Kamis, 09 Oktober 2014

HIKMAH



Oleh : Ketenangan Cakra Jiwa ( Syajaratul Yaqin )


Hikmah - ialah ilmu di dalam ilmu, .... ilmu yang tidak terdapat di dalam kitab. Artinya orang yang di beri hikmah itu diberi faham oleh Allah sehingga dia faham jalan fikiran, hati, ruhani, atau bathin .

Dia faham hal-hal ruhani, nafsu, ruh, dan akal manusia .. artinya orang yang mendapat ilmu hikmah ini, dia diberi ilmu dan kefahaman oleh Allah secara langsung melalui ilham.

Dalam ayat lain Allah berfirman :



Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. QS. Al-'Ankabuut (Al-'Ankabut) [29] : ayat 43

Inilah ilmu hikmah atau kefahaman yang Allah beri secara langsung ke dalam hati kita.  Artinya setelah ada ilmu yang asas ( ilmu dasar ), dia diberi ilmu dan kefahaman lain oleh Allah. Ilmu asas mesti ada jika hendak berdakwah atau mendidik orang secara berkesan, para juru dakwah dan para guru semestinya juga harus mendalami ilmu hikmah , agar tidak sekedar ingin mendapat pahala atau sumber kehidupan.

Di sinilah kekurangan para juru dakwah dan pendidik sekarang ini. mereka tidak di berbekal ilmu hikmah... sebab Allah memberikan ilmu hikmah hanya kepada orang yang bertaqwa. karena tidak ber-hikmah, maka para juru dakwah dan para guru tidak faham jalan fikiran, hati, ruhani, akal, perasaan atau bathin seseorang, sehingga sasaran dakwah dan murid-murid akan sulit untuk di arahkan menuju kepada kebaikan.

Apakah itu Taqwa?
Taqwa bukan sekedar telah mengucapkan 2 kalimah syahadah, sholat, zakat, puasa dan haji saja,.... taqwa adalah himpunan sifat-sifat baik yang ada dalam diri manusia, baik terhadap Allah maupun terhadap sesama makhluk yang semata-mata hanya untuk mencapai ridha dan kasih sayang Allah.

Diantara sifat baik terhadap Allah adalah : rasa berTuhan yang tajam, rasa cinta, takut, rindu, tawakkal, mengharap dengan Allah, rasa di awasi, diperhatikan oleh Allah, melaksanakan semua yang diperintah dan dianjurkan oleh Allah dan meninggalkan semua yang dilarang dan dibenci oleh Allah, semata-mata hanya untuk mencapai ridha dan kasih sayang Allah.

Diantara sifat baik terhadap sesama makhluk dan manusia adalah : pemurah, kasih sayang, bertoleransi, tolong menolong, pemaaf, sabar dan lain-lain yang semuanya dibuat semata-mata hanya untuk mencapai ridha dan kasih sayang Allah.

Galilah sumur-Nya dan temukan air-Nya ...

Apabila Anda menggali sumur, Anda harus menggalinya jauh ke dalam sampai menemukan sumber mata airnya dapatkah sumur itu penuh tanpa mencapai sumber yang dalam itu? Bila Anda bergantung pada hujan atau sumber luar lain untuk mengisi sumur itu, maka air itu hanya akan menguap atau diserap oleh tanah. Lalu, bagaimana Anda dapat membasuh diri Anda atau menghilangkan dahaga Anda? Hanya jika Anda menggali cukup dalam untuk mendapatkan mata air, maka Anda akan sampai pada sumber air yang tak habis-habisnya.

Demikian juga halnya, jika Anda hanya membaca ayat-ayat dari kitab suci, tanpa menggali lebih dalam untuk mencari maknanya, hal itu seperti menggali sebuah sumur tanpa mencapai mata airnya atau seperti mencoba mengisinya dengan air hujan, kedua cara ini tidak akan memadai hanya apabila Anda membuka mata air yang ada di dalamnya dan ilmu Tuhan mengalir dari sana, maka mata air sifat-sifat Tuhan akan mengisi hatimu.

Hanya setelah itu Anda dapat menerima kekayaan-Nya hanya setelah itu Anda akan mendapatkan kedamaian dan ketenangan, kearifan dan ilmu Tuhan ini harus timbul dari dalam diri Anda kisah Tuhan dan doa mesti dipahami dari sisi batin, maka Anda akan memperoleh semua yang Anda butuhkan untuk diri Anda, dan Anda juga akan merasa cukup untuk berbagi dengan orang lain.

Allah Azza wa Jalla berseru kepada hamba-Nya

Wahai hamba !
Engkau tidak memiliki sesuatu apapun
kecuali yang Aku kehendaki untuk menjadi milikmu.
Tidak juga engkau memiliki jiwamu, karena Aku lah Penciptanya
Tidak pula engkau memilik jasadmu, karena Aku lah yang Membentuknya
Hanya dengan pertolongan-Ku engkau dapat berdiri
dan hanya dengan kalimat-Ku engkau datang ke dunia ini.

Wahai hamba !
Katakanlah tiada Tuhan melainkan Allah
Kemudian tegak berdiri di jalan yang benar
Maka tiada tuhan melainkan Aku
Dan tiada pula wujud sebenarnya kecuali untuk-Ku
Dan segala sesuatu yang selain daripada-Ku
Adalah buatan tangan-Ku dari tiupan Ruh-Ku

Wahai hamba !
Segala sesuatu adalah kepunyaan-Ku, bagi-Ku, dan untuk-Ku
Jangan sekali-kali engkau merebut apa-apa yang menjadi kepunyaan-Ku
Kembalikan segala sesuatu kepada-Ku
Niscaya akan Ku buahkan pengembalianmu dengan tangan-Ku
Dan Ku tambahkan padanya dengan kemurahan-Ku
Serahkan segala sesuatu kepada-Ku
Niscaya Ku selamatkan engkau dari segala sesuatu

Ketahuilah, bahwa hamba-Ku yang terpercaya
Adalah yang mengembalikan segala yang selain-Ku kepada-Ku
Tengoklah dengan pandangan yang tajam kepada-Ku
Bagaimana caranya Aku melakukan pembagian
Niscaya engkau akan melihat bahwa pemberian dan penolakan
Merupakan dua bentuk yang dinamakan
Agar dengan demikian engkau dapat mengenal Aku

Wahai hamba!
Sesungguhnya engkau telah melihat Aku sebelum dunia terhampar
Dan engkau mengenal siapa yang engkau lihat
Dan hanya kepada-Ku lah engkau akan kembali

Kemudian Aku ciptakan segala sesuatu untukmu
Dan Aku labuhkan tirai hijab atasmu
Lalu engkaupun tertutup dengan tirai dirimu sendiri
Kemudian Aku menghijab engkau dengan diri-diri yang lain
Yang mana diri-diri yang lain itu menyeru kepadamu
Juga pada dirinya masing-masing
Sehingga menjadi penghijab-penghijab daripada-Ku

Setelah kesemuanya itu
Maka Aku pun kembali menyata dibalik kesemua itu
Dan dari balik semua itu Ku perkenalkan kembali Diri-Ku
Ku katakan kepadamu bahwasannya Aku lah Maha Pencipta!

Aku yang mencipta semua itu
Dan bahwasannya Aku menjadikan engkau khalifah atas kesemuanya itu
Dan ketahuilah bahwa kesemuanya itu adalah amanah (titipan) pada sisimu
Dan diwajibkan bagi si pengemban amanah untuk mengembalikannya

Maka telitilah dirimu
Setelah engkau mempercayai-Ku
Sudahkah engkau mengembalikan segala sesuatu itu kepada-Ku?
Sudahkah engkau memenuhi perjanjian yang telah engkau buat dengan-Ku?

Wahai hamba!
Aku ciptakan segala sesuatu itu untukmu
Maka bagaimana Aku akan rela
kalau engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu itu
Sesungguhnya aku melarang engkau untuk menggantungkan dirimu
Pada sesuatu selain-Ku
Karena Aku adalah pencemburu padamu
Dan karena Aku pencemburu padamu

Wahai hamba !
Aku tidak rela engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu
Walaupun harapanmu akan surga sekalipun
Karena sesungguhnya Aku ciptakan engkau hanya untuk-Ku
Supaya engkau berada disisi-Ku
Disisi yang tiada sisi
Dan dimana yang tiada mana

Ku ciptakan engkau atas pola gambaran-Ku
Seorang diri, tunggal, mendengar, melihat
dan berkemauan serta berbicara
Dan Aku jadikan engkau mempunyai kemampuan
untuk tajallinya nama-nama-Ku
dan tempat untuk pemeliharaan-Ku

Engkau adalah sasaran pandangan-Ku
Tiada dinding penghalang yang memisahkan
Antara-Ku adan antaramu
Engkau teman duduk semajlis dengan-Ku
Maka tiada pembatas antara Aku dan engkau

Wahai hamba !
Tiada antara-Ku dan antaramu
Aku lebih dekat daripada dirimu sendiri
Aku lebih dekat dari ucapan lisanmu
Maka pandanglah Aku
Karena Aku senang memandang kepadamu


Kita mengenal istilah Iman, Islam dan Ihsan, yang pada hakekatnya adalah suatu proses perjalanan pengalaman keberagamaan kita yang berjenjang dari tingkat Iman, terus ke tingkat Islam dan mencapai puncaknya ke Tingkat Ihsan.

Tingkat pertama yang harus dijalani adalah Tingkat Iman, yaitu dimana seseorang harus mengimani apa yang termaktub dalam rukun iman, yaitu iman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari Kiamat-Nya dan Takdir-Nya.



Iman artinya percaya. Logikanya, keimanan atau kepercayaan itu akan tumbuh dalam diri seseorang, kalau dia sudah membuktikan apa yang di imaninya, inilah yang dinamakan Isbatul Yakin = Keyakinan berdasarkan bukti secara langsung.
Diantara kita kadang mengimani keberadaan rukun Iman itu, hanya berdasarkan kata-kata yang didengar melalui telinga, misalnya dari kecil kita sudah mendengar kata “Allah”, “Malaikat”, “Rasul” dan lain sebagainya, kemudian hal tersebut diyakini keberadaannya, padahal kita selama ini belum pernah melihat Allah, Malaikat-Nya dan Rasul-Nya.
Inilah yang disebut dengan iman berdasarkan pendengaran. Sehingga pengalaman keberagamaan kita hanya sebatas pendengaran saja atau yang disebut dengan Agama Samawi.

Oleh karena itu, marilah kita tingkatkan iman kita dari hanya sebatas mendengar ke tingkatan Iman berdasarkan Isbat, sehingga kita menjadi orang yang shaleh dalam bidang Spiritual.


Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. [ QS Al Haj (22) : Ayat 11 ]

Tingkat kedua yang harus dijalani adalah Tingkat Islam, yaitu dimana seseorang yang telah beriman kepada apa yang termaktub dalam rukun Iman berdasarkan Isbat, mulai menjalankan rukun Islam, yang termaktub dalam rukun Islam yaitu Syahadat, Sholat, Zakat, Shaum dan Haji.

Islam mempunyai arti Damai, Pasrah dan Lunas Hutang. Semua ritual Islam itu pada hakekatnya adalah simbol-simbol yang menjembatani antara dunia spiritual/keimanan ( Keshalehan Spiritual ) dengan dunia Sosial/keihsanan ( Keshalehan Sosial ).

Diantara kita kadang ada yang melakukan ritual Islam yang termaktub dalam rukun Islam, hanya sebatas untuk menggugurkan kewajiban saja, sehingga hakekat tujuan akhir dari simbol-simbol ritual Islam tersebut, tidak tercapai.

Misalkan, kita sering bersyahadat tapi bersyahadat palsu, bersholat tapi tidak terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, berzakat, tapi tidak membersihkan       ( menzakatkan ) diri dari sifat2 tidak terpuji. Bershaum, tapi tidak bisa menahan diri dari perilku negatif. Berhaji, tapi tidak berbuat kemabruran ( Kebajikan ).
Sehingga akhirnya walaupun kita sering melakukan ritual rukun Islam dengan baik dan teratur, tetapi kita tidak juga menjadi orang yang baik ( Ihsan ). Oleh karena itu marilah kita, tingkatkan KeIslaman kita ketingkat yang lebih tinggi yaitu ke Tingkan Ihsan.




Ihsan

Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah swt. Rasulullah Saw. Pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari aqidah dan bagian terbesar dari keislamannya karena, islam di bangun atas tiga landasan utama, yaitu iman, islam, dan ihsan, seperti yang telah diterangkan oleh Rasulullah Saw.dalam haditsnya yang sahih . Hadits ini menceritakan saat Rasulullah Saw. Menjawab pertanyaan malikat jibril – yang menyamar sebagai seorang manusia – mengenai iman, islam, dan ihsan. Setelah jibril pergi, Rasulullah Saw. Bersabda kepada sahabatnya, “ inilah jibril yang datang mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian.” Beliau menyebut ketiga hal diatas sebagai agama, dan bahkan Allah Swt. Memerintahkan untuk berbuat ihsan pada banyak tempat dalam Al-qur’an
 

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.  (Qs Al-baqarah (2) :195)

“ Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan . . . .”(Qs. An-nahl : 90 )

Pengertan ihsan
Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan. Allah Swt. Berfirman dalam Al-qur’an mengenai hal ini.

” Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri . . .”(Al-isra’:7)

“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu . . “(Qs AL-Qashash: 77).

Ibnu katsir mengomentari ayat diatas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh mahluk Allah Swt. Tanpa memandang jenis Agama, Bangsa, Ras, bentuk atau lainnya

Hai sekalian orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara kafah...... ” [ QS : 2 : Ayat 208 ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar