Kamis, 09 Oktober 2014

SEBUAH ENERGI DALAM PELUKAN



Oleh : Ketenangan Cakra Jiwa ( Syajaratul Yaqin )

Suatu hari di gua Hira, Muhammad SAW tengah ber’uzlah, beribadah kepada Rabbnya. Telah sekian hari beliau lalui dalam rintihan, dalam doa, dalam puja dan harap pada Allah Yang Menciptanya.

Tiba-tiba muncullah sesosok makhluk dalam ujud sesosok laki-laki. “Iqra!” katanya.
Muhammad SAW menjawab, “Aku tidak dapat membaca!” Laki-laki itu merengkuh Muhammad ke dalam pelukannya, kemudian mengulang kembali perintah“Iqra!”

Muhammad SAW memberikan jawaban yang sama dan peristiwa serupa pun terulang hingga tiga kali. Setelah itu, Muhammad SAW dapat membaca kata-kata yang diajarkan lelaki itu. Di kemudian hari, kata-kata itu menjadi wahyu pertama yang yang diturunkan Allah kepada Muhammad SAW melalui Jibril, sang makhluk bersosok laki-laki yang menemui Muhammad SAW di gua Hira.

Sepulang dari gua Hira, Muhammad SAW mencari Khadijah isterinya dan berkata, “Selimuti aku, selimuti aku!”. Ia gemetar ketakutan, dan saat itu, yang paling diinginkannya hanya satu, kehangatan, ketenangan dan Kepercayaan dari orang yang dicintainya. Belahan jiwanya. Isterinya. Maka Khadijah pun menyelimutinya, memeluknya dan mendengarkan curahan hatinya. Kemudian ia menenangkannya dan meyakinkannya bahwa apa yang dialami Muhammad bukanlah sesuatu yang menakutkan, namun amanah yang akan sanggup ia jalankan.

Salah satu pengakuan dari Jamaah Ketenangan Cakra Jiwa ….Suatu hari dalam sebuah pelajaran mengenali diri. Sang Guru tengah mengajarkan berbagai terapi penyembuhan permasalahan kejiwaan. Dari semua terapi yang diberikan, selalu diakhiri dengan pelukan, baik antar sesama Jamaah maupun oleh Sang Guru (kusus  sesama jenis).

Menurut jamaah, pelukan adalah sebuah terapi paling mujarab hampir dari semua penyakit kejiwaan dan emosi. Pelukan akan memberikan perasaan nyaman dan aman bagi pelakunya. Pelukan akan menyalurkan energi ketenangan dan kedamaian dari yang memeluk kepada yang dipeluk. Pelukan akan mengendorkan urat syaraf yang tegang. Rizal yang saat itu menjadi salah satu jamaah, mencoba menerapkan metode pelukan kepada istrinya. Dari hal tersebut, di kemudian hari memberikan perubahan besar dalam stabilitas emosi dan kejiwaannya.

Apa yang Rizal inginkan pertama kali ketika ia sedang bersedih, marah atau apapun yang secara emosi mengguncang perasaannya?
 
Dipeluk Istri.

Yaah… Pelukan itu akan menenangkannya, membuat ia nyaman dan tenang kembali. Apa yang Rizal dan istrinya lakukan setelah cekcok pendapat? Saling memeluk. Pelukan itu akan menurunkan tensi emosi di antara mereka. Pelukan itu akan merekatkan kembali ikatan cinta di antara mereka setelah luka dan kecewa yang sempat tertoreh.
Pelukan itu, akan membuat kehidupan rumah tangga Rizal dan Istrinya menjadi semakin mesra. Segala sedih, segala marah, segala kecewa, dan segala beban hilang oleh kehangatan pelukan. Pelukan itu, kemudian tidak hanya berlaku ketika Rizal terguncang secara emosi. Setelah setahun lebih mereka menikah, pelukan telah menjadi satu kebiasaan dalam hari-hari mereka.

Hal pertama yang Rizal lakukan ketika tiba di rumah sepulang dari bekerja atau dari bepergian adalah memeluk istrinya. Memeluknya erat-erat. Itu saja. Tak Lebih.
Hal pertama yang Rizal inginkan ketika ia bangun dari tidur adalah memeluk dan dipeluk oleh istrinya. Memeluknya kuat-kuat. Itu saja. Bukan yang lainnya.

Jika mereka bangun pada jeda waktu yang tak sama, maka ‘hutang’ kebiasaan itu dilakukan setelah shalat lail atau shalat subuh.


Jika mereka tidur di kamar yang berbeda, biasanya menjelang subuh atau habis shubuh, salah satu dari mereka akan menyusul ke tempat yang lainnya. Hanya untuk satu hal saja: memeluk dan dipeluk. Saat malam menjelang tidur, mereka terbiasa tiduran dan saling memeluk, berlama-lama sambil berbincang tentang aktifitas mereka masing-masing seharian.

Ada kata-kata yang minimal tiga kali sehari saya ucapkan kepada Istrinya, “I Love U” dan “Minta peluk!” Rasanya ada yang kurang jika kekurangan pelukan dalam sehari. Pelukan memberinya rasa aman dan nyaman. Pelukan, Rizal rasakan memberikan kehangatan yang tak tergantikan oleh apapun.

Pelukan kepada orang yang kita cintai (halal) membuat kita merasa istimewa.
Pelukan memanjakan sifat kekanak-kanakan yang ada dalam diri kita. Pelukan membuat kita lebih merasa akrab dengan keluarga dan teman-teman. Kalau kita telaah pelukan membuktikan dapat menyembuhkan masalah fisik dan emosional yang dihadapi manusia di zaman serba stainless steel dan wireless ini.


Bukan hanya itu saja, para ahli mengemukakan bahwa pelukan bisa membuat kita panjang umur, melindungi dari penyakit, mengatasi stress dan depresi, mempererat hubungan keluarga dan membantu tidur nyenyak (The Aladdin Factor, Jack Canfield & Mark Victor Hansen). Helen Colton, penulis buku The Joy of Touching juga menemukan bahwa ketika seseorang disentuh, hemoglobin dalam darah meningkat hingga suplai oksigen ke jantung dan otak lebih lancar, badan menjadi lebih sehat dan mempercepat proses penyembuhan.
 
Maka bisa dikatakan bahwa pelukan bisa menyembuhkan penyakit “hati” dan merangsang hasrat hidup seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dikeluarkan oleh jurnal Psychosomatic Medicine, pelukan hangat dapat melepaskan oxytocin, hormon yang berhubungan dengan perasaan cinta dan kedamaian.

Hormon tersebut akan menekan hormon penyebab stres yang awalnya mendekam di tubuh. Hasil hasil penelitian tersebut, memberikan keterangan ilmiah atas kecenderungan dalam diri setiap manusia untuk mendapatkan ketenangan dan kehangatan melalui pelukan.

Penelitan tersebut memberikan fakta ilmiah atas besarnya energi yang dapat disalurkan melalui pelukan.

Sayangnya, banyak dari kita dibesarkan dalam rumah yang di dalamnya pelukan adalah sesuatu yang tidak lazim, dan kita mungkin merasa tidak nyaman minta dipeluk dan memeluk. Kita mungkin pernah digoda sebagai “si anak manja” jika sering memeluk atau dipeluk Ayah, Ibu atau saudara kandung kita.

Dan jadilah kita atau remaja-remaja kita saat ini, tumbuh dengan kekurangan energi pelukan. Bisa jadi, kekurangan energi pelukan oleh keluarga dan orang yang dicintai  ini adalah termasuk salah satu faktor yang menyebabkan maraknya kasus ketidakstabilan emosi manusia seperti yang terjadi belakangan ini: tingginya angka kriminalitas dan narkoba pada golongan anak dan remaja, kesurupan di berbagai sekolah dan sebagainya.
Dan bisa jadi, sesungguhnya solusi untuk mengurangi berbagai permasalahan itu sebenarnya sederhana saja: Pemberian pelukan kasih sayang yang banyak kepada anak-anak dari orang tuanya.

Bukankah Rasulullah sangat gemar memeluk isteri, anak, cucu, dan bahkan anak-anak kecil di lingkungannya dengan pelukan kasih sayang?
Bahkan pernah ada satu kisah ketika Rasulullah mencium dan memeluk cucunya, seorang sahabat menyatakan bahwa hingga ia punya 10 orang anak, tak satu pun yang pernah ia curahi dengan peluk cium.

Rasulullah bersabda, “Sungguh orang yang tidak mau menyayang (sesamanya), maka dia tidak akan disayang.” (riwayat Al-Bukhari)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar