Selasa, 24 April 2018
MAKNA AL FATIHAH BAGIAN 3
Mak Narti menghentikan kegiatan cuci piringnya manakala melihat mbah Qodim mulai mendekati warungnya, jurus sambar toples kopi dan gula secara cepat ia lakukan, selanjutnya penyaluran tenaga dalam mulai menimbulkan bunyi dentingan ketika sendok beberapa kali menumbur sisi gelas … jurus andalan mengaduk gelombang air panas menjadi hitam kental memang tidak bisa dipandang remeh oleh sesama pendekar penyaji kopi … suara adukan yang melenting itu masuk ke telinga-telingan para jawara yang sedang duduk bersemadi menunggu wangsit … seketika warga langsung membenahi tempat duduknya masing-masing … seperti biasa mbah Qodim mengucapkan salam lalu duduk diantara para pendekar pilih tanding yang tidak diragukan lagi dalam kemampuan mennguyah pisang goreng, bakwan ataupun tahu isi …
Pak RTpun mengeluarkan jurus pertamanya “Mbah kemarin kan sudah membuka Bismillah .. nah kelanjutannya bagaimana?”
Sambil melirik gerakan mak Narti yang lembut saat meletakkan kopi panas untuknya maka mbah Qodim mulai membuka bibir tuanya “Demikianlah bapak-bapak … jika seorang hamba sudah menemukan pintunya … lalu sejahtera ia dapatkan … dan prilaku welas asihnya sudah mencapai taraf yang tinggi … hamba tersebut akan menemui pengujian yang berupa PUJIAN … padahal jelas ALHAMDULILLAHIROBBIL’ALAMIN itu merupakan kabar yang sejelas-jelasnya bahwa SEGALA pujian itu hak Allah SWT … namun tak sedikit diantara kita yang bila melakukan sesuatu … secara langsung atupun tidak langsung .. ujung-ujungnya mengharapkan pujian … walau dengan embel-embel bingkai penghargaan … yah istilah kasarnya tidak dipuji tidak apa-apa … tetapi … nah ada tetapinya … tetapi ya hargailah usaha saya ini … bla .. bla .. bla … panjang lebar pembelaan namun intinya ia sudah mulai ingin mengambil hak Allah SWT …”
“Jadi kita memang jangan mengharapkan pujian yah mbah, bila ingin menjadi sejatinya seorang hamba?” Tanya pak RW.
Mbah Qodim “Seharusnya demikian pak, namun kelihaian syetan yang memanfaatkan onderdil nafsu di diri kita ini yang sering membuat kita ingin merebut hak Allah SWT … walau sebiji zarahpun ingin mendapatkan kalimat terima kasih saja merupakan awal sebagai cikal bakal atau embrio bibit yang bisa menjadi pohon pencakar langit yang akarnya menancap erat di hati sanubari kita, yah … sebagai manusia memang kita tak luput dari kekhilafan … namun jangan berkecimpung lama di dalam kekhilafan tersebut … mbah beri contoh … seorang ulama berilmu tinggi .. berwawasan luas …. Memiliki santri ribuan … saat ia datang rebutanlah semua santrinya untuk mencium telapak tangan miliknya yang diyakini santri akan mendapatkan berkah dari keilmuannya … eh ada salah satu santri yang tidak mau rebutan dan terlihat enggan mencium tangannya … disitulah lesatan syetan masuk kedalam hati sang ulama … sambil menebar senyumnya … matanya melirik santri tersebut sambil mengguman ‘Santri yang itu sepertinya tidak memerlukan berkah saya’ … nah nah nah … dalam hati sang ulama sudah ada bibit ke AKU an … merasa sebagai seseorang yang bisa memberikan berkah ….padahal BERKAH itu …Allah-lah yang berhak memberinya”
“Jadi mbah …. Apabila seseorang memuji kita apa yang harus kita lakukan? Karena saat ini, kita sebagai manusia tak luput dari memuji dan dipuji … ” Pak RT bertanya lirih
Srruuupppp … kopi panas mulai terlihat menimbulakan bunyi … “Injih … kita mulai membuka penglihatan dari sisi lainnya … memang hakikatnya PUJIAN itu adalah HAK Allah Azzizul Jabbar … namun sering sekali kita melihat banyak sahabat-sahabat kita memuji sesamanya … baiklah … Matahari itu sumber cahaya … namun saat malam bulan bisa memancarkan serapan cahaya tersebut … artinya DZATULLAH … yaitu Sang Kholiq … akan memiliki Sifatullah … yang namanya makhluk … termasuk kita ini bapak-bapak … maka sebenarnya kita adalah sifatullah yang sedang dalam Af’alullah … perbuatan Allah … dengan melahirkan hikmah Sirrullah … Rahasia Allah … dan takkala hakikat pujian tadi kita renungkan ternyata pancarannya akan terbagi 4 macam..”.
Pak RT mulai sedikit tegang “4 macam mbah?”
Mbah Qodim “Iya bapak-bapak .. Pujian itu ada 4 … yang pertama … Puji Quddus ala Quddus … makhluk memuji makhluk … contoh .. pak RT itu rajin sekali, ganteng, murah senyum dan tidak sombong … nilai pujian yang dilakukan disini tidak akan sampai pada perbandingan kepada Allah SWT … maksudnya kan tidak mungkin si pemuji bilang pak RT lebih ganteng daripada Allah SWT … jadi hanya sebatas makhluk … atau manusia memuji kekuatan gajah … kan tidak mungkin langsung membandingkannya dengan Sang Penguasa Jagad ini …. Namun walau ini termasuk pecahan pujian tetap saja orang yang dipuji di dalam hatinya yang paling dalam mengembalikan pujian tersebut kepada Allah SWT … maka dalam riwayat .. Sayyidina Umar Bin Khotob pernah berkata ia lebih memilih di cambuk oleh 1000 x cambukan daripada di puji walau sekali … demikianlah contoh Akhlakul Khasanah yang luar biasa dari Sahabat-sahabat Rasulullah …”
Mbah Qodim lalu menyeruput kembali kopinya “Yang kedua Puji Quddus ala Qodim … Makhluk memuji Tuhannya ini banyak sekali dan harus sesering mungkin kita lakukan .. contohnya yah SubhanAllah .. Alhamdulillah dsb… lalu yang ketiga Puji Qodim ala Quddus … nah … ini merupakan Sirrullah … Rahasia Allah … dimana Allah memuji makhluk Nya … mungkin saja karena makhluknya penyabar … taat kepada orang tua, rajin sholat tahajjud tanpa ingin dilihat orang dan lain-lain lah … namun yang bisa kita lihat nyata saat Allah memuji hamba Nya yaitu bagaimana Firman Nya terlulis jelas memuji Nabi Muhammad SAW … Lihat QS An Najm .. 2 .. 3 .. 17 .. dsb atau pada QS As Syahr ..1 … 4 dsb juga pada QS At Taubah .. banyak deh yang terlihat nyata …”
“Yang ke empat mbah?” Pak RT mulai lega karena selama ini pak RW selalu meledeknya dengan pujian-pujian kecil
Mbah Qodim ..”Puji Qodim ala Qodim … bukan nama mbah ini ya … mbah Qodim serius memandang warga … yaitu Allah memuji diri Nya sendiri … bapak-bapak silahkan lihat Asmaul Husna … renungkan lah … betapa semua itu adalah Pujian bagi Allah Yang Maha Perkasa … dan untuk yang ini adalah hak preogratif Allah SWT … nah bapak-bapak .. seperti biasa … bapak-bapak cermati renungkan sendiri-sendiri agar jiwa dan fikiran bapak-bapak semakin berkembang, mbah pamit dulu … Assalamu’alaikum “
Wargapun serentak menjawab “Wa’alaikumussalaam”.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar