Ketenangan Cakra Jiwa
FOTO DI ATAS HANYALAH ILUSTRASI
Malam itu, Piso Jalak bersama para pelacur kelas tinggi sedang berbincang di hotel bintang lima. Di bulan suci, apa yang mereka inginkan? Ya, mereka juga pasti ingin hari raya, pulang kampung dengan membawa oleh-oleh. Di antara mereka banyak yang libur melacur, hanya minta kiriman lewat ATM para pelanggannya. Ada pula yang masih ngebut mencari “Tumpangan” layaknya angkot. Ada pula yang sudah berjanji, selepas lebaran, dunia kelam akan ditutup selamanya dalam hidupnya. Macam-macamlah.
Piso Jalak bercerita banyak tentang sejarah pelacuran di dunia,sampai profil-profil pelacur hingga seorang pelacur yang menjadi permaisuri raja, dan sempat menyelamatkan negrinya. Tak kurang pula bagaimana Piso Jalak mengisahkan tobatnya para pelacur dan sejumlah pelacur yang memondokkan anaknya di pesantren, walau uangnya dari hasil pelacuran.
“Malam ini kita akan lanjutkan ziarah bersama ke sebuah makam seorang perempuan mulia di mata Allah tapi hina di mata manusia…”
“Apakah dia seorang penjahat? Koruptor? Kanibal? Atau…? Seperti kita-kita ini, Mas? tanya salah satu hostes di hotel itu.
“Ya, Anda tebak sendiri. Kita kesana, kita bacakan tahlil dan berdoa bersama?”
Para pelacur itu sepertinya sudah mengerti siapa yang akan di ziarahi itu. Wajah-wajah mereka mengekspresikan pancaran yang beragam. Ada yang kelihatan pucat pasi, ada pula yang gembira, ada yang menunduk, ada pula yang langsung menitikkan air mata.
“Bagaimana kisahnya Mas Piso Jalak, kok sampai dia begitu mulia di hadapan Allah? Apakah kita-kita ini yang sangat kotor juga bisa?”
Mata Piso Jalak menerawang jauh. Lalu ia kisahkan tentang kehidupan pelacur itu. Ia adalah seorang hostes yang sangat cantik dan sangat laris. Semua orang di Jakarta yang hobi berselingkuh dengan dunia perempuan tahu namanya. Begitu juga orang-orang di kampungnya tahu profesinya. Makanya, ketika tiba-tiba meninggal dunia, hampir tak ada yang mau mnguburnya. Sanak saudaranya juga tidak jelas. Akhirnya pelacur ini dikubur saja asal-asalan, di kubur dekat sungai, yang tempatnya jauh dari kuburan umum. Masyarakat merasa jijik dan sekaligus menjadikan momentum, agar dikenang, bahwa seorang pelacur kalau mati tidak akan dikubur di makam umum. Mungkin masyarakat mau menghukum pelacur ini.
Sepuluh tahun kemudian, tiba-tiba ada proyek pelebaran sungai. Tentu kuburan pelacur ini akan digaruk begitu saja. Benar, ketika kuburan pelacur itu di buldoser, tiba-tiba buldosernya macet, dan berulang kali demikian. Akhirnya seorang kyai di kampung itu datang bersama masyarakat untuk mengeduk kuburan itu. Apa yang terjadi? Mereka semua terkejut setangah mati ketika melihat mayat pelacur sepuluh tahun yang lalu masih utuh, kafannya masih bersih, kulitnya masih mulus. Mereka terhenyak dan hampir semua yang melihat disana menangis, memohon ampun kepada Allah atas dosa dan penghinaan yang mereka lakukan selama itu. Akhirnya di kuburkan di makam umum, dihormati layaknya orang yang lain.
Piso Jalak terdiam sejenak hampir tersedak suaranya. Sementara para pelacur lainnya itu, sudah saling berpelukan menahan tangis atas kisah tragis itu.
“Apa yang dilakukannya selama jadi pelacur Mas?”
“Saya tidak tahu. Mungkin hatinya tidak pernah melacur, jiwanya untuk Allah. Dan setiap dia melacur dia hanya ingat Allah, bahkan menjerit-jerit. Saya dengar dari dunia waktu yang saya tembus, melihat dia menjelang meninggalnya menangis sampai kering air matanya dan menjerit sampai pingsan atas pertobatannya, sampai wafatnya… Allah mengampuni segala dosanya yang telah lalu. Saya merasa mendengarkan munajatnya begini:
“Yaa Allah, Engkau tahu aku hamba yang Engkau Ciptakan dan Engkau pun tahu aku seperti ini tidak lepas dari Takdir-Mu. Kini aku hanya ingin kembali kepada-Mu, setelah seluruh isi makhluk-Mu tidak ada yang menjadi harapanku. Kalau seluruh makhluk-Mu saja mencaciku, menghinaku, menghempaskanku, lalu Engkaupun juga hendak membuangku, maka siapa lagi yang bakal menerima hamba yang hina ini Yaa Allah… Padahal Engkaulah satu-satunya harapanku… Karena itu terimalah aku di Pangkuan-Mu ya Allah…”
Hotel berbintang itu seakan-akan mau roboh mendengar kisah Piso Jalak, karena setelah kisah itu diuraikan, berurai pula air mata dan jeritan para pelacur itu…
RENUNGKAN
Bukti-bukti kecintaan Allah SWT kepada para hamba-Nya, sebagaimana disebutkan di dalam Alquran, amatlah banyak. Di antara bukti yang paling penting adalah penerimaan Allah SWT atas tobat para pelaku maksiat, pengampunan-Nya atas dosa-dosa mereka, keridhaan-Nya kepada mereka dan kecintaan-Nya kepada mereka setelah sebelumnya Dia membenci mereka. Allah SWT berfirman (yang artinya): Memohon ampunlah kalian kepada Tuhan kalian karena sesungguhnya Dia Maha Pengampun (QS Nuh: [70]: 10);
Siapa saja yang melakukan kesalahan atau menzalimi dirinya sendiri, kemudian ia memohon ampunan kepada Allah, pasti ia akan mendapati Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang (QS an-Nisa’ [4]: 110);
Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas atas diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus-asa terhadap rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa seluruhnya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS az-Zumar [39]: 53);
Sesungguhnya Tuhanmu adalah pemilik ampunan bagi manusia yang telah menzalimi diri mereka sendiri (QS ar-Ra’du [13]: 6);
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri (QS al-Baqarah [2]: 222).
Allah adalah Maha Penerima tobat. Ampunan-Nya amat luas. Karena itu, tidak seorang pun layak berputus asa dari rahmat dan kasih-sayang Allah SWT. Tangan Allah SWT selalu terbuka bagi orang-orang yang mau bertobat dan kembali kepada-Nya. Karena itulah, seseorang tidak selayaknya mendahului Allah SWT dengan menyatakan kepada pelaku dosa bahwa Allah SWT tidak akan mengampuni dosanya. Rasulullah SAW sebagaimana dituturkan oleh Jundab ra, pernah bersabda, “Sesungguhnya pernah ada seseorang berkata, ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.’ Lalu Allah SWT berfirman kepada orang itu, ‘Siapakah yang telah bersumpah atas nama-Ku dengan menyatakan bahwa Aku tidak akan mengumpuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengumpuni dia dan membatalkan amal kamu.’” (HR Muslim).
Abu Musa al-Asy’ari ra juga menuturkan bahwah Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah selalu membentangkan tangannya pada siang hari untuk menerima tobat para pelaku dosa pada malam harinya. Allah pun selalu membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima tobat para pelaku dosa pada siang harinya.” (HR Muslim).
Rasulullah SAW yang terpelihara (ma’sum) dari dosa sekalipun tetap memohon ampunan kepada Allah SWT, sebagaimana sabda beliau, “Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampunan kepada Allah SWT dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR al-Bukhari).
Yaa Allah berilah hidayah di hati kami agar senantiasa memohon ampun dan bertobat kepada Mu … Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar