuuuuuuuuu ada kaum yang inkar kepada Nabi dan kitab Nya (tidak percaya kepada Rasulnya yang menyatakan akan ada kemunculan Rasul penyempurna) … sehingga sampai saat ini kaum tersebut di murkai …. juga dahuluuuuuuuuuuuu ada kaum yang merubah/memanipulasi kitab Nya sehingga mereka digolongkan kepada kaum yang tersesat (disembunyikannya kabar yang disampaikan oleh Rasulnya tentang kemunculan Rasul penyempurna)…”

Pak RW “Kedua kaum itu …”

Tangan mbah Qodim menutup mulut pak RW “Jangan membahas 2 kaum tersebut, bukan fak kita, kita hanya menginginkan tetap pada Ihdinashshirotol mustaqim”.

“Tapikan di baca sampai terakhirnya sehingga bertemu kata Aamiin, mbah!” Pak RT ikut nyeletuk.

Mbah Qodim menoleh … “Ini baru mbah terangkan awalnya bapak-bapak … jadi masih harus disempurnakan dengan penjelasan seterusnya …  dengan itu nanti bapak-bapak sekalian akan Fatih/terbuka fikiran dan hatinya … masih ada penjelasan Al Fatihah tahap berikutnya, wong berilmu kui kudu ngati-ati ben ora salah kedaden”  

Minggu, 15 April 2018

10 CAMBUKAN UNTUK KEBENARAN


Pak RT dan Pak RW serta beberapa warga berjalan menjadi 2 kelompok, masing-masing terlihat seperti belum puas dengan sebuah kejadian, keduanya merasa paling benar dan saling melemparkan kekesalan, sesampainya di warung mak Narti dua rombongan yang berjalan seiringan tersebut duduk di sekitar meja Mbah Qodim yang tampak seorang diri, posisi duduk pak RT dan pak RW pun kali ini berbeda, masing-masing bergerombol di sisi kanan dan kiri mbah Qodim.

“Mbah !! kenapa tadi gak ikut menyaksikan debat calon ketua himpunan pengumpul padi di desa kita?, seru mbah, menurut saya ilmu-ilmu pengetahuan Pak Sadi sangat berlian dan tepat untuk diterapkan di desa kita”. Suara lantang pak RW menggema, seakan-akan disengaja agar terdengar semua orang di warung tersebut, sementara orang-orang di belakang pak RW bertepuk tangan riuh memberi dukungan, sedangkan di kubu pak RT semuanya berseru ‘HUUUUUUU’

Pak RT pun tak kalah garang “Mbah kan tahu pak Saju, ternyata ilmu pengetahuannya jauh di atas pak Sadi!!” semua orang di belakang pak RT pun berteriak ‘BETTUUUULLLLL’

Melihat itu kelompok pak RW pun mencemooh kelompok pak RT, bahkan ada yang mulai mengejek dan mencaci, tak hanya disitu saja suasana panas tersebut berlangsung, pak RW berdiri lalu membuka kancing bajunya sembari berkata lantang “Heh bapak-bapak !!! kalau pak Sadi kalah, saya akan berhenti jadi RW dan saya akan angkat kaki dari desa ini !!!!”

Sebelum pak RT menjawab mereka semua terdiam melihat mbah Qodim berdiri meninggalkan kursi dimana ia duduk, di meja tersebut terlihat segelas kopi baru terminum seperempatnya, mbah Qodim berjalan menuju pintu keluar warung, semua warga terdiam dan bengong melihat mbah Qodim berjalan, tanpa di sangka-sangla oleh warga, mak Narti berhenti menghadang mbah Qodim “Mbah, kopinya belum habis diminum, mbah mau kemana?”

Pak RT dan pak RW tanpa disengaja berjalan mendekati mbah Qodim berbarengan, mereka berdua memegang tangan mbah Qodim, “Mbah kalau kami menyinggung perasaan mbah, kami mohon maaf, namun sudilah kiranya mbah memberikan kami wejangan”

Mbah Qodim melihat kedua orang tersebut, lalu kembali menuju ke kursi dimana ada segelas kopi miliknya di atas meja depan kursi tersebut. Begitu mbah Qodim duduk wargapun berbaur melingkari tempat duduk mbah Qodim.

Suara lirih mbah Qodim mulai terdengar “Dahulu, saat mbah berguru di Saung Ketenangan Cakra Jiwa, mbah sempat memiliki sahabat yang bisa dikatakan memiliki perangai pemarah dan kurang teliti dalam belajar, sahabat mbah itu mengatakan bahwa rukun Islam itu 6, dan mbah meluruskannya dengan memberi tahu yang sebenarnya bahwa rukun Islam itu 5, namun dia tidak mau mengalah, dia ngotot tetap bilang 6, kami akhirnya berdebat hebat, tetapi sahabat mbah itu tetap tidak mau mengalah, sampai akhirnya kegaduhan kami terdengar oleh Guru yang sedang melintas … sang Guru bertanya kenapa kami berdebat, lalu sahabat saya menjelaskannya dan meminta Guru untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah, Guru bertanya kepada mbah, ‘Qodim jika kamu yang salah apa hukumanmu?’ karena mbah yaqin benar maka mbahpun menjawab siap di cambuk 10 kali dengan bambu yang saat itu dipegang oleh sang Guru, lalu Guru bertanya kepada sahabat mbah dengan pertanyaan yang sama, jawabannya sungguh mengagetkan, ia mengatakan akan gantung diri di pohon besar depan Saung bila ia yang salah”

“Lalu mbah?” suara pak RW lirih.

“Sang Guru memerintahkan mbah membalikkan tubuh mbah, saat itu mbah merasakan 10 kali cambukan bilah bambu, kuat, cetar dan menimbulkan bunyi yang keras sekali, sakit… perih … yang terasa di punggung mbah namun tak sesakit hati mbah yang merasa mendapatkan tidak keadilan ….kenapa Guru yang sangat mbah puja-puja memiliki kearifan dan keilmuannya justru membela sahabat mbah yang salah dan memvonis mbah lah yang salah, setelah mencambuk mbah, Guru meninggalkan kami berdua, sahabat mbah mendekati mbah lalu membantu mengelap darah yang ada di punggung mbah … malamnya mbah menangis sampai subuh tiba, dan setelah sholat subuh berjamaah, mbah putuskan untuk menunggu sampai tinggal kami berdua di tempat itu, lalu mbah pamit kepada beliau karena mbah merasa sudah tidak selayaknya beliau mbah jadikan Guru”

Mbah Qodim menangis sesegukan … air matanya benar-benar berlinang. “Sang Guru tetap saja tidak mau membalikkan tubuhnya yang saat itu duduk di pengimaman… lalu terdengar suaranya yang lembut “Qodim, bagaimana engkau bisa menjadi orang yang memiliki ilmu kearifan jika engkau masih mau berdebat dengan orang yang rendah keilmuannya, bagaimana jiwamu bisa menampung samudera bila engkau melayani perdebatan dengan orang yang sedang menyalakan bara kemarahan … seandainya 10 cambukan itu tidak aku berikan kepadamu, engkau hanya bisa membantu menurunkan jenazah sahabatmu dari atas pohon besar di depan sana, engkau hanya bisa membantu pemandikan jenazahnya, lalu engkau hanya bisa membantu menyolatkan sampai akhirnya menguburkannya, padahal tugas hamba Allah adalah membantu sahabat-sahabatnya untuk semakin tinggi keilmuannya dan rendah kemarahannya…. jika ingin berdebat tunggulah sampai kemampuannya menyamai dirimu sampai ia bisa mengekang nafsu marahnya … barulah 10 cambukan itu akan ku berikan kepadanya”.

Tak terasa pak RT menangis tersedu-sedu, dibenaknya dipenuhi penyesalan karena tindakan dirinya membuat Pak RW bersuara lantang berisikan konsekwensi akan meletakkan jabatan RW dan angkat kaki dari desa ini, apa yang diuntungkan dengan hiruk pikuk dukungan-dukungan tadi, semua akan menjadikan diri sendiri menjadi rugi ….

Lihatlah betapa kedangkalan pengetahuan terjadi di negeri ini … betapa tingginya nafsu amarah di negeri ini … sehingga banyak jiwa-jiwa yang terdorong untuk menganiaya diri mereka sendiri … terjun dari monas lah … di gantung di monas lah … berjalan telanjang lah … potong payudara lah … dan masih banyak lagi yang lainnya …. Astaghfirullahal Adzim …. Semoga Negeri ini masih menyimpan para pelita dan lentera kearifan sehingga kelam negeri ini segera tenggelam dan terbitlah sebuah Negeri yang dilimpahkan kebersamaan dan kejayaan … Aamiin

Jumat, 13 April 2018

PERLUKAH ADZAN MEMAKAI PENGERAS SUARA


Lagi-lagi topik baru selalu menjadi contoh untuk memperbaiki diri ini, warung mak Narti hiruk pikuk dipenuhi argumentasi tentang perlunya pengeras suara untuk seruan/ Adzan.

Ada yang berpendapat bahwa sekarang zaman sudah modern jadi cukuplah jam saja yang dipakai sebagai pemberitahu waktu sholat atau yang paling keren yaitu sebuah puisi yang bunyinya "Kau bilang Tuhan sangat dekat, namun kau sendiri memanggilnya dengan pengeras suara setiap saat'

Seperti biasa, akan ada yang pro dan kontra di warung tersebut.

Jadwal mbah Qodim ngopi semakin ditunggu-tunggu oleh warga.

Kedatangan mbah Qodim seolah-olah langsung menjadi tombol berhentinya perdebatan.

Mulailah Pak RT yang terbiasa menjadi pembuka acara tanpa tedeng aling-aling langsung menanyakan hal tersebut.

Mbah Qodim mengipasi lehernya yang berkeringat dengan peci lusuhnya "Ya ya ya ... kita harus mengingat kembali tentang pengalaman pribadi kita masing-masing, saat Paud kita diajarkan mengeja bacaan, SD, SMP sampai SMA berubah lagi metode dan caranya, yang perlu diingat janganlah pelajaran SMA diterapkan untuk anak SD, pasti akan terjadi kemunduran metode ilmu pengetahuan itu sendiri".

"Jadi sebenarnya maksudnya itu untuk siapa mbah?" tanya pak RW

Mbah Qodim ;"Dulu mbah pernah nginap di rumah anak mbah, suatu ketika mbah mendengar doa cucu mbah yang berumur 8 tahun berdoa dengan kuat-kuat sekali suaranya, Yaa Allah mohon berikan hamba ini sepatu baru!!, mbah tersenyum mendengarnya, namun sebagai seorang kakek, mbah akhirnya memberikan pelajaran untuknya agar berdoa dengan lirih disertai keyakinan bahwa Allah SWT Maha Mendengar"

Sruuup mbah Qodim menyeruput kopi panasnya "Nah, cucu mbah menjawab, iya mbah ... Allah Maha Mendengar, tapi papa kan nggak!!, hehhehe mbah langsung berfikir keras saat itu ... sepatu jelek memang seharusnya sudah saatnya diganti yang baru, walau seisi jagad ini adalah pemberian Allah SWT, namun membelikan sepatu untuk seorang anak itu keharusan ataupun kewajiban seorang ayah, dan sebagai manusia sah-sah saja kalau seorang ayah dalam kekhilafannya tidak memperhatikan kondisi sepatu anak yang sebenarnya sudah rusak, jadi Allah SWT mengingatkan seorang ayah lewat doa seorang anak kecil yang bisa didengar nyatanya"

"Terus mbah?" pak RW semakin semangat memperhatikan mbah Qodim.

"Hehehe itulah kita semua bapak-bapak ... yang penuh dengan kehilafan, asyik bekerja, asyik mengobrol maka walau jam melekat di tangan kita saja terlupakan untuk kita lihat, namun telinga kita yakinlah pasti akan mendengar seruan untuk segera sholat, maka kenapa itu dijadikan syiar oleh Junjungan kita untuk di keraskan ... kita semua penuh dengan kekhilafan, bahkan setelah terdengar jelas saja kita masih asyik melanjutkan kesibukan kita".

"Tapi mbah, puisi itu kan karangan seorang yang berilmu pengetahuan tinggi, tidak mungkin beliau tidak punya maksud tersembunyi?" tanya salah seorang warga.

Mbah Qodim :"Yaa itu ... pada taraf keimanan setingkat beliau mungkin sudah sampai tahapan tingginya kesadaran dan roso, mungkin kalau beliau sebelum melihat sepatu anaknya rusak sudah bisa memprediksikan kapan harus beli yang baru, sehingga tidak menunggu untuk meendengarkan permintaan anak terlebih dahulu, namun sekali lagi mbah ingatkan, itu untuk tahapan yang sudah tinggat lanjut seperti beliau ... nah di lingkungan kita, hampir setiap hari ada yang manusia dilahirkan, banyak anak-anak yang baru berkembang, banyak manusia yang baru belajar ataupun banyak manusia yang mulai belajar menjadi baik, makanya terkadang kita harus berteriak keras, contohnya Mak Narti berteriak, Mbaaaahhh jangan duduk di kursi yang itu, tadi ada bekas kuah sayur jatuh disitu, ntar sarung mbah kotor, hehhehe, mbahkan banyak kekhilafan walaupun sebenarnya mau duduk harusnya melihat kursi terlebih dahulu ... yo pas khilaf mesti hal itu terlupakan".

MARI KITA INGAT KEMBALI ADAB DALAM MENYAMPAIKAN PELAJARAN

- QS Ibrahim (14) : 4 ... Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

- QS Maryam (19) :97 ... Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Qur'an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang

- QS Ad Dukhan (44) : 58 ..Sesungguhnya Kami mudahkan Al Qur'an itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.

- Hadist Riwayat Aisyah ... Rasulullah  SAW.  bersabda,  “Posisikan  manusia sesuai dengan  kedudukannya.”

- Hadist Riwayat Imam  Bukhari  dalam  Kitab Al Ilm ... Dan,  ‘Ali  berkata,  “Berbicaralah  dengan  manusia  sesuai  dengan kadar pemahaman mereka, apakah kalian ingin jika Allah dan rasul-Nya didustakan?” Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Musa, dari Ma’ruf   bin  Kharrabudz,  dari  Abu  al-Thufail,  dari  ‘Ali seperti itu

- Hadist Riwayat Muslim dalam Kitab Muqoddimah ... Dan,  telah  menceritakan  kepadaku  Abu  al-Thahir dan Harmalah bin  Yahya,  telah  mengabarkan  kepada  kami  Ibnu  Wahab,  telah mengabarkan  kepadaku  Yunus, dari  Ibnu  Syihab,  dari  ‘Ubaidillah bin ‘Abdillah bin ‘Utbah. ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, “Tidaklah kamu  menyampaikan  suatu  perkataan  yang  tidak  dimengerti oleh  pikiran sekelompok  orang,  kecuali  perkataan  tersebut  akan menimbulan tnah bagi sebagian di antara mereka.

sebenarnya masih banyak lagi ayat-ayat Al Quran dan hadist yang mengingatkan kita untuk tepat dalam penyampaian ...

MARI SAHABAT SEMUA ... BERILAH ILMU-ILMU KEBENARAN DENGAN BAHASA YANG BAIK DAN TEPAT KEPADA PENERIMANYA SEHINGGA TIDAK MENIMBULKAN KEFAKIRAN DAN FITNAH TERHADAP KEBENARAN ITU SENDIRI

Rabu, 11 April 2018

BERJUANG UNTUK TUHAN ATAU UNTUK IBLIS?


Tidak seperti biasanya, di warung Mak Narti terlihat ada dua penghuni baru, berbaju stelan koko Pakistan, kedua orang tersebut wajah yang tenang dengan sebuah janggut tipis yang menawan, usianya pun terlihat muda.

Sambil tersenyum orang tersebut memberikan salam saat mbah Qodim masuk ke warung Mak Narti "Assalaamu'alaikum Mbah"

Mbah Qodim,: "Wa'alaikumussalaam, panjenengan berdua ini warga mana ya, kalau boleh mbah tahu?"

Salah seorang menjawab : "Nama saya Abu mbah, maaf kami kemari mau tukar fikiran dengan mbah"

Mbah Qodimpun duduk berdekatan dengan mereka, mak Narti Langsung menyiapkan kopi panas, pak RT dan pak RW beserta wargapun mulai memasang ajian pendengaran mereka masing-masing, terdengar suara mbah Qodim yang tenang, "Mari mas-mas, kita mengobrol dengan santai ya, agar berkah apa yang kita obrolkan"

Abu,: "Begini mbah, saya sudah keliling-keliling dari wilayah satu ke wilayah lain, mencari sebuah jawaban tentang sesuatu yang selalu ada di benak saya, saya tidak akan berhenti sebelum mendapatkan sebuah jawaban yang bisa kami jadikan pertimbangan"

Mbah Qodim,"Bagus itu mas, kalau boleh mbah tahu apakah yang menjadi pemikiran panjenengan tersebut?"

Abu,: "Begini mbah, kami berdua berniat berjuang untuk Allah, kami berniat mengambil jalan untuk berjihad, walau harga mahal yang akan kami bayar adalah berpisah dengan keluarga kami, yang akan kami tanyakan ke mbah adalah HALAL kah bila kita membom orang kafir, munafikun dan orang jahat lainnya?"

Mbah Qodim mengerutkan dahinya, lalu menyeruput kopinya sambil berkata,:"Sebelum mbah jawab, mbah ingin bertanya sesuatu, orang-orang yang panjenengan bom itu kalau mati masuk kemana kira-kira, ke syurga atau ke neraka?”

Abu (dengan penuh ketegasan),: "Ya sudah pasti masuk neraka mbah!"

Mbah Qodim manggut-manggut,: "Oh begitu, lalu dimana letaknya berjuang untuk Tuhan bila demikian?"

Abu (penuh rasa heran) "Laah kan orang-orang tesebut akan hilang dari muka bumi ini mbah dan tidak membuat kacau lagi ! Sehingga kaum muslimin aman dari tindak jahat mereka!"

Mbah Qodim tersenyum,: "Iya … mbah mengerti mas, tapi kalau orang-orang tersebut di bom bukankah sama saja kita membantu pekerjaan Iblis dong?"

Abu (dengan wajah mulai tegang) "Membantu pekerjaan Iblis bagaimana mbah?"

Mbah Qodim,: "Lah wong tugasnya Iblis itukan menggelincirkan manusia agar masuk ke dalam neraka, jadi kalau kita bom orang-orang tersebut sama saja kita membantu Iblis, padahal Iblis tidak bisa ngebom orang-orang itu…. Anak muda, setahu mbah tugas kita sebagai manusia, salah satunya dalam Kitab Al Quran pada Surat Al Asr adalah saling nasehat menasehati agar kita, saudara-saudara kita dan sahabat-sahabat kita berbuat kebenaran dan memperjuangkan kesabaran serta mengajak agar kita semua terhindar dari neraka… Itu yang dinamakan tugas kita sebagai manusia yang berjuang untuk Tuhan, kita diwajibkan berusaha untuk menyadarkan mereka dari kekafiran, kemunafikan dan dari kejahatan.”

Abu, :”Tapi mereka sudah menyakiti saudara-saudara muslim kita, mbah!!! Maka kita wajib memenuhi panggilan jihad!”

Mbah Qodim mulai terseyum kecil,:”Hehehe anak muda, coba buka kembali pelajaran tentang Rasulullah SAW, beliau memerintahkan jihad saat dalam situasi peperangan saja, saat kita berhadapan langsung dengan musuh yang sudah siap menyerang ataupun yang sudah menyerang dengan terang-terangan, jadi harus tepat tempatnya … yaitu di tempat yang benar-benar saat ini dalam situasi perang, bila di wilayah yang damai maka Dakwah lisan dan mencontohkan Akhlakul Karimah itu yang dilaksanakan oleh Rasullah SAW… Oh iya, panjenengan sedoyo masih ingin berjuang untuk Tuhan di Negara kita ini?"

Abu (sembari gugup) " Iiii …iyaa, iyaa mbah..."

Mbah Qodim,: "Nah kita mulai berjuang dari sekarang , mari kita mebentuk holaqoh-holaqoh Dzikrullah besama orang-orang di sekitar kita, kita mulai dari seringnya berbagi nasehat dan berusaha berprilaku yang khasanah, dari perjuangan yang kecil ini bila istiqomah kita jalani In Syaa Allah akan semakin besar".

Tangan Abu dikepalkan erat-erat, di dalam hatinya ia berniat "Yaa Allah, hamba ingin berjuang untuk MU, bukan untuk Iblis!".

Lalu dengan ramah kedua orang tersebut tersenyum memandangi mbah Qodim dan warga yang ada di warung mak Narti, yah langkah awal adalah membentuk holaqoh-holaqoh Dzikir (ingat) kepada Allah SWT ingat Perintah-perintah Nya dan ingat untuk menjauhi larangan Nya, tak lama kemudian bibir yang dihiasi jenggot tipis itupun mengalunkan dzikir yang terdengar merdu SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH wa LAA ILAAHA ILLALLAH WALLAHU AKBAR ….lirih … namun membuat siapa saja yang mendengarnya akan menjadi tenang jiwanya.