Oleh : Ketenangan Cakra Jiwa (
Syajaratul Yaqin )
Laporan adalah informasi, laporan bisa disampaikan secara tertulis maupun lisan. Pada instansi resmi biasanya laporan disampaikan secara tertulis bahkan seringkali harus dipresentasikan atau diexpose. Laporan biasanya juga diminta secara periodik seperti harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Laporan ini dibutuhkan untuk mengevaluasi kinerja suatu kegiatan atau aktivitas terhadap objek tertentu. begitulah defenisi singkat saya tentang laporan.
Dalam hubungan manusia dengan Tuhan dalam konteks hamba dengan Khalik, mutlak diperlukan laporan yang lebih intens oleh si hamba kepada Tuhan, kapan saja, dimana saja dan tentang apa saja yang ingin dilaporkan tanpa ada suatu batasan apapun mengenai waktu, tempat, objek yang dilaporkan dan tanpa harus melewati protokoler apapun untuk melapor kepada Tuhan.
Perbedaan antara laporan manusia dengan manusia dan laporan antara manusia dengan Tuhan adalah, kalau laporan manusia dengan manusia biasanya yang meminta laporan adalah atasan anda, atasan anda yang meminta laporan anda untuk melihat kinerja anda sedangkan laporan manusia dengan Tuhan adalah atas inisiatip anda sendiri karena andalah yang butuh ”melaporkan” itu, bukan Tuhan.
Melapor kepada Tuhan tentulah berbeda dengan laporan komandan upacara kepada inspektur upacara. Laporan kepada inspektur upacara itu mirip mirip membentak. ’Lapor! Upacara siap untuk dilaksanakan! Laporan selesai!’ begitulah saya membentak kepala sekolah kami pagi senin itu dan beliau langsung menimpali ’laksanakan!’. Melapor kepada Tuhan tentulah di awali dengan puji pujian dulu seperti ’segala puja dan puji bagiMu Tuhan.., Engkau maha pengasih lagi maha penyayang… dan seterusnya.. dan sebagainya… kalau diterjemahkan dalam bahasa arab sperti ini ’alhamdulillahirrabbil ’alamin.. Arrahmannirrahim.. dst.., dsb.., itupun kalau anda orang arab, kalau bukan pakailah bahasa yang anda mengerti lalu di tambah dengan bersholawat kepada Rosulullah SAW.
Melapor itu lebih mirip sharing (berbagi) daripada berdoa. Sharing itu akrab layaknya anda dengan orang orang terdekat anda ketika anda minta pendapat, ada komunikasi dua arah yang terjadi.
Contoh, dikisahkan ketika istri terakhir Nabi Ayub AS meninggalkan beliau karena tidak tahan menyertai Nabi yang sedang menerima cobaan Tuhan bertubi tubi dan berkepanjangan, Nabi Ayub AS berkata kepada istrinya ’kalau engkau kembali kepadaku, aku akan menderamu 100 kali. Ketika cobaan Tuhan mereda, kesehatan Nabi Ayub AS membaik diikuti dengan kepulihan ekonomi beliau dan menjadi kaya lagi, sang istri terakhir pun kembali kepada beliau, pada saat itulah Nabi Ayub AS kebingungan dan melapor kepada Tuhanya. Tuhan, aku harus melaksanakan janjiku menderanya 100 kali tapi aku tidak tega, kemudian Tuhan memberikan solusi dan berfirman kepadanya ’Ambillah seratus lidi dan kumpulkanlah lidi lidi itu kemudian pukulkan sekali ke tubuh istrimu’. Sungguh Ayub telah mendapat pencerahan luar biasa ketika Ayub yang berkonsep 1 x 100 kebingungan dan Tuhan menawarinya konsep 100 x 1 dengan hasil yang sama tetapi memberikan efek yang jauh berbeda. Inilah gunanya melapor.
Lalu seberapa pentingkah melapor kepada Tuhan? Saudara, semua orang tahu kalau bersetubuh itu haram meskipun dengan istri sekalipun selama berpuasa. Ketika bulan Ramadhan saat Nabi Muhammad SAW sedang duduk duduk dengan para sahabat, ada seseorang yang datang kepada Rasulullah melapor dan terjadilah ilustrasi dialog kira kira seperti di bawah ini :
Orang melapor ; ya Rasulullah, saya tidak tahan ya Rasulullah, saya telah menggauli istri saya
Rasulullah ; “Merdekakan olehmu seorang budak”
Orang melapor ; “Saya tidak punya uang ya Rasulullah”
Rasulullah ; “Ganti puasamu dengan puasa 60 hari berturut turut pada bulan yang lain”
Orang melapor ; “1 hari saja saya tidak mampu ya Rasulullah, bagaimana saya mampu puasa 60 hari berturut turut?”
Rasulullah ; “Kalau begitu berilah makan 60 orang fakir miskin”
Orang melapor ; “Saya orang miskin ya Rasulullah, saya tidak mampu memberi makan fakir miskin”
Rasulullah ; “ya sudah, bagikan ini kepada orang miskin di tempatmu (sambil nabi memberikan sekeranjang kurma kepada orang melapor tadi)”
Orang melapor ; “ya Rasulullah, saya adalah orang termiskin di tempat saya.”
Rasulullah ; “ya sudah, bawalah pulang anggur itu untukmu”
Orang melapor ; “Terima kasih ya Rasulullah..”
Saudara, kalau lah kita ada di selingkar duduk Nabi pada saat itu mungkin kita sendiri akan iri sambil berguman ’ini orang sudah melakukan kesalahan kok malah dapat hadiah pula?!!’. Akhirnya halal haram boleh atau tidak menjadi tidak penting lagi disini, yang penting adalah MELAPOR! Kalau orang yang melapor tadi tidak tahu Tuhan dia melapor saja kepada Nabi, ketika Nabi tidak memberi sanksi apapun dan malah memberi hadiah kepada si orang tadi, itu sudah menjadi tanggung jawab Nabi lah kepada Tuhan.
Saudaraku,
Melaporlah pada saat senang agar Tuhan juga mau mendengar laporan kita pada saat susah
Melaporlah pada saat banyak uang agar Tuhan juga mendengar laporan pada saat kita tak punya uang
Melaporlah pada saat bahagia agar Tuhan menemani kita pada saat sengsara...
Melaporlah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar