Srruuuppp kopi panas mulai terseruput .. nikmat … rasanya …. Meminumnya saja mbah Qodim sampai memejamkan matanya ….
“Mbah … sampai segitunya … hehhee terpejam-pejam deh sangking menikmatinya”. Pak RT meledek mbah Qodim.
Mbah Qodim tersenyum “Hehhehe pak RT, kenikmatan itu terkadang justru hadir saat kita menutup mata … contohnya … saat kita menghirup udara segar … nikmatnya … dan mata kita akan menutup untuk memaksimalkan nikmatnya … hehhe saat pak RT ehem-ehem itu juga sampai terpejam-pejam hahhahaa”.
“Ehem-ehem gimana mbah ?” Pak RT memasang wajah sewot.
Mbah Qodim “hehhee maksud mbah pas mencium kening sang istri pak RT… coba diingat-ingat … saat pak RT masuk ke dalam rasa kasih dan cinta tertinggi pak RT pasti akan memejamkan mata … demikianlah … memang banyak sekali kenikmatan yang hanya dirasakan dengan menutup mata”.
“Wealah … kita bahas ayat ke 4 Surat Al Fatihah mbah, nanti malah ngalor ngidul!” pak RW mulai protes.
Mbah Qodim “Bunyinya apa ya pak?”
“Maalikiyau middin, mbah”. Jawab para warga.
Mbah Qodim “Artinya apa?”
“Yang Menguasai hari pembalasan, ada juga yang mentafsirkan yang merajai hari pembalasan atau ada juga yang mentafsirkan Raja di hari kemudian … yah serupa lah mbah.”
Mbah Qodim mulai memandang kopinya “Mengapa Raja di hari kemudian … atau mengapa Allah menegaskan untuk menjadi Penguasa di hari kemudian? Apakah saat ini tidak berkuasa, sehingga DIA harus menjelaskannya melalui ayat ke 4 Surat Al Fatihah ?”
Semua warga semakin merenungi betapa sebagai Muslim banyak sekali yang memang harus dipelajari dari Agama yang disempurnakan langsung oleh Tuhan sekalian alam ini.
Mbah Qodim : “Ingatlah bapak-bapak sekalian, ayat ke 4 ini adalah jawaban secara langsung pada ayat ketiganya … dimana Allah SWT sebagai Tuhan semesta alam masih memberikan KASIH SAYANG NYA yang berupa kesempatan untuk leluasa menentukan kehidupan masing-masing, bahkan dengan masing-masing kadar keilmuannya untuk mengenal sejatinya Penguasa Jagad ini, selama hidup di dunia kita masih diberi kesempatan untuk memiliki Tuhan-tuhan sebagai sesembahan, dari menjadikan harta sebagai Tuhan sampai bertuhankan jabatan… ataupun Tuhan yang didapatkan dari kitab-kitab sebelumnya, namun sebagai hamba maka seharusnya manusia harus melanjutkan pada pelajaran selanjutnya yaitu mengikuti petunjuk-petunjuk terbaru dari Tuhannya, ibarat seorang anak TK bilamana ditanya tentang kenikmatan maka ia akan menjawabnya dengan semua jenis makanan yang enak-enak, lalu ketika memasuki SD ia mulai naik dalam mengenal kenikmatan … mungkin saja bukan lagi makanan tetapi berupa mainan…. lalu SMP … SMA sampai Perguruan Tinggi maka makna kenikmatan yang mereka ketahui akan meningkat pula sesuai dengan wadah penampung keilmuan tersebut, itu mengapa manusia-manusia yang berhenti / putus sekolah keilmuannya hanya sampai distu saja, maka tak segan-segan ia justru menghardik dan mencaci keilmuan dari jenjang diatasnya dengan ketidak percayaan atau lebih tepatnya adalah sebuah keingkaran … seorang yang sudah di tingkat jenjang kuliah … lumrah …bila akan menemui hardikan oleh keilmuan yang berasal dari jenjang smp, semua itu bila saja berita yang disampaikan tidak tepat pada waktunya, maka kita selaku umat Rasul penutup dan Kitab penyempurna tetaplah kedepankan akhlakul hasanah agar Rasul dan Kitab kita dijadikan bahan olok-olokan bagi mereka yang belum pernah membacanya, coba bayangkan bapak-bapak … bila bapak-bapak menjelaskan kepada anak bapak yang masih sekolah di TK bahwa isi perut ibunya ada seorang bayi (calon adik) sehingga perut tersebut menjadi begitu besar, sekali-kali seorang anak tidak akan menerima bahwa isi perut ibunya tersebut berisi janin calon adiknya, anak bapak pasti akan bertanya darimana adiknya bisa ada di dalam perut …. Makannya bagaimana … bernafasnya dari mana … banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang memang sesuai dengan wadah anak bapak dalam menampung keilmuannya… Ingat bapak-bapak jangan sampai semakin banyak orang-orang yang mendustakan Rasul dan kitab kita karena kita selalu berbicara pada fak kita dan meninggalkan pertimbangan wadah mereka … semua itu dikarenakan karena mereka belum sampai pelajaran tersebut”
“Lalu kenapa Allah pada ayat ke 4 ini menegaskan sebagai Raja di hari pembalasan, mbah?” pak RT bertanya
Mbah Qodim, “Karena saat kiamat sudah datang … anggap saja ini adalah masa belajar yang sudah selesai … di hari pembalasan atau hari kemudian … Allah SWT akan menjadi Tuhan Tunggal yang menguasai seluruh pertanggung jawaban makhluk ciptaan Nya … DIA akan mempertanyakan dimanakah Tuhan-tuhan yang mereka sembah sewaktu di dunia ….apakah Tuhan-tuhan yang mereka sembah itu bisa memberikan pertolongan saat itu?? … Allah SWT akan menghukum mereka-mereka yang masih belum menemukan NAMA sesungguhnya Tuhan Sekalian Alam … semua karena mereka ingkar kepada peringatan dan petunjuk-petunjuk yang sudah diberikan secara jelas …. Allah Yang Maha Kuasa … memberikan kesempatan saat di dunia sekarang ini, namun kelak DIA akan menjadi Raja dari segala Raja … Tuhan dari segala Tuhan … disanalah yang tidak bisa mengenal Nya maka akan segera mendapatkan pembalasan …. DIA lah yang menguasai HARI PEMBALASAN …. Tidak ada Tuhan-tuhan yang lain ….Ini mengapa Malikiyaumiddin tertulis setelah Arrahmaanirrahiim”.