Minggu, 11 November 2018

IQRO


“Eh bapak-bapak, tadi subuh saya lihat mbah Qodim sudah subuhan di mushola” ucap pak RT kepada warga di warung mak Narti.

“Wah berarti mbah Qodim sudah kembali dari safarnya” jawab pak RT.

Tiba-tiba mak Narti teriak histeris “Panjang umuuuuuurrr, itu mbah Qodim!!!” sembari menunjuk sosok tua berjalan santai menuju warung.

Semua warga berteriak semangat “Assalaamu’alaikum mbaaaaaahhhhhh!!!”

Mbah Qodim tersenyum “Wa’alaikumussalaam wa Rohmatullahi wa Barokatuh, hehehe, bapak-bapak sekalian kok sepertinya berlebihan nih?”

Pak RW “Kangen mbaaaaah, banyak kejadian yang perlu kami cerna tetapi mbah malah lama menghilang”.

Mbah Qodim menunduk menyimpan rapat-rapat mimpinya …. Bagaimana selendang berwarna hitam bertuliskan kalimat Tauhid melingkar di lehernya dan berkibar mengikuti lekuk tubuh rentanya “Yaa bapak-bapak, terkadang waktu memiliki tarian tersendiri memainkan irama khasnya”.

Pak RT “Gini mbah, walau sudah lewat dan sudah dianggap reda, kami dari kemarin berselisih faham tentang kejadian menyedihkan, tragedi pembakaran …. Eeeemmm … ada yang bilang itu bendera Tauhid … ada yang bilang itu bendera organisasi terlarang …. Ada yang berpendapat itukan hanya tulisan yang penting maknanya tidak mungkin terbakar … ada pula yang berpendapat itu merupakan penghinaan terhadab simbol-simbol kesucian dan keagungan”.

Mbah Qodim sempat memejamkan matanya berkali-kali, berusaha menahan gejolak hatinya “Enggeh bapak-bapak, akan selalu ada 2 sisi pelengkap dunia, kanan-kiri, siang malam atau halus dan kasar … kita sudah masuk dalam pengayakan hisab dunia, dimanakah seharusnya kita berada … bersatu dalam kelompok-kelompok yang sudah ditaqdirkan oleh Allah SWT”.

Pak RW “Menurut mbah bagaimana?”

Mbah Qodim “Ikuti Al Quran dan Al Hadist bapak-bapak”.

Pak RT “Jadi bagaimana mbah tragedi tersebut kira-kira… benar atau tidak?”

Mbah Qodim “Walau benda tersebut dianggap sebagai sebuah tulisan, namun ingatlah bapak-bapak sekalian, apa makna dan arti dari tulisan itu, karena tulisan itu bisa mewakili wujud nyata atau sesungguhnya… mbah gambarkan … saat kita ujian maka tulisan pada lembar jawaban yang akan kita kumpulkan akan mewakili kemampuan akal dan fikiran kita …. Saat tulisan tilang tertulis pada sebuah lembar kertas maka itu mewakili wujud kendaraan yang disita, saat tulisan sebuah nama di coret atau dimusnakan … maka bisa saja itu mewakili terbuang/matinya sebuah insan …. Dan masih banyak lagi gambaran lainnya”.

Pak RW “Tetapi maknanya kan tidak akan bisa terbakar mbah?”

Mbah Qodim “Yaa, memang demikian, namun membakar sebuah tulisan adalah symbol upaya penentangan dari makna tulisan tersebut dan merupakan sebuah perbuatan perampasan haq, mbah contohkan, apabila karya cipta puisi yang pak RW buat, di bakar oleh seseorang maka perbuatan tersebut sama saja sudah menghina buah karya jiwa pak RW”.

Pak RW “Tapi kemampuan jiwa saya kan gak kebakar mbah!”

Mbah Qodim “Benar, namun perbuatan itu adalah anak tangga menuju terputusnya mata rantai ilmu pak RW yang tidak sampai kepada calon-calon pembaca buah karya pak RW, renungkanlah QS Al Baqoroh ayat 30 …. Yaitu sebab utama musnahnya generasi kholifah sebelum manusia …. Yaah sebelum Nabi Adam AS …. Semua karena kekholifahan sebelum manusia penyebabnya adalah tidak ada TULISAN … hal itulah yang mempercepat musnahnya sebuah generasi …. Maka Allah SWT menurunkan Firman pertama yang berbunyi IQRO (bacalah) …. Apa yang harus dibaca …. Bukankah saat itu Malaikat Jibril sedang tidak sedang membawa tulisan …. Inilah ke Maha Besaran Allah Azizul Jabbar … akan selalu beberapa langkah di depan kejaran kejeniusan akal fikiran manusia …. Renungkan … apabila tiada wakil KALAM ILAHI yang berupa tulisan … maka musnahlah peradapan generasi manusia saat ini …. Menyentuh KALAM/FIRMAN Allah kita semua sangat membutuhkan tulisan … sehingga bisa membedakan ta dengan tha, mengetahui bedanya alif dengan ain, syin dengan shad …tahu apakah itu mim mati atau nun mati bertemu BA (iqlab) walau keduanya akan berbunyi sama ….dan masih banyak contoh lainnya…. maka dari tulisan… kita akan tahu dan merasakan sebuah Mukjizat ataukah hanya sebuah bacaan biasa yang tidak memiliki arti”

Pak RT “Lalu mbah, kalau perbuatan itu maksudnya bukan ke arah yang mbah ucapkan bagaimana?”

Mbah Qodim “ Hmmmm manusia sudah lazim cenderung berbuat dan berusaha untuk melakukan PEMBENARAN namun terkadang tidak mewakili kebenaran …. Hati yang sudah tertimbun banyak debu-debu dosa dan khilaf … akan selalu tersesat dalam bertindak dan berbuat …  jalan satu-satunya yang paling tepat adalah memperbanyak mohon ampun kepada Allah SWT … agar terhindar dari siasat dan tipu daya Dajjal dan pengikutnya, ingatlah …. Tanda-tanda hari akhir yaitu diangkatnya Al Quran dari dunia … ini berlaku juga pada yang berupa tulisan, sehingga putusnya mata rantai GENERASI IMAN … karena Al Quran  di Surat Al Isra ayat 45 tidak langgeng terwariskan di hati dan fikiran generasi penerus karena sudah terangkat kembali ke Arsy Nya”.

“Ajari kami makna Iqro atau membaca tersebut mbah!!” Pak RW berucap lirih

Mbah Qodim memandang wajah warga yang senantiasa berada di dekatnya “Iqro … asal kata qoro’a … yang dapat kita artikan : membaca, meneliti, menganalisa, merenungkan dan lain-lain … Iqro bismi Robbikalladzi kholaq … bacalah … telitilah … analisalah atau renungkanlah dalam kolidor Dzat Allah Sang Maha Pencipta …. Maka hati kita akan jernih membaca situasi saat ini …. Akan berhati-hati karena teliti menganalisa … lalu buah renungan akan menyibak apa-apa yang selanjutnya akan terjadi di kemudian hari…”

Pak RW berdiri seraya menajamkan matanya “Berarti kalau membakar sebuah tulisan yang memiliki makna … itu sama saja sedang menutupi sebuah keadaan agar lengah karena ketelitian hilang dan mengakibatkan mala petaka karena tidak adanya analisa …. Yaaa Allah …. Terakhir ditutup oleh penyesalan yang tiada guna karena semua luput dari renungan mbah?”

Mbah Qodim berdiri lalu meninggalkan warga yang ada di warung mak Narti “Putuskan dimana harusnya kita berada saat kita di ayak saat ini bapak-bapak sekalian, ini adalah mukoddimah sebelum kita dedar makna Laa Ilaaha Illallah .. Muhammadarrasulullah …. Yang selanjutnya dibubuhi KATA persaksian diri … Asyhadu ….”
  


Minggu, 21 Oktober 2018

MENGAPA SETELAH MASUK ISLAM SAYA MERASAKAN BANYAK SEKALI COBAAN



“Assalaamu’alaikum, mbah!!!” teriak pak RT di depan rumah mbah Qodim.
“Wa’alaikumussalaam, eh pak RT, ada apa nih?” Jawab mbah Qodim dengan senyum khasnya.
Pak RT “Itu mbah, di warung mak Narti ada seseorang yang mencari mbah? Dari Palu Sulawesi”
Mbah Qodim mengenyitkan dahinya “Oh, terus gimana, kita kesana atau kita tunggu disini?”
Pak RT “Ke warung mak Narti, mbah?”
Mbah Qodim “Lha kok ke warung mak Narti? Kan tamu mbah?”
Pak RT “Hehehee, sengaja mbah, agar mbah bisa ngopi disana hehehe”.
Mbah Qodim semakin mengerutkan dahinya “Wealah, mau ngajak ngopi kok mekso!!”

Pak RT cengengesan melihat mbah Qodim mulai menutup pintu rumahnya, keduanyapun jalan beriringan, sambil berjalan mbah Qodim berfikir apakah tamunya itu seseorang yang pernah ia kenal saat Allah SWT mempertemukannya dengan sebuah kisah yang unik, yah saat itu mbah Qodim sedang lelap dalam tafakur bagai debu diantara luasnya jagat raya, dalam tafakur itu mbah Qodim melihat kabut putih yang halus bagaikan salju …. Sangking halusnya kabut itu maka siapapun yang melihatnya akan mengira itu adalah bias cahaya … dalam selimut kabut salju tersebut Nampak seorang wanita berambut panjang …. Mengimbangi panjangnya selendang putih yang berkibar bagaikan sayap di tubuhnya yang menerbangkan ia bermain diantara tata surya.

Seorang wanita anggun dengan senyum yang ramah dalam kabut tersebut ternyata seorang Pinandita yang jasadnya sedang melakukan tapa meditasi bersatu dengan alam semesta …. Mempersatukan unsur AUM sehingga menjadi cakra tanah, air, udara, cahaya dan ruang. Dari pertemuan itulah akhirnya mbah Qodim berkenalan, yaa seorang wanita anggun pemilik nama salah satu Dewa/Dewi di khayangan.

Sesampainya di warung mak Narti, mbah Qodim menahan harunya tak kala sebuah salam dengan suara tegas disampaikan kepadanya “Assalamu ‘alaikum wa Rohmatullahi wa Barokatuh!”.

“Wa’alaikumussalaam wa Rohmatullahi wa Barokatuh, habibaty” Jawab mbah Qodim seraya teringat saat wanita tersebut pertama kali berkomunikasi dengannya berkata “Saya mau berkenalan dengan panjenengan dengan satu syarat, tolong jangan Islamkan saya!!”.

Mbah Qodim duduk di bangku biasa, tempat ia menikmati kopi buatan mak Narti, sesekali wajahnya ia tundukkan menghindari betapa ia ingin menangis, bersyukur kepada Allah SWT dengan bertambahnya 1 saudara seiman, ya wanita anggun tersebut mendapatkan hidayah dari Allah SWT dengan memutuskan menjadi muallaf setelah berbagai hantaman mental keluarga dan umat yang harus ia tinggalkan.

Semua warga duduk hidmat melihat perjumpaan dua insan yang bersahabat buah hasil pertemuan meditasi yang lain warna, satu dengan dzikir tafakur dan yang satunya lagi dengan cara meditasi Panca Maya Kosha.

Suasana warung mak Narti akhirnya terlihat sejuk, canda dan tawa serta keramahan terlihat akrab disana.

“Mbah, saya mau Tanya, nggak papa kan walau yang di warung ini semuanya mendengarkan?” Tanya wanita anggun tersebut.

Mbah Qodim “Boten nopo-nopo, semoga menjadi pelajaran dan hikmah untuk kita semua”.

Wanita muallaf “Begini mbah, saya sudah menemui banyak kiai dan ustadz, atas minimnya ilmu yang baru saya pelajari, hampir semua jawaban yang saya terima  itu maknanya sama, namun bagi saya kok masih mengganjal saja di dalam hati, seolah-olah belum klimaks pada apa yang saya harapkan”.

Mbah Qodim “Tentang apa pertanyaan itu, mbak?”

Wanita Muallaf “Begini mbah, Islam itu agama Rohmatan lil ‘alamin, dengan banyak sekali tekanan baik dari keluarga dan saudara seiman saya dulu, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti kata hati saya, anehnya setelah saya masuk ke dalam agama mulya ini, langkah rejeki saya semakin sulit, banyak hambatan dan cobaan dalam kehidupan saya, mengapa itu harus terjadi mbah?”

“Apa jawaban dari para kiai dan ustadz yang panjenengan Tanya?”  Mbah Qodim memandangi wanita tersebut dengan lembut.

Wanita Muallaf “Yaa semuanya memaknai bahwa saya sedang diuji dalam kesungguhan sebagai muslimah, saya memeluk agama ini kekeh atau tidaknya terlihat dari cobaan-cobaan yang semakin deras melanda saya belakangan ini, bahkan banyak dalil yang sudah disuguhkan kepada saya sebagai bukti bahwa ujian itu harus saya jalani?”

Mbah Qodim menghela nafasnya “Lalu apa yang menjadi ganjalan bagi mbak?”

Wanita Muallaf “Hati saya hanya bertanya-tanya, bukankah ujian yang banyak itu sudah saya hadapi sebelum saya masuk agama Islam, baik dari dalam diri saya ataupun orang-orang sekitar saya, mengapa harus ada ujian selanjutnya, bukankah ujian itu untuk membuktikan lulus atau tidaknya sebuah tekad yang kita perjuangkan?”

Mbah Qodim memejamkan matanya  “Jawaban beliau-beliau memanglah seharusnya demikian mbak, itulah kapasitas mereka yang harus mereka ucapkan”.

Wanita muallaf “Sekarang saya ingin jawaban mbah!!, semoga bisa menenangkan dan meredakan sisa-sisa gejolak di dalam hati saya”.

Mbah Qodim bukannya menjawab, ia mulai menyeruput kopi buatan mak Narti, “Ayo bapak-bapak, monggo disambi”.

Semua orang yang sudah mengerti prilaku mbah Qodimpun mengikuti ajakan mbah Qodim seraya curi-curi pandang ke wajah cantik yang menunggu jawaban tua renta di depannya.

Mbah Qodim “Dulu, mbah pingin sekali masuk tentara, atas kemauan sendiri.... keluarga, teman bahkan orang-orang dekat sudah mengingatkan, jadi anggota tentara itu susah, bahkan konsekwensinya adalah siap tergadaikan nyawa selembar di tubuh ini, siap perang dan siap kesepian di dalam hutan, tapi mbah mbah waktu itu ngeyeeeeel terus, mbah tetap nekat daftar tentara, eh belum di tes aja mbah sudah sering kena tempeleng dan tendang, bahkan di suruh push up lah, jungkir lah dan lain sebagainya, (sruuuuup, mbah Qodim menyeruput lagi kopi panasnya)  lagi-lagi … hati mbah kekeh untuk tetap masuk tentara, akhirnya ujian demi ujian harus mbah alami, mulai dari tes jasmani, mental sampai tes-tes lainnya sebagai ujian kekekehan niat mbah, Alhamdulillah perjuangan mbah dalam menghadapi ujian-ujian super berat itu akhirnya membuahkan hasil, dari sekitar 7000 pendaftar hanya 180 yang berhasil untuk melanjutkan ke pendidikan”.

Mbah Qodim menghela nafas tuanya “Ehh, dikirain sudah diterimanya menjadi calon tentara, ujian itu selesai, nggak tahunya, sesampai di pusdik (Pusat Pendidikan) mbah dilucuti oleh pelatih, semua atribut pakaian dan perlengkapan mbah semasa sipil di perintahkan untuk melepaskan semuanya, baju, celana, ikat pinggang kesayangan, jam tangan atau yang lainnya, jangan ada yang tersisa ciri khas sipilnya kata sang pelatih dengan garang, bahkan CD saja tidak boleh di bawa, harus ditanggalkan semua.... setelah lama bertafakur ...ternyata saat ini mbah sadar, itu bukan ujian lanjutan, pelucutan itu lebih tepatnya mbah rasakan sebagai bentuk pembersihan yang dilakukan oleh organisasi tentara yang secara tersirat menyataan ucapan SELAMAT DATANG DALAM KELUARGA BARUMU …. Ternyata benar selesai di gojlok dalam KAWAH CANDRA DIMUKA selama 11 bulan akhirnya mbah diberi rejeki baru dari tentara, mulai dari gaji sampai tunjangan-tunjangan kesejahteraan lainnya, rejeki sipil yang mbah tanggalkan tidak seberapa dibandingkan rejeki dari tentara yang mbah nikmati sepanjang masa”

Mbah Qodim melirik ke arah wanita di depannya “Ternyata anggapan orang-orang yang mengganggap pelucutan atribut sipil adalah ujian, namun hakikatnya bagi mbah adalah penyucian, pembersihan dan pensucian,  pembatas antara rejeki masa lalu dengan rejeki masa depan yang dipenuhi dengan keberkahan”.

Wanita di depan mbah Qodim tersenyum “Terima kasih mbah, tidak sia-sia saya menemui mbah, Alhamdulillah, terima kasih banyak, dan mohon doa restu saudara-saudara semuanya untuk niat saya akan berkunjung ke Baitullah”.

Mbah Qodim kembali memejamkan matanya “Nanti mbah doakan bahwa di hari terakhir mbak saat di Baitullah akan turun hujan .... sempatlah untuk mandi hujan di sekitar KA’BAH”.

Wanita tersebut mengucapkan Aamiin disertai warga yang ada disana.

Jumat, 19 Oktober 2018

MAKANAN JIWA 3



Usai memakan makanan yang warga kerjakan bersama, semua wajah terlihat rona kepuasan sendiri-sendiri, hampir berbarengan kata ALAHAMDULILLAH terucap lirih, menandakan kepuasan akan nikmat yang telah mereka terima begitu sangat mereka rasakan.

Pak RT “Pak RW rugi gak makan ikan gurame goreng ini, banyak protein yang terkandung di dalamnya!”

Pak RW tersenyum lalu membalas “Saya lebih suka tempe goreng pak RT, pastilah ada juga kandungannya, walau kita belum tahu, bahkan ada ahli gizi yang berani mengatakan bahwa tempe itu kandungannya setara dengan daging lho pak RT”.

Mbah Qodim tersenyum-senyum melihat tingkah orang-orang di sekelilingnya, “Bapak-bapak sekalian, demikianlah, seluruh makanan yang di ciptakan oleh Allah SWT pasti memiliki kandungan yang akan berpengaruh kepada tubuh kita, wortel contohnya, bila secara kontinu kita kosumsi maka mata kita akan memiliki kelebihan dari rata-rata orang yang tidak mengkonsumsinya, dan banyak lagi contoh lainnya, demikian pula dengan makanan jiwa, PASTI ada unsur kandungannya pula, contoh apabila kita sering sekali membaca istighfar pastilah efek kandungan kalimat itu akan menjadi daya tahan akan banyaknya ujian, Kalimat tauhid, sholawat sampai ayat-ayat suci dari dalam Al Quran selalu membawa kandungan tersendiri yang akan dirasakan bagi pengamalnya, baik yang belum mengerti akan kandungan tersebut sampai yang sudah menelaah isi kandungannya, tiap surat sampai ke ayat selalu ada penggemar tersendiri mulai dari Malaikat sampai jin Muslim”.

Pak RT “Jadi walau belum mengerti makna ayat kita juga sudah dapat manfaatnya mbah?”

Mbah Qodim “Enggeh pak RT, saat pak RT makan wortel, walau belum tahu kandungannya maka vitamin dalam wortel yang pak RT makan akan tetap masuk dan bekerja sesuai dengan fungsinya, BAHKAN walau pak RT tidak tahu nama wortel itu sekalipun, makanya para penelaah wortel pasti lebih banyak makan wortel setelah tahu fungsinya, demikian pula dengan ayat-ayat Allah, belum tahu artinya saja sudah bermanfaat apalagi tahu arti dan maknanya, pasti kita tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk selalu mengucapkannya”.

Pak RW “Lalu bagaimana dengan mantra atau syair-syair yang bisa berefek juga, mbah?”

Mbah Qodim tersenyum “Apapun itu pak RW, jika sayuran, ikan ataupun jenis lainnya mengandung unsur khusus bagi pemakannya demikian juga dengan rokok, ada nikotinnya, kopi ada kafeinnya, nah mantra juga demikian, akan ada kandungan, penggemarnya atau yang menyertainya, mbah gambarkan ketika orang nyanyi lagu syantik … pasti ada orang yang menyukainya, itu dikarenakan di dalam syair lagu itu pasti memiliki kandungan sebuah sugesti yang pas dengan situasi orang yang menyanyikannya, atau lagu-lagu lainnya juga demikian, selalu ada syair yang mempengaruhi atau saama dan terasa senasib dengan alur syair lagu”.

Pak RT “Wah wah wah, ternyata tanpa kita sadari antara jiwa dan raga itu tidak jauh beda ya mbah?”

Mbah Qodim menarik nafas panjangnya “Seseorang yang sudah kecanduan lagu goyang dombret, walau sedang rebahan capek di dalam kamarnya,ia akan berdiri dan bergerak mencari lalu mendekati begitu telinganya mendengar alunan lagu goyang dombret, walau gerimis dan dingin malam sebagai tantangannya, demikian pula saat kita mengamalkan surat/ayat suci/sholawatan, ainul yaqin akan ada malaikat ataupun jin muslim yang berusaha mendekati kita, itu mengapa para pengamal istiqomah ayat-ayat tertentu ia bisa selamat dari mara bahaya, bahkan dari amukan bencana alam sekalipun, dengan catatan dalam ridho Allah”.

Pak RW “Apa bisa demikian mbah?”

Mbah Qodim “Mbah ulangi lagi, jika kita sering makan wortel maka mata kita akan memiliki daya yang lebih kuat, demikian pula dengan hamba-hamba Allah yang dengan istiqomah mengamalkan dan melanggengkan ayat-ayat Nya, mereka akan bertahan dari datangnya ujian sesuai dengan kadar makanan jiwanya, bila makanan jiwanya lengkap dengan arti terpenuhi 4 sehat 5 sempurna maka ia akan terjaga dari sakit walau wabah datang melanda, lalu tanpa orang itu ketahui, akan ada bantuan tak terduga dikirimkan oleh Allah SWT untuk membantunya, dengan berdzikir maka Malaikat ataupun jin muslim akan dekat bersamanya, mbah contohkan, ada seseorang bernyayi merdu sekali di pinggir jalan, dan lagu itu kesukaan bapak-bapak, maka yakinlah bapak-bapak beserta pengemar lainnya akan mendekat dan menikmati merdunya lagu tersebut, ehhhh tiba-tiba ada preman yang lancang hendak menghentikan orang tersebut bernyanyi, apa yang akan bapak-bapak lakukan?”

Secara berbarengan warga menjwab “Pasti akan kami halangi, bila perlu kami usir tuh preman, mbah!!”

Mbah Qodim “Jika orang tersebut bernyanyi dengan menggunakan mic, eh kabelnya putus?”

Warga kembali berbarengan menjawab “Ya akan kami usahakan menyambung kabelnya mbah, agar kami bisa dengan cepat menikmati kembali lagu tersebut”.

Mbah Qodim “Demikian pula saat seseorang dalam bahaya, lalu ia membaca ayat-ayat suci Al Quran, malaikat dan jin muslim akan mendekat, jika ada seseorang yang ingin menghentikan dalam arti menyelakakan orang tersebut, pastilah amalan akan terhenti, ini yang membuat malaikat atapun jin muslim menghalangi niat jahat ataupun situasi yang saat itu membahayangan si pembaca, jika dengan istiqomah amalan itu terus bapak berikan kepada jiwa kita maka In Syaa Allah … namun semua ada kadarnya, jika lagu yang bapak nyanyikan sangat indah maka pastilah pejabat atau orang besar yang akan mendekatinya, ini berpengaruh kepada besarnya power perlindungan untuk menghadapi power di pengganggu tentunya…. Demikian pula saat terjadi pengayakan hisab dunia, bapak-bapak akan mengetahui betapa makanan jiwa itu sangat bermanfaat bagi bapak-bapak sekalian, dari sekarang mulailah istiqomah mengamalkannya…. sebenarnya ini akan berefek juga pada tempat yang sering digunakan untuk pengamalnya, jika 1 gedung merupakan titik kumpul paara arsitek dan ahli bangunan pastilah mereka akan membangun bangunan dengan sangat indah dan kuat, hingga akan berbeda dengan yang lainnya, jika 1 tempat menjadi titik temu para insinyur pertanian dan petani handal maka yakinlah tempat itu merupakan persawahan yang mempuni …. demikian pula dengan masjid atau mushola yang sering dijadikan tempat berdzikir dan bermunajad, PASTILAH ia akan lebih kuat daripada bagunan lainnya saat bencana alam melanda, itu dikarenakan masjid dan mushola tersebut merupakan titik kumpul para malaikat dan jin muslim yang selalu mendekati para pelantun ayat-ayat suci Al Quran, dzikir dan sholawatan!!”.

MAKANAN JIWA (2)


Selesai Sholat Jumat warga mengikuti mbah Qodim pulang ke rumahnya, nampaknya warga ingin menikmati kebersamaan bersama orang tua yang kini mulai mencuri perhatian itu, di belakang rumah mbah Qodim, beberapa warga mulai memancing ikan di kolam, sebagian memetik terong, daun kenikir, bayam, kangkung, tomat dan cabai, sementara 2 orang yang membawa kendaraan sempat ke warung untuk membeli kecap dan kerupuk.

Mbah Qodim tersenyum memandangi mereka semua, sang renta itu ke dapur rumahnya menambahkan porsi beras yang ia masak, matanya terpejam sambil berdoa mengharapkan ridho Allah SWT yang mungkin saja ia dapat dari lantaran sodaqoh rumah baik berupa nasi ataupun sayuran dari rumahnya.

Mbah Qodim sempat mengintip aktifitas warga, betapa indah saat melihat gelak tawa senda gurau mereka disela-sela pekerjaan mereka masing-masing, yaah …. saat ini kondisi bangsa ini sedang paceklik, beberapa kali tanaman padi warga selalu gagal, mulai dari hama sampai pada bencana alam, belum lagi kebutuhan ekonomi semakin meningkat dengan naiknya beberapa bahan yang vital bagi warga, nafas tua di dalam dada mbah Qodim tanpa sengaja tertarik panjang sekali, menggambarkan reaksi simpati keadaan orang-orang yang saat ini harus berani menambahkan title SABAR di depan nama mereka.

“Mbaaah sini !!!” teriak pak RT, Mbah Qodimpun mendekati warga yang berada di belakang rumahnya.

Pak RW “Eh mbah, saung ini nampaknya sudah saatnya kita ramaikan kembali, kami dengar mbah suka kepada anak-anak, kegiatan saung ini kan mengajarkan akhlakul hasanah bagi generasi penerus, mulai dari kreatifitas sampai olah kanuragan”.

Mbah Qodim “Hehehe, itu dulu pak RW, dulu mbah menerimanya karena warga sedang dalam kecukupan ekonomi, anak mereka saat pulang sekolah bisa belajar disini, namun saat ini, ekonomi warga sedang dalam kondisi kurang baik, jadi mbah lebih ikhlas agar anak-anak pulang sekolah langsung menuju rumahnya, karena disana mereka akan langsung bisa membantu orang tua mereka masing-masing, mulai dari mencari rumput atau yang lainnya, itu merupakan aplikasi nyata akhlakul hasanah”.

Pak RW menundukkan kepalanya, warga selama ini tak menyadari bahwa tindakan mbah Qodim ternyata banyak tercurahkan kepada warga, sedangkan warga sama sekali tidak ada yang peduli bagaimana mbah Qodim menjalani kehidupannya sehari-hari.

Pak RW “Maafkan kami mbah, selama ini jiwa kami kurus kerontang, tidak menyadari bahwa di desa kami ini ada lestoran jiwa yang menyediakan banyak sekali aneka makanan untuk menyehatkan jiwa kami”.

Mbah Qodim memegang pundak pak RW, sementara warga mulai memasang telinga masing-masing walau mereka sedang berusaha menyelesaikan tugas masing-masing dalam menyediakan makan siang bersama, “Jiwa kita selama ini selalu makan dari apa-apa yang kita suguhkan, ia akan menempel pada aliran darah, desahan nafas bahkan gerak denyut jantung, lalu dari kebiasaan makanan tersebut akan bermuara pada kecanduan”.

Pak RW “Jadi jiwa kita bisa kecanduan makanan mbah?”

Mbah Qodim “Iya, bila pak RW sering memberikan makanan jiwa dengan sebutkan saja tontonan sepak bola / motor GP / wayang atau yang lainnya lah, maka jiwa itu akan kecanduan, SELELAH apapun pak RW, demi menonton tayangan tersebut, larut malam sekalipun, pak RW akan rela menahan kantuk dan tidak memperdulikan istirahat walau besok harus bekerja, jiwa pak RW akan blingsetan bila itu tidak dikabulkan, ia akan mempengaruhi jasad, fikiran bahkan perasaan pak RW, bila perlu nafsupun akan cepat sekali bereaksi apabila ada yang coba-coba menghalanginya”. 

Pak RT mendekati pak RW lalu duduk merenung.

Mbah Qodim “Lihatlah tetangga kita yang di ujung sana, walau hujan di tengah malam yang dingin sekalipun tidak akan menghalangi dirinya untuk menonton orgen yang bermusikkan fungki-fungki, ia tidak peduli akan keadaan saat itu, yang ia tahu ia harus dekat dengan musik yang ia sukai, jiwanya harus makan sebanyak-banyaknya sampai kenyang, dilain tempat, jangan heran juga apabila bapak-bapak melihat ada seseorang yang bangun tengah malam hanya untuk sholat tahajjud dan bermunajad kepada Sang Kholiq, jiwanya akan sangat kelaparan bila belum memakan kegiatan yang dengan istiqomah ia berikan tiap harinya, kantuk, dingin dan malas ia lawan hanya demi memenuhi hasrat jiwanya yang ingin makan saat itu, duduk berlama-lama sambil membasahi bibirnya dengan kalimat-kalimat dzikir mempengaruhi jasadnya yang walau belum diisi nasi sekalipun, mempengaruhi perasaannya walau malas merantainya, mempengaruhi nafsunya walau emosi sering kali duduk pada kemudinya dan mempengaruhi akal yang selalu memberikan masukan bahwa ia butuh tidur nyenyak agar esok bisa bekerja kembali, intinya walau jasadnya sedang sakit sekalipun ia akan terus memaksakan kehendak jiwanya, walau cacat jasadpun, jiwa tetap tidak peduli untuk menggerakkan akal, fikiran dan tubuh tersebut untuk mengantarkan jiwa memenuhi hasratnya”.

Pak RT “Mbah, selama ini kami selalu mendengar kata jiwa namun bila ditanya difinisinya maka kami akan bingung menjabarkannya, walau kami maksud apa itu jiwa”.

Mbah Qodim tersenyum “Hehehe iya pak, pada kesempatan lain akan kita dedar apa itu nyawa, ruh, sukma sampai ke jiwa, ini lah rahasia yang terkandung dalam surat Al Fil yang belum kita buka”.

“Mbaaaaaaaaaahhh, ikannya dah mateng, sayurnya dah siap, nasinyapun sudah nggak sabar utuk di sentuh” Teriak salah satu warga, semua yang mendengarkan itu langgung tersenyum.

Mbah Qodim “Ayo bapak-bapak sekalian, ini giliran jasad kita yang sudah mulai gemetar ingin makan!”.

Wargapun satu persatu mengambil piring lalu memenuhinya dengan aneka makanan buah hasil dari apa-apa yang mereka lakukan di kebun mbah Qodim yang lengkap itu. 

Senin, 15 Oktober 2018

MAKANAN JIWA



Warga Suka Damai kembali berbondong-bondong ke rumah mbah Qodim usai gugur gunung, menghilangnya sosok tua renta itu membuat warga semakin mawas diri saat melihat situasi negeri, mulai dari bencana yang kian menjadi sampai prilaku anak negeri yang semakin jauh dari budi pekerti.

Warga tertegun saat melihat sosok mbah Qodim duduk bersila memejamkan mata dengan alunan nafas yang sangat halus, warga sedikit mengerti bahwa hal itu selalu dilakukan oleh mbah Qodim, beliau menamainya dengan istilah Taffakur.

Dengan perlahan warga mendekati saung kecil diantara kebun dan kolam ikan, “Assalamu’alaikum, mbah” sapa warga berbarengan. Mbah Qodim membuka matanya lalu menjawab “Wa’alaikumussalaam, eh bapak-bapak, mari monggo duduk di Saung reot ini”.

Warga satu persatu duduk melingkar di atas saung, mereka semua terlihat sangat berhati-hati kali ini.

Pak RT “Mbah, lama sekali mbah tidak mampir ke warung mak Narti, beliau selalu nanya kemana mbah selama ini?”

Mbah Qodim “Enggeh bapak-bapak, yah mungkin pelukan usia semakin erat membuat mbah semakin terengah-engah untuk melegakan nafas ini”.

Pak RW “Kami masih boleh banyak bertanya kan mbah?”

Mbah Qodim tersenyum “Hehehehe pak RW ada-ada saja, monggo, lha wong mbah nggak nongol itu bukan berarti putus hubungan silaturrahim sama bapak-bapak semua, akan ada saatnya kita sering lagi berkumpul sambil menikmati nikmatnya kopi buatan mak Narti”.

Pak RW “Mbah bencana alam kini semakin menjadi, namun generasi penerus negeri ini semakin lupa diri, seakan tidak ingat bahwa semuai ini adalah peringatan agar kita mawas diri, bagaimana tuh mbah?”

Mbah Qodim “Wes wayahe bapak-bapak, wes wayahe”.

Pak RT “Lha terus gimana mbah?”

Mbah Qodim “Ya teruslah banyak berdzikir dan bersholawat bapak-bapak, tingkatkan ibadah kita, saat ini kita akan memasuki masa pengayaan atau penyaringan, hasil ayaan akan terpisah menjadi 2, halus dan kasar”.

Semua warga menunduk, “Lalu kenapa prilaku penghuni negeri ini semakin sulit jauh dari kendali, mbah?” Tanya pak RW

Mbah Qodim menunduk “Karena Imam-imam negeri ini sedang sibuk pada hal-hal duniawi bapak-bapak”.

Pak RT “Apakah itu sangat berpengaruh mbah?”

Mbah Qodim “Ya tergantung bagaimana jiwa mereka menanggapinya, semua jiwa akan terbentuk sifatnya sesuai dengan kebiasaan makanan yang diberikan tiap harinya”.

Pak RW “Jadi jiwa kita ini juga makan mbah?”

Mbah Qodim “Enggeh pak RW”.

Pak RW “Makanan jiwa itu seperti apa mbah?”

Mbah Qodim “Yaa apapun kegiatan yang kita lakukan tiap hari pak RW, ingat sirothol itu ada dua, jalan ruh itu ada dua, kanan dan kiri, makanan jiwa juga ada 2 … baik atau buruk … juga kebahagian bahkan ketenangan itu juga ada dua, kanan dan kiri”.

Pak RT “Misalnya mbah, kami belum mengerti”.

Mbah Qodim menghela nafas tuanya “Saat seseorang gelisah, anggap saja saat itu jiwanya sedang lapar hingga butuh makanan, ada yang dengan mendengarkan musik maka gelisahnya menjadi hilang, ada yang piknik, atau mencari kuliner atau juga menonton film bahkan nonton sepak bola dan lain-lainnya, nah tanpa sadar kita sudah memberikan makan kepada jiwa kita dengan makanan-makanan tersebut, sehingga tiap kali ketenangan hilang maka prilaku-prilaku tadi akan disuguhkan untuk menenangkan jiwa di dalam dirinya, di lain tempat ada yang mendapatkan ketenangan apabila ia beribadah kepada Tuhannya, dengan sholat misalnya, atau melakukan puasa, berdzikir, bersholawat, menolong orang lain sehingga senyum terbit pada orang yang ia tolong, maka tiap kali jiwanya gersang maka prilaku tersebut cepat ia lakukan untuk mengenyangkan jiwanya”.

Pak RW “Lalu mbah?”

Mbah Qodim “Coba bapak bapak sekalian renungkan, apa yang membuat bapak-bapak tenang? Disitu terlihat jelas apa yang bapak-bapak biasa berikan untuk membuat tenang jiwa bapak-bapak sekalian, pada umumnya sih gado-gado… kadang-kadang memberikan makan keduniawian kadang-kadang keakhiratan, nah untuk memurnikan jiwa maka berikan 1 makanan yang suci sehingga jiwa kita bersih, memang berat, namun secara perlahan bila riadho bapak lakukan dengan istiqomah maka yakinlah semua itu akan bisa bapak-bapak dapatkan, bila jiwa bapak sudah mendapatkan atau terbiasa memakan makanan yang baik maka ia akan jernih, ibarat cermin ia bisa bapak jadikan alat untuk berkaca sehingga bisa melihat/intropeksi tentang keadaan diri bapak masing-masing”.

Semua warga mengangguk sambil merenungi kata-kata mbah Qodim.

Mbah Qodim “Lalu ada camilan yang biasa juga kita berikan kepada jiwa, misalnya mudah sekali mengeluh, mencaci, berdusta, atau menghina orang lain, jiwa kita seolah olah nggak puas bila kita belum menghina orang, atau tidak tenang bila kita belum mencaci prilaku orang, itulah camilan jiwa yang tanpa sadar kita berikan setiap harinya …. Ingat bapak-bapak sekalian … jiwa kita itu terus berkembang dan membesar, dan makanan atau camilan yang terbiasa ia makan akan mempengaruhi perkembangannya”.

Pak RT “Seperti yang sering kita lihat di medsos ya mbah, mudahnya orang komen seenak udele, padahalkan udel mereka nggak enak?”

Mbah Qodim tersenyum “Wes wayahe … wes wayahe ..”.

Pak RW “Mbah, mau Tanya nih, apa betul muhabalah seseorang bisa mendatangkan musibah, karena ada salah seorang di negeri ini yang muhabalah bersaksikan Al Quran di kepalanya saat hatinya merasa terdzolimi, namun ada yang membalasnya dengan komenan sinis mengibaratkan sang muhabalah diolok-olok adalah seorang wali yang doanya mustajab, hingga musibah terjadi karena muhabalah tersebut, juga apa bener sih mbah jika kaum yang di negeri itu apabila banyak melakukan maksiat maka bencana akan diturunkan oleh Allah SWT, tapi kok ada yang bisa menjelaskan secara ilmu pengetahuan bahwa bencana itu benar-benar masuk akal karena sebab musabab alami?”

Mbah Qodim menatap pak RW dengan teliti “Sekali lagi mbah ulangi, itu tergantung makanan apa yang kita berikan untuk jiwa kita, bila makanan jiwa kita selalu jelek ya yang ada kedangkalan berfikir sehingga cela, hina dan olok-olok cepat sekali keluar dari dalam diri kita, fahamilah bapak-bapak, semua yang ada di dunia ini, apapun yang akan terjadi selalu ADA TANDA-TANDANYA …. Nah Allah SWT itu adalah Dzat Maha Hebat dalam taktik dan strategi, bisa saja DIA sebelumnya memberikan tanda-tanda dengan angin, burung-burung, kelahiran bayi, ocehan orang gila, status FB seorang wanita yang tidak sengaja minta gempa, atau bisa saja muhabalah seorang yang merasa teraniaya, intinya adalah Allah SWT ingin memberi pesan sebelum hal itu terjadi, maka dahulu Rasulullah SAW pernah bersabda tentang ramalan masa depan yang saat ini banyak terjadi, atau sanepan para wali yang ternyata mengandung arti, jadi Allah SWT adalah Dzat Yang Maha menentukan dengan cara apa DIA memberikan tanda-tandanya, jadikan hal itu untuk meningkatkan keimanan kita, jangan terjebak siasat syetan yang akan menggelincirkan keimanan kita, mengenai bencana itu karena maksiat, bapak-bapak silahkan baca sendiri dalan kitab Al Quran dan Hadist Nabi, apa yang diberikan oleh kedua pedoman tersebut imani dengan sungguh-sungguh, bila ada yang menjawabnya secara alamiah dan meniadakan unsur Ilahiyah ya itu pertanda jiwanya sering makan makanan keduniawian”. 

Pak RW “Lalu apa yang semestinya kita lakukan mbah?”

Mbah Qodim “Pemerintah dan masyarakat harusnya mulai tanggap akan keadaan diri, banyak-banyaklah mohon ampun dan mulai memperbaiki prilaku yang tidak disukai oleh Sang Penguasa Ala mini …. Mbah lihat contoh positif yang sudah dilakukan TNI, se Indonesia mereka menggelar doa bersama, semoga ini bisa di jadikan contoh untuk seisi negeri sebelum banyak lagi tangisan-tangisan dan kesengsaraan yang datang menghampiri”.

Pak RW “Jika itu tidak dilakukan mbah?”

Mbah Qodim “Berarti kita semua sedang dalam ayakan besar yang bernama hisab dunia … dimana saat kita diayak maka akan terbagi 2 golongan … HALUS dan KASAR …. Atau bahasa lain LANJUT atau BERHENTI !!!”

Rabu, 03 Oktober 2018

MENGAPA ALLAH SWT MENCIPTAKAN IBLIS


“Bapak-bapak sekalian, lama sekali kita tidak melihat mbah Qodim, selesai gugur gunung ini bagaimana kalau kita bersilaturrahmi ke rumah beliau?” Pak RT membuka pembicaraan menjelang gotong royong di desa mereka selesai.

Pak RW dan wargapun mengangguk setuju, setelah gotong royong rombongan warga menuju rumah mbah Qodim di pinggiran desa.

“Assalamu’alaikum, mbaaaaah!!!!”Teriak warga serempak. Terdengar dari belakang rumah suara mbah Qodim “Wa’alaikumussalaam” lalu terdengar seperti langkah buru-buru mendekati warga, terlihat tubuh tua mbah Qodim berjalan mendekati warga.

“Eh .. bapak-bapak sekalian, ada apa ini kok grudukan kemari?” Mbah Qodim bertanya sambil terlihat sedikit bingung.

Pak RW “Kangen mbaaaaaaah, lama sekali mbah gak nongol-nongol!!”

Mbah Qodim pun terlihat agak kaget, bola matanya sedikit membundar, lalu keningnya mengkerut seperti berfikir, “Oh iya bapak-bapak, maaf, memang akhir-akhir ini mbah masih belum bisa keluar kemana-mana”.

Pak RT “Ada apa mbah kok kayaknya sibuk banget?”

Mbah Qodim menunduk, lalu member isyarat kepada warga untuk mengikutinya ke belakang rumah yang terdapat kebun sayuran dan beberapa kolam ikan, di bawah pohon rambutan terdapat latar bersih yang beralaskan tikar, disana mbah Qodim duduk lalu diikuti oleh warga.

Mbah Qodim “Tidak ada apa-apa bapak-bapak sekalian, mbah masih hanyut dalam tafakur alam, yah semenjak adanya isyaroh GERHANA SEBELUM PURNAMA, mbah banyak sekali menghisab diri ini”.

Pak RT “Ya ya kami ingat mbah, tapi bukankah itu dulu untuk wilayah timur yang katanya berduka?”

Mbah Qodim meredupkan matanya “Itu salah satunya bapak-bapak, tetapi sepertinya ada yang lebih besar dari itu, dan cukuplah Allah SWT satu-satunya yang mengetahuinya”.

Pak RW “Lalu mbah?”

Mbah Qodim “Kita cukup mawas diri saja akan situasi yang kian brutal akhir-akhir ini, godaan syetan akan semakin maksimal menunai kesuksesan dalam mempengaruhi sikap dan prilaku anak cucu Adam”.

Semua warga mulai berfikir, benar saja, akhir-akhir ini entah kenapa suhu emosi dalam dada cepat sekali mendidih, dan akan semakin panas membara mendekati titik maksimal.

Pak RT mengepalkan tangannya erat-erat “Ingin sekali mbah, aku menangkap syetan yang selalu menggoda manusia, bila perlu Iblis akan aku ikat agar manusia selamat dari godaannya!!”

Mbah Qodim “Untuk apa, Apakah dengan mengikat mereka manusia akan mendapatkan keuntungan?”

 Pak RT “Ya sudah pasti lah mbah!! Negara ini akan Baldatun toyyibatun wa Robbul Ghofur”.

Mbah Qodim menghela nafasnya dalam-dalam, “Dulu, ada seorang Nabi yang bertujuan demikian”.

Pak RW “Siapakah Nabi tersebut mbah?”

Mbah Qodim “Nabi yang mendapatkan Mukzikzat bisa melihat makhlik halus bapak-bapak, bahkan mengerti semua bahasa makhluk yang ada di dunia ini”.

Semua warga serentak menjawab “Maksudnya Nabi Sulaiman AS, mbah?”

Mbah Qodim memandangi warga satu persatu “Leres bapak-bapak sekalian, dahulu Nabi Sulaiman sangat prihatin kepada kaumnya yang mulai berkembang keingkarannya, meluapakan ibadah dan perangai keduniaan amat tinggi, lalu Nabi Sulaiman AS bermunajad, berdoa kepada Allah SWT agar mendapatkan izin untuk memenjarakan Iblis beserta syetan bala tentaranya, tiga kali doa tersebut tidak di jawab oleh Allah SWT sampai akhirnya Allah SWT hanya menjawab bahwa tidak ada faedahnya sama sekali bila Iblis dan bala tentaranya di penjara”.

Pak RW “Lho kok gitu mbah?”

Mbah Qodim “Mendengar jawaban tersebut Nabi Sulaiman AS tidak puas, beliau tetap kekeh untuk memenjarakan Iblis dan syetan, sampai 3 kali doa beliau tidak dijawab, Nabi Sulaiman memutuskan untuk menangkap Iblis dan antek-anteknya”.

Pak RT “Lalu Mbah?”

Mbah Qodim “ Ya begitu, syetan-syetan ditangkap oleh beliau, semuanya dimasukkan ke dalam penjara, sampai akhirnya Iblispun berhasil menjadi tahanan beliau”.

Pak RW “Wah pasti saat itu damai tentram ya mbah?”

Mbah Qodim “Ternyata Allah SWT Maha Segalanya, satu hari setelah penangkapan ternyata bekal dalam dapur kerajaan sudah hampir habis, maka pimpinan dapur melaporkan kepada Nabi Sulaiman AS, maka diperintahkanlah petugas dapur untuk membeli kebutuhan bahan makanan, sayang … sesampainya di pasar, semua toko-toko tutup, tidak ada satupun yang buka, dengan tangan hampa petugas dapur melaporkan kejadian tersebut kepada Nabi Sulaiman AS, mana beliau memerintahkan untuk belanja kembali esoknya”.

Pak RT “Lalu bagaimana mbah?”

Mbah Qodim “Esoknya pasar masih tutup dan kosong, padahal bekal dapur istana sudah kosong, kembalilah mereka dan melaporkan kembali situasi pasar kepada Nabi Sulaiman AS, melihat gelagat seperti itu maka Nabi Sulaiman AS memerintahkan telik sandinya untuk menyelidiki fenomena itu, setelah beberapa lama maka sang telik sandi melaporkan penyelidikannya”.

Pak RW “Apa yang terjadi mbah ?”

Bukannya menjawab, mbah Qodim meminta warga untuk meminum air yang ada dalam jerigen, “Ayo bapak-bapak, setelah gotong-royong pasti bapak-bapak capek, maaf mbah kelupaan, sebagai tuan rumah mbah khilaf tidak menjamu tamu dengan baik”.

Pak RW “Wealah mbah, jasad kami ini saat ini tidak haus, tetapi jiwa kami yang haus akan ilmu pengetahuan dari mbah, bila mbah sudi menetskan butiran-butiran air ilmu pengetahuan maka kerongkongan jiwa kami akan hilang dahaganya, dan mbah kami anggap sebagai tuan rumah yang baik!!!”

Mbah Qodim tersenyum, wajah tuanya terlihat senang melihat warga sudah mulai bisa menyusun kata-kata indah “Hehehe ya sudah mbah lanjutkan, sang telik sandi melaporkan bahwa semua penduduk ada dalam rumah masing-masing, mereka semua beribadah kepada Tuhannya, beberapa orang yang diwawancarai oleh telik sandi rata-rata menjawab sama, yaitu mereka sedang fokus mempersiapkan diri agar saat kembali kepada Sang Pencipta dalam keadaan khusnul khotimah”.

Pak RT “Kok bisa aneh gitu mbah?”

Mbah Qodim “Ya begitulah pak RT, lha wong Iblis dan syetan di penjara oleh Nabi Sulaiman AS, jadi godaan akan gemerlap dunia ya gak ada, semangat mencari harta dengan berbagai macam cara sirna, sandiwara tawa dan tangis dalam panggung dunia tak terperankan, dengan berurai air mata Nabi Sulaiman AS bertanya kepada Allah SWT kenapa hal ini bisa terjadi, Allah SWT menjawab bukankah sudah Aku katakan tidak ada faedahnya, Nabi Sulaiman AS melakukan tobat, lalu melepaskan kembali Iblis dan bala tentara syetan yang Beliau penjara, hitungan detik maka pasar-pasar kembali ramai dan dipenuhi suara-suara dunia”.

Warga terhenyak kaget, betapa Allah SWT telah membuat CERITA dan LAKON yang sempuna, bahkan penciptaan Iblis sekalipun ternyata ada maksudnya.

Mbah Qodim “Tanpa Iblis dan syetan maka tak ada baik dan buruk, tak ada Polisi baik, Tentara Baik, Guru Baik dan lain sebagainya, bagaimana seorang Polisi bisa dikatakan baik apabila ia tidak pernah menangkap pencuri, tidak pernah melawan dan membasmi kriminalitas? Wong semuanya baik-baik semua, maka akan banyak yang mubazir di dunia ini, untuk apa jadi aparat, untuk apa jadi pejabat, untuk apa banyak harta wong mau sedekah aja gak ada yang mau nerima, semuanya dalam keadaan tawadhu, nah coba kalau ada Iblis, tamak, culas, licik, ambisi akan menghiasi rongga dada anak cucu Adam AS, akan semakin banyak tingkah anak sekolah saat di depan kamera, akan banyak siasat dalam panggung politik, akan banyak tipu daya dalam perdagangan juga semakin banyak cekikikan wanita-wanita jalang yang disanjung oleh pria-pria mata keranjang”.

Dengan perlahan pak RW bertanya lirih “Lalu apa yang baiknya kita lakukan mbah?”

Mbah Qodim “Ikuti perintah Allah SWT dan Nabi-Nya yang ada dalam Al Quran dan Al Hadist, disana tidak ada perintah untuk membunuh Iblis dan syetan, namun lebih banyak kepada menghindari godaannya dan menjadikan mereka sebagai musuh yang tidak akan kita ikuti prilakunya, Yaa Bani Adama alla ta’budussyaiton, innahu lakum aduwwu(n) mubin, wahai keturunan Adam jangan engkau meyembah/tergoda syetan, sesungguhnya mereka itu MUSUHmu yang nyata!!!”

Pak RT “Sebenarnya sesederhana itu perintah Nya mbah, namun kok dasyat saat menghadapinya”.

Mbah Qodim “Nggeh bapak-bapak, iblis dan syetan sudah membuat manusia menjadi makhluk yang semakin pintar, membuat tehnologi semakin berkembang dan canggih, merubah manusia menjadi makhluk yang memiliki kepintaran bahkan nafsu melesat tinggi menyentuh langit, inovasi dibuat dan diciptakan manusia untuk peradaban dunia namun semakin menipiskan peradapan akhirat, ciptaan manusia tersebutlah yang akan menjadi pemusnah mereka sendiri, maka ada satu golongan yang akan SELAMAT/ISLAM … mereka adalah mereka yang berpegang teguh kepada FIRMAN ALLAH dan SUNNAH Rasul-Nya, cukuplah jadikan keberadaan Iblis dan syetan sebagai hikmah dan pelajaran bagi kita, semua tindakan buah hasil Iblis dan syetan hakikatnya untuk menjadikan iman kita semakin KUAT dan berkembang, mereka diciptakan untuk penyempurnaan MANUSIA sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang berlebel SEMPURNA dibandingkan ciptaan-ciptaan lainnya”.

Sabtu, 08 September 2018

1 MUHARRAM


Malam 1 Muharram sejumlah warga berkumpul di Mushola Al Latif untuk berdzikir dan bersholawat bersama, sholat sunnah tasbih serta sholat sunnah hajad.

Usai kegiatan para jamaah berkumpul di teras Musolla sembari menikmati jajanan pasar, tampak sekali wajah jamaah sumringah.

Pak RW “Eh mbah … ini kami mau tanya nih, tahun baru Islam ini kok dulu di Indonesia dikenal sebagai bulan yang tepat untuk mencuci benda-benda pusaka dan dikenal dengan nama bulan SURO ketimbang Tahun Baru Islam?”

Mbah Qodim “Enggeh bapak-bapak sekalian, demikianlah dulu lazimnya di Negara kita ini, tetapi dengan seiring kemajuan tehnologi kususnya pada media informasi semakin terkuaklah pelajaran-pelajaran agama Mulya kita ini”.

Pak RT "Terus gimana tuh mbah dengan kebiasaan leluhur kita yang melakukan ritual tapa brata, pencucian keris, atau benda-benda pusaka ataupun azimat lainnya apakah kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Rosululloh SAW, kok dahulu leluhur kita banyak yang melakukan itu semua?”.

Mbah Qodim terlihat sampai memejamkan matanya saat lambang sari masuk ke mulutnya, empuk dan nikmat “Bapak-bapak semua, pengetahuan yang kita pelajari hanyalah butiran tetes air dari Samudera luasnya Ilmu-ilmu Allah SWT, keterbatasan kita mengenal lebih dekat tentang Rahasia Allah masihlah minim, apalagi untuk menguak perjalanan agung dan budi pekerti yang luhur dari Junjungan kita, kita sering kali terjebak oleh kesalahan IBLIS yang terusir dari Syurga hanya karena kalimat ANA KHOIRU(N)MINHU aku lebih baik dari dia (Nabi Adam AS) sehingga Iblis melakukan pembangkangan terhadap Allah SWT, keterbatasan pustaka ilmu yang ada pada diri kita membuat bahasa BAHWA KITA SENDIRILAH YANG PALING BENAR DAN PALING SESUAI DENGAN PETUNJUK ALLAH SWT sehingga kita terkadang mudah menyalahkan prilaku orang-orang di sekitarnya, haram, bidah dan lain sebagainya sebagai ungkapan menilai prilaku orang, nah bila ana khoiru(n)minhu saja menggelincirkan Iblis dari syurga lalu bagaimana dengan kita yang belum mencium bau syurga sekalipun?”

Pak RT “Itu mengapa setelah kami ikut belajar bersama mbah kami jadi hati-hati untuk menilai sesuatu mbah? Sudilah kiranya mbah memberikan gambaran kenapa hal-hal tersebut bisa terjadi?”

Mbah Qodim “Dahulu leluhur kita melakukan sesuatu PASTI ada sumber ajarannya, namun dengan terputusnya sanad mengakibatkan banyak yang melakukan namun tanpa tahu dasar dalilnya, lebih lagi ke zaman sekarang semakin menjadi topik perbedaan, semua merasa saling menilai apa yang mereka pelajari adalah yang paling benar, hmmm padahal agama mulya ini ROHMATAN LIL ‘ALAMIN, di dalam perjalanan syi’ar Rosullullah yang dihiasi oleh banyaknya peperangan, Muharram terpilih sebagai bulan yang di Mulyakan oleh Allah SWT, bahkan pada Bulan ini saat itu para Muslimin di HARAMKAN untuk berperang selama satu bulan penuh dan di bulan lainnya diperbolehkan untuk angkat senjata bahkan di bulan Ramadhan sekalipun, leluhur kita mengenal kata Suro yang berasal dari sebutan di tanggal 10, yaitu hari As-Syura, mungkin saja SURO lebih cepat mereka ingat dari pada Asy Suro sehingga kata suro lebih terkenal di kalangan leluhur kita”.

Pak RW “Terus kok digunakan untuk nyuci pusaka dan tapa brata mbah?”

Mbah Qodim “Hmmm dikarenakan satu bulan penuh itu tidak ada perang maka maka para sahabat dan muslimin pada zaman itu memanfaatkannya waktu yang ada untuk lebih mengkusyukan ibadah mereka yang tersita karena peperangan lalu leluhur kita mengaplikasikannya dengan tapa brata, lebih khusuk mengheningkan cipta di bulan ini, pada bulan ini juga para sahabat dan muslimin memanfaatkan waktu yang ada untuk membersihkan, mendandani dan mengasah serta memberikan perawatam ekstra lebih untuk pedang dan tombak mereka, semua bertujuan agar bulan esoknya senjata mereka siap di gunakan kembali untuk berperang, nah mungkin karena para ulama dahulu tidak detil menerangkan hal tersebut maka leluhur kita yang melakukan hal tersebutpun tidak menjelaskan secara rinci kegiatan tersebut, yang terjadi sekarang ini deh hehehhe banyak yang bilang bulan untuk nyuci keris hehhee”.

Wargapun mantuk mantuk sambil berusaha ikut tersenyum

Pak RT “Jadi boleh nih mbah nyuci keris pada bulan ini?”

Mbah Qodim “Ya monggo-monggo saja pak RT, jangankan nyuci keris, nyuci mobil juga boleh hehhee asal punya sendiri ya, namun waspadai jangan lakukan kegiatan yang mengandung dosa syirik, bila tentara meminyaki senjatanya dengan tujuan agar senjata tidak macet saat digunakan itu sah-sah saja dan jangan berpendapat bahwa senjata itu adalah sumber utama kesamatannya hingga ia meminyakinya, demikian juga dengan keris, minyaki untuk menjaga nilai-nilai sejarah kebudayaan bangsa Indonesia agar keris itu tetap awet dan bukan karena takut mendapat bencana karena tidak memberi makan penunggu keris!”.

Pak RW “Lalu bagaimana dengan budaya leluhur kita yang membuat bubur keselamatan mbah?”

Mbah Qodim “Dahulu perahu Nabi NUH AS beserta umatnya selamat bersandar di gunung Ararat setelah beberapa lama terombang ambing dalam bahtera air bah tepat di tanggal 10 bulan Muharram, saat turun Nabi Nuh AS memeriksa sisa bahan makanan yang tersisa, dari sisa-sisa itulah semuanya di masak menjadi satu adonan, ya itu karena bahan makanan tinggal sedikit-dikit, maka saat memasaknya dicampur jadi satu jadilah seperti bubur, makanan tersebut lalu dimakan bersama dengan sebelumnya memanjatkan doa-doa sebagai ungkapan syukur atas lindungan Allah SWT, inilah yang mungkin dilakukan leluhur kita tanpa sempat terkuak rahasia pelajarannya sehingga dinilai sebagai sebuah kebudayaan yang sebenarnya ada benang penyambung pada kisah kisah Rasulullah-rosulullah terdahulu namun kita hilang peta arah jiwa sehingga sering kali langsung memvonis MEREKA TELAH TERSESAT DAN JAUH DARI TUNTUNAN AGAMA …maka mari kita semua kembali kepada Islam yang Rohmatan lil’alamin … Islam yang terus menggali sumber dari dalil Al Quran dan Al Hadist sehingga kita semua ISLAM/SELAMAT dunia dan akhirat… hindari ANA KHOIRU(N) MINKUM (aku lebih baik daripada kalian) jika kita ingin terus belajar dan belajar menggapai ridho Illahi Robbi”

 “Selamat TAHUN BARU ISLAM 1440 H ...sahabat-sahabat SSL, KULLU ‘AM WA ANTUM BIKHOIR"

Rabu, 05 September 2018

HAJI (Bagian 4)


Suasana di warung mak Narti siang terik ini sangatlah meneduhkan hati para pelanggannya seusai gugur gunung di Desa Sukadamai, warga duduk-duduk sambil ngipas-ngipas diri masing-masing menggunakan alat seadanya, Pak RT pun berteriak “Maaaak cepat buatkan Es teh, mbah Qodim es Kopi!!” dari dapur warung terdengar sahutan mak Narti “Iya iya bapak-bapak sabar toh”.

10 menit berikutnya mak Narti membawa nampan penuh berisi gelas es teh dan 1 gelas es kopi, wajah warga menjadi fokus ke arah mak Narti, yah penampilan mak Narti kali ini berbeda, bukan karena apa-apa namun ternyata mak Narti yang selama ini mereka kenal ketus dan cuek kini berjalan anggun dengan busana muslimah, terlihat jilbab sederhana ia kenakan.

Sambil melongo pak RW mendesis “Alhamdulillah”. Sepertinya beberapa wargapun mendesiskan ucapan yang sama. Sambil membagikan gelas-gelas berisi es teh mak Narti telihat tersipu malu, takut ada yang meledeknya, benar saja akhirnya terdengar suara pak RT “Wah penampilan baru nih mak, Alhamdulillah” Mak Nartipun melemparkan senyumnya “Iya pak, hasil nguping pembicaraan bapak-bapak sekalian” pak RWpun berdecak kagum “Subhan Allah … Mak Narti yang sembunyi-sembunyi nguping saja bisa mendapatkan hidayah, semoga kita semua demikian pula, Aamiin”. Wargapun berdoa “Aamiin”.

Pak RT mulai meminum es teh miliknya sambil berpesan “Eh mak, jangan lupa nanti hatinya juga di JILBABPIN biar sempurna”. Mak Nartipun melengos sambil menahan malu, semua warga tersenyum melihat tingkah canggung mak Narti. Tiba-tiba pak RW menjawab “Pak RT jilbab itu untuk kepala, bukan untuk hati, tauuuu!!!” Wargapun tertawa cekikikan, mendengar itu pak RT menjawab ketus “Inikan bahasa kiasan pak RW”. Pak RW langsung menjawab “Iya tetapi jangan pakai kiasan itu, hati kok di jilbabpin hehehhe”.

Pak RT garuk-garuk kepala “Wealah ngomong gitu aja kok langsung dipatahin toh pak RW, salah dikit yo dimaklumi dong (sambil menengok mbah Qodim yang ikut tersenyum) mbaaaah, lazim gak sih saya ngomong bahasa tadi?”

Mbah Qodim yang saat itu tersenyum-senyum geli agak tersedak juga saat tiba-tiba mendapatkan pertanyaan seperti itu, terlihat dahinya berkerut, tampak sekali bahwa mbah Qodim terbiasa berhati-hati dalam menjawab sesuatu, walau sebuah pertanyaan sekalipun berbentuk hal yang sepele, “Memang kita sering mendengar kalimat atau kata-kata lazim bapak-bapak, namun intinya itu adalah sebuah kalimat yang memudahkan bagaimana otak kita menerimanya”.

Pak RT “Jadi sah-sah saja kan mbah?”

Pak RW “Ya cari bahasa lain pak RT!!”

Mbah Qodim tersenyum “Sudah…sudah hal sepele kok di permasalahkan, Jilbab untuk jasmani itu wajib bagi kaum Hawa yang sudah aqil baligh dan tidak ada salahnya tingkah laku kita juga mencerminkan bagaimana akhlak seorang muslimah, yah anggap saja jilbabin hati, kalimat/kata lazim sebenarnya banyak kita gunakan, contoh MEMANJATKAN doa, bagaimana doa itu manjat, jiwanya TERSENTUH oleh tragedi menyedihkan yang ia lihat, cinta mereka dipersatukan oleh CAMPUR TANGAN Allah Tuhan Yang Maha Penyayang, bahkan ada film yang berjudul KETIKA CINTA BERTASBIH, masih banyak kata-kata lainnya bapak-bapak, bahkan dalam Al Quran pun Allah berfirman di beberapa ayat menggunakan bahasa lazim yang bertujuan agar hamba-Nya mengerti, contoh Allah lah yang MEMBOLAK-BALIKKAN hati, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat dan sebagainya, disana Allah memakai kalimat lazim yang dimengerti oleh manusia, jika kita telaah kalimat Allah Maha mendengar bukan berarti Allah kita gambarkan punya telinga seperti kita namun penegasan bahwa doa-doa kita sampai kepada NYA”.

Pak RW “Lalu bagaimana dengan melazimkan bahasa tawaf hati mbah?”

Mbah Qodim “Yah mungkin bahasanya ia ingin memaknai Tawaf untuk realisasi hatinya pak RW, mungkin maksudnya adalah mentawafkan fikirannya, agar hati yang memiliki 4 bilik yang bisa selalu terkelilingi oleh kalimat-kalimat dzikir”.

Pak RW “Tidak takut nih mbah kalau apa-apa yang mbah omongkan ini bertentangan dengan Al Quran dan hadist?”

Mbah Qodim menghela nafasnya “Pada waktu lalu mbah memaknai agar kita meralisasikan ibadah Haji saat SA’I dengan makna agar- kita cepat-cepat bersegera menolong tetangga yang sedang dalam kesusahan, nah apabila perbuatan tersebut bertentangan dengan Al Quran dan Hadist maka jangan lakukan hal tersebut, namun jika memang ada perintah tentang bersegera menolong orang yang sedang dalam kesusahan baik dalam Al Quran dan Hadist maka jalankan makna tersebut, jangan cepat melepaskan kata-kata dari bibir kita laksana kilat bapak-bapak, tawafkan dulu agar ucapan kita bisa tetap teduh dan menjaga ukuwwah, ingat semua ucapan kita itu tercatat sampai kelak pada yaumil hisab”.

Pak RT “Oh iya mbah, kemarin kan mbah nyinggung tentang melontar jumroh, itu gimana mbah agar bisa kita teladani pada prilaku sehari-harinya?”

Mbah Qodim “Melontar jumroh itu diambil dari sejarah bagaimana Nabi Ibrahim AS menerima wahyu untuk menyembelih putranya, lalu setan menggodanya, dan saat itu Nabiyullah Ibrahim AS mengambil 7 kerikil lalu melemparnya …. Ini dikenal sebagai melempar Jumroh Ula, lalu syetan berlari menuju Hajar namun lagi-lagi mendapatkan lemparan kerikil ini yang dinamakan melempar Jumroh Wustho … dan terakhir menggoda iman Nabi Ismail AS yang saat itu dianggap rapuh, lalu terjadilah lemparan bersama-sama satu keluarga yang dikenal dengan Lontar Jumroh Aqobah … mankanya dalam sehari hari bahwa kita harus menunjukkan perlawanan kepada bujuk rayu syetan, dan jaga anak-anak kita yang masih rapuh keimanannya dengan terus memberikan pelajaran tentang agama”.

Pak RW “Lalu kenapa tidak dengan batu sekepel mbah, kok hanya dengan kerikil?”

Mbah Qodim “Selain karena sejarah yang sudah dicontohkan oleh keluarga Nabi Ibrahim AS, sepertinya Allah SWT memang sudah menyiapkan scenario kusus, bisa saja saat itu Nabi Ibrahim AS mengambil batu besar, namun karena ke MAHA sempurnaan Allah lah maka scenario Nya menjadi indah, bayangkan bila ibadah haji lempar jumroh dengan menggunakan 21 batu sekepel tangan, bisa bisa bukan tiang jumroh yang dilempar, tetapi bisa berbahaya bagi hamba-hamba Allah yang sedang melontar jumroh dibarisan depan, namun dari sejarah tersebut kita maknai dengan bentuk perlawanan kepada bujuk rayu syetan”.

Pak RW “Tapi tiang Juroh itukan besar mbah?”

Mbah Qodim “Yah bapak-bapak sekalian, syetan … Iblis itu digambarkan bagaikan tiang kokoh, ia tidak akan terpengaruh oleh lemparan kerikil, itu semua karena Skenario Allah SWT … hari ini di lawan besok mereka akan menggoda lagi, hari ini di lempar, besok mereka akan datang lagi, hari ini gagal maka besok mereka akan berusaha lagi, itulah gambaran kekokohan tiang Jumroh, gambaran Taqdir betapa Iblis dan Syetan akan menggoda kita sampai kiamat, nah kita sebagai manusia .. sebagai hamba Nya … adalah MELAWAN godaan tersebut walaupun dinilai sepele mungkin usahanya, namun titik beratnya adalah SIKAP PERLAWANAN kepada iblis dan syetan … karena mereka INNAHU LAKUM ADUWWU(N)MUBIIN … sesungguhnya mereka adalah MUSUH yang NYATA … “.

Semua warga mulai merenungi kata-kata mbah Qodim

Mbah Qodim “Mulailah menggali apa-apa yang disyariatkan kepada kita untuk direalisasikan sebagai bentuk tingkah laku, mulai dari Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat sampai ke Haji, mbah sampaikan disini dulu, lengkapi dengan belajar kembali melihat rukun haji ataupun kegiatan pendukung lainnya, lalu cerna apa yang bisa kita realisasikan sebagai wujud prilaku yang hasanah, In Syaa Allah … bapak-bapak akan terus meminum salju-salju hidayah Allah SWT”.

Pak RT “Kalau boleh tahu nih mbah, bagaimana sih ciri-ciri orang yang TERPANGGIL jiwa dan raganya untuk berhaji, karena kamipun merindukan ibadah tersebut, bukan hanya jasad ini namun jiwa kamipun ikut berhaji?”

Mbah Qodim “Mereka-mereka yang berprilaku seperti/laksana orang berhaji walau mereka SYARIATNYA belum berhaji, atau mbah bilang dengan istilah HAJIO sakdurunge HAJI”.

Pak RW “Lalu mbah … gimana ciri-ciri haji mabrur/mabruroh itu?”

Mbah Qodim menunduk “Wallahu a’lam …. Kita berdoa agar saudara-saudari kita mabrur/maburoh semuanya …  dan bila bapak-bapak melihat mereka-mereka yang berprilaku setiap harinya seperti orang berhaji sesudah pulang dari ibadah haji dekatilah mereka …. Mintalah doa dari mereka”.

Semua warga berteriak “Hajio sak uwese haji ya mbaaah!!”

Mbah Qodim tersenyum memandangi wajah-wajah warga “Mbah pamit nih bapak-bapak … besok-besok kita lanjutkan bagaimana prilaku syahadat, Sholat dan yang lainnya hehehhe … In Syaa Allah”.

Jumat, 31 Agustus 2018

HAJI (Bagian 3)


Usai Sholat Jumat warga menunggu sampai wiridan mbah Qodim selesai, begitu mbah Qodim mulai memakai sandal jepitnya yang terlihat sama rentanya dengan usia sang pemakai wargapun mendekatinya lalu mengajak berjalan bersama keluar dari masjid. Pak RW mulai membuka pembicaraan “Mbah, lama bener mencari kesempatan bisa ngobrol dengan mbah, bisa-bisa sampai tua kami ini terseok-seok mempelajari sejatinya Islam”.

Mbah Qodimpun tersenyum “Jika semua ilmu pengetahuan didapatkan dengan mudah dan dalam waktu singkat maka kenikmatannya akan berkurang pak RW”

Pak RW “Kok begitu mbah?”

Mbah Qodim “Coba jika pak RW mengisi lembar TTS tetapi di bawahnya langsung ada kunci jawabannya, maka nikmat berusaha mencari jawaban akan kecil sekali … namun apabila pak RW berusaha memecahkan sebuah pertanyaan dengan segenap kemampuan dan kefokusan dalam berikhtiar maka kepuasan tiada tara akan bapak dapatkan, disitulah akan muncul kehadiran Allah SWT yang pak RW rasakan, ada sebuah kekuatan yang menolong pak RW”.

Semua warga yang mengiringi mbah Qodim mangguk-mangguk sembari menelaah kalimat yang diberikan oleh sang tua bersahaja tersebut.

Pak RT “Mbah kami ingin melanjutkan menggali makna Haji yang kemarin belum khatam mbah, apalagi yang harus kami persiapkan bila nanti kami siap memenuhi panggilan Haji?”.

Mbah Qodim “Hajio sakdurunge haji, berprilakulah seperti orang berhaji walau syareatnya belum berhaji”.

Pak RW “Seperti hakekatnya Sa’i kemarin ya mbah?”

Mbah Qodim menoleh kearah pak RW sambil mengedipkan sebelah matanya “Dalam Ibadah Haji panjenengan sedoyo akan bertemu dengan Rukun Tawaf … yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali melawan arah jarum jam yang dimulai dari Garis Rukun Hajar Aswad, bagi laki-laki disunnahkan berlari-lari kecil pada 3 putaran awal dan bagi wanita cukup dengan berjalan, dalam kehidupan ini kita semua… makna Tawaf amat penting dalam akhifitas kesehari-harian … dimana ada 7 hal yang menyebabkan kita terpengaruh akan gonjang ganjing dunia … ketujuh itu adalah 2 mata, 2 telinga, 2 lubang hidung dan 1 mulut, jika kita memaknai Rukun Tawaf maka ketujuh ini harusnya kita waspadai, di atas Ka’bah terdapat Baitul Makmur yang selalu dikelilingi pula oleh para Malaikat yang juga bertawaf, semua khabar yang diterima oleh tujuh di bagian atas tubuh ini (kepala) akan menggiring kepada arah jarum jam, artinya saat kita melihat sesuatu kita cepat sekali percaya, saat kita mendengar sesuatu kita juga cepat sekali percaya, nah Tawaf ini adalah salah satu memurnikan informasi, yaitu kita mencoba berfikir melawan arah jarum jam, mengikuti apa-apa yang dilakukan oleh 70.000 Malaikat setiap harinya (Bertawaf di Baitul Makmur), dimana semua sumber yang masuk kedalam Baitul Makmur diri kita (Kepala) akan mendapatkan iringan doa para Malaikat di Baitul Makmur Arsy-Nya, renungi setiap berita yang masuk apalagi berita tentang yang jelek-jelek jangan langsung keluar dari mulut, sucikan hati agar kita lulus menelaah setiap khabar ini mengapa Ihrom yang kita gunakan membuka pundak kanan dan menutup pundak kiri …. Dekatkan baitul Makmur diri (kepala) dengan Malaikat pencacat kebaikan yang saat itu memang kita buka pintunya, bila itu bapak-bapak lakukan maka Baitul Muqoddas (Hati) akan jernih dalam menembus khabar-khabar tersebut”.

Pak RW “Dengan kata lain perlu berfikir berulang-ulang dalam mencerna suatu khabar ya mbah ?”

Mbah Qodim mengangguk lirih “Demikianlah pak RW sepertinya mudah namun bila kita ingin mendapatkan satu pemikiran yang sejalan dengan 70.000 Malaikat maka ketentuan-ketentuan seperti tawaf harus dijalani”.

“Maksudnya mbah?” Tanya pak RW

Mbah Qodim “Bertawaf itu wajib berwudhu dulu, untuk membuka tabir khabarpun demikian, bersuci dulu, sekali lagi mbah ulas untuk laki-laki tawaf disunahkan berlari-lari kecil pada 3 putaran awalnya, ini menggambarkan laki-laki sebagai imam harusnya lebih cepat mengambil sebuah keputusan, lalu lihat Ka’bah yang memiliki 4 sisi, dalam diri kita juga ada 4 sisi yaitu Amarah, sufiah, aluamah dan mutmainnah … itu harus kita lewati semua, Amarah yaitu sifat-sifat keegoisan dengan wah dan ingin menang sendiri, mbah gambarkan yaitu sisi dimana pintu Ka’bah berada, pintu Ka’bah dalam diri ini adalah mulut, dimana pintu yang ini cepat sekali terbuka sehingga tidak sedikit yang menimbulkan kekeruhan dan keruwetan, maka dalam Tawaf pintu Ka’bah ditutup, lalu sampai ke sisi Ka’bah dimana ada Hijr Ismail, tembok melingkar setinggi bahu (Al Hatim) yang merupakan gambaran sifat Aluamah, sebuah dorongan ingin menolong sesamanya namun terkadang tidak peduli cara yang dipakainya, maka dalam tawaf batallah Rukun Tawaf apabila memotong Hijr Ismail, harus diputari juga jangan menerobos mengambil jalan pintas, lalu sisi setelahnya kita akan bertemu sifat Sufiah …. Gambaran kebalikan dari sebuah wajah, nafsu ingin kemegahan dan pujian … terakhir sisi Mutmainnah .. sisi kebaikan dimana berakhir dengan Hajar Aswad bermaqom disana …. Mbah hanya ingin menjelaskan sampai disini karena bapak-bapak sendirilah yang akan memetiknya dengan iman dan fikiran bapak-bapak sekalian”

Pak RW “Benar-benar harus menjadi insan yang bersabar ya mbah?”

Mbah Qodim “Itu salah satunya pak RW, kalau saja mbah lanjutkan maka ini membutuhkan waktu yang lama sekali, harus membongkar sampai mengapa dinamakan Hijr Ismail dan mengapa hanya setinggi bahu, apakah saat itu tidak bisa ditinggikan lagi … panjang sekali” Mbah Qodim menghentikan langkahnya, tiba-tiba ia ingat bagaimana Gurunya membawanya ke depan Hijr Ismail dan melihat Malaikat penjaga Pintu Hijr Ismail membuka Pintu yang saat ini ditutup permanen untuk mempersilahkan 2 hamba Allah SWT memasuki Baitullah….. semua warga pun berhenti sejenak melihat mbah Qodim, lalu rombongan tersebut sedikit terganggu oleh gonggongan anjing yang sedang mengejar seekor kelinci, mbah Qodim menundukkan badannya untuk mengambil sebuah kerikil lalu melemparkannya ke arah sang anjing, lalu anjing tersebut berlari menjauhi kelinci yang akan menjadi mangsanya …

Mbah Qodim berbalik menghadap para warga “Lain waktu kita lanjutkan, mbah akan memberikan PR kepada bapak-bapak sekalian untuk mengasah tafakur masing-masing, dalam Haji ada sebuah kegiatan yang bernama MELONTAR JUMROH … disana kita mengambil kerikil di Muzdalifah lalu dilemparkan ke Jumroh, yang mbah tanyakan Tiang Jumroh itu besar dan tinggi …sekitar 2 meter kali 25 meter … mengapa hanya dilempar dengan batu kerikil dan bukannya dengan batu sekepal tangan misalnya … coba bapak-bapak sekalian fikirkan, mbah pamit pulang ke rumah dulu, Assalamu’alaikum”.

Wargapun serentak menjawab “Wa’alaikumussalaam wa Rohmatullahi wa Barokatuh”.

(BERSAMBUNG)

Minggu, 26 Agustus 2018

HAJI BAGIAN 2


“Mbah Sambil menunggu Sholat Isya, baiknya kita lanjutkan topik kita kemarin hehehhe” Pak RW membuka obrolan santainya melihat mbah Qodim selesai wiridannya. Lalu jamaahpun mulai menuju teras, jamaah termuda tidak ingin kecolongan seperti kemarin, ia menuju ruang belakang mushola dimana tersedia air panas, gula dan kopi.

Mbah Qodim “Oh enggeh bapak-bapak sekalian, mari kita lanjutkan, pertama-tama kita harus tahu perintah untuk melaksanakan ibadah haji, ada yang tahu bapak-bapak?”

Pak RT “Dari haidist nabi yang berbunyi “Wahai manusia, telah diwajibkan atas kalian berhaji maka berhajilah”, kemudian ada seorang bertanya: “Apakah setiap tahun Wahai Rasulullah?”, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjawab sampai ditanya tiga kali, barulah setelah itu beliau menjawab: “Jika aku katakan: “Iya”, maka niscaya akan diwajibkan setiap tahun belum tentu kalian sanggup, maka biarkanlah apa yang sudah aku tinggalkan untuk kalian, karena sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian, akibat banyaknya pertanyaan dan penyelisihan mereka terhadap nabi mereka, maka jika aku perintahkan kalian dengan sesuatu, kerjakanlah darinya sesuai dengan kemampuan kalian dan jika aku telah melarang kalian akan sesuatu maka tinggalkanlah”. (HR. Muslim)”

Pak RW “Firman Allah yang berbunyi “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Ali Imran: 97)”.

Jamaah “Dari QS. Al-Hajj : 27 yang artinya Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,”

Mbah Qodim “Yah yah memang banyak sekali rujukannya bapak-bapak, kini mbah mau bertanya HAJI itu PANGGILAN atau TERPANGGIL?”

Semua jamaah mulai berfikir, suasana hening sejenak namun kembali bersuara saat kopi datang dari belakang Musholla.

Pak RT “Dipanggil dan terpanggil mbah!”

Mbah Qodim tersenyum “Hehhee enggeh pak RW betul sekali, maka semua dalil tentang ibadah haji, itu bukan berbunyi yaa ayyuhalladzi … tetapi yaa ayyuhannas … bukan hanya memanggil orang-orang beriman, namun memanggil manusia … maka para ulama terdahulu melengkapinya dengan kode, berhajilah bila MAMPU …. Nah … apa maksud dari bila mampu tersebut?”

Pak RW “Yaa rata-rata berfikiran mampu dalam hal rezeki mbah”.

Mbah Qodim “Enggeh bapak-bapak, makanya mari kita maknai bila mampu ini, sehingga amalan haji yang berlebel MABRUR dan MABRUROH akan melekat pada ibadah tersebut”.

Pak RT “Jadi maksudnya MAMPU itu apa mbah?”

Mbah Qodim “Mampu disini ada beberapa maknanya pak RT, banyak saudara-saudara kita yang belum memasuki kalimat mampu ini, maka banyak sekali artis-artis ataupun mereka yang berlebihan dalam hal financial mampu untuk berhaji… juga para pejabat yang mendapatkan JATAH berangkat haji karena pangkat dan jabatannya, makanya MAMPU inilah yang akan kita bahas … pertama adalah MAMPU dalam hal financial itu sudah pasti … lalu MAMPU yang kedua adalah … kesehatan lalu MAMPU yang berupa waktu … dan yang terpenting adalah MAMPU untuk syarat menjadi muslim yang sempurna”.

Pak RW “Maksudnya mbah?”

Mbah Qodim “Yah, menjadi Muslim yang Kaffah … ketika bersyahadat … mungkin mudah dalam pelaksanaannya… namun menjaga syahadat itu lah yang menjadikan sempurna … melakukan sholat itu mudah … namun menjaga prilaku bagaikan sholat itulah yang sempurna … melaksanakan puasa itu mudah … berprilaku seperti berpuasa itulah yang sempurna .. demikian pula dengan zakat dan haji …. Bagi mereka yang MAMPU dalam 3 hal akan merasa ringan … namun MAMPU yang ke empat yaitu menjaga prilaku bagaikan haji itu yang sempurna … ini yang akan kita bahas”.

Pak RW “Jadi haji itu adalah prilaku kehidupan kita sehari-hari mbah?’

Mbah Qodim “Nggeh Pak RW, nanti mbah akan berbagi semua rukun Islam dalam kehidupan, mulai dari Syahadat sampai Haji, namun saat ini kita kupas Haji dahulu”.

Suasana terlihat sedikit tegang … namun mbah Qodim tersenyum lalu mulai mengajak jamaah menikmati kopi panas yang siap diseruput.

Pak RW “Ada hubungannya dengan tertundanya membuka makna QS An Nas nih mbah?”

Mbah Qodim kembali tersenyum … “Bapak-bapak sekalian … pertama-tama kita harus merenungi apakah kita ini MANUSIA … kalau kita sudah mengerti makna manusia maka PASTI kita harusnya terpanggil … lalu munculkan KERINDUAN untuk memenuhi panggilan tersebut … ini yang sering terlewati oleh saudara-saudara kita”.

Pak RT “Terlewati mbah?”

‘Srrruuupppp” Kopi panas mulai mengaliri kerongkongan sang tua bersahaja “Jika kita sudah terpanggil maka pertama-tama tekadkan NIAT lalu jadilah manusia seutuhnya … manusia yang YAQIN tidak hidup sendirian, butuh orang lain … butuh bermasyarakat dll, mbah gambarkan saat nama kita terdaftar untuk dipanggil oleh Presiden maka apa yang harus kita siapkan? Sudah tentu, penampilan lalu prilaku, kan tidak mungkin menghadap orang no 1 di Negara ini berpenampilan yang tidak pas, lalu prilaku harus kita jaga, masak tamu presiden kok prilakunya tidak sesuai … nah disinilah banyak yang terlewatkan, rata-rata memotong kompas … cukup undang PENGAJIAN … lalu kata sambutan berisikan mohon maaf apabila ada kesalahan dan mohon doa restu .. lalu mendengarkan tausiah sang penceramah yang biasanya dibumbui iklan berhaji lalu makan-makan, salam-salaman, persiapan deh untuk berangkat.”

Jamaah seperti terbengong-bengong, memang itulah lazimnya yang ada. Pak RW berucap lirih “Lalu bagaimana mbah seharusnya?”

Mbah Qodim “Jika kita di undang Presiden kita harus tahu apa yang disukai oleh Presiden sehingga mengundang kita, ternyata presiden suka sekali tentang pertanian, maka siapkan materi-materi tentang pertanian .. begitu pula dengan Allah SWT … sukanya apasih … nah mulailah dikerjakan setelah niat dimantapkan … yah mbah gambarkan mulailah benahi saat kita mulai mendaftarkan diri sebagai calon haji, mulailah tepati sholat 5 waktu … bagus lagi berjamaah agar tepat waktu, perbanyak puasa sunnah, bersodaqoh dan bersilaturrahmi, namun jangan tunjukan atau kabarkan bahwa ini semua kita lakukan KARENA agar masyarakat tahu .. simpan rahasia itu antara kita dan Allah semata … inilah hakekatnya berIHROM .... membiasakan tubuh kita berpakaian yang putih atau membiasakan berprilaku yang baik ... seringlah bersilaturrahmi ke tetangga-tetangga kita, gali informasi tentang keadaan ekonomi mereka, adakah diantara mereka yang mau makan namun tidak memiliki uang untuk beli beras, adakah diantara mereka yang sakit namun tidak punya uang untuk berobat, hitung financial kita, bisakah kita membantu mereka?? Karena Allah SWT tidak akan melihat kita walau kita paksakan menjadi tamu NYA hanya dikarenakan tetangga kita menangis karena kelaparan.”

Pak RW tampak tegang “Kok berat gitu mbah?”

Mbah Qodim “Berat dimananya pak RW?”

Pak RW “Itu …. Berarti harus doble dong modal kita yang harus dipersiapkan”.

Mbah Qodim “Jika dana untuk berangkat ke Baitullah habis karena tetangga kita yang saat itu memang lebih membutuhkan ya sudah tunda keberangkatan sampai kata MAMPU kembali hadir pak RW, itu tidak akan melunturkan NIAT yang sudah kita tekadkan … lihatlah bagaimana Siti Hajar harus berlari dari Shofa ke Marwah hanya untuk mencari air untuk buah hatinya … Nabi Ismail AS …. Dan itu merupakan salah 1 rukun haji”.

Pak RW menunduk “Belum jelas mbah”.

Mbah Qodim “Saat itu Siti hajar berlari ke bukit Shofa dan Marwah berharap mendapatkan air untuk nabi Ismail AS yang masih bayi, namun Allah SWT justru memberikan AIR yang berasal dari hentakan tumit sang anak … yah ternyata air yang ia cari justru berada dekat dengannya …. DEMIKIAN pula dengan kita yang berusaha mencari Allah SWT … mencari ridho Allah kesana kemari … bahkan mencari PAHALA sampai ke negeri seberang namun kita tidak tahu bahwa sesungguhnya Allah SWT ada di dekat kita .. ridho Nya ada pada sekeliling kita … pahala ada pada tetangga-tetangga kita …. Bersegeralah untuk menolong mereka yang kesusahan laksana lari yang dilakukan oleh Siti Hajar saat mencari air …. dan malulah apabila kita menangis karena BISA menyentuh Baitullah namun ternyata kita gagal menyentuh tangisan dimana Allah SWT yang saat itu justru memindahkan hakekat rumahNya berada di sekitar kita … perhatikan hadist qudsi ini … Allah SWT : Wahai manusia, kenapa engkau tidak memberi-Ku makan?” Manusia : “Bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan padahal Engkau Tuhan semesta alam?” Allah SWT : “Waktu itu ada seorang hamba-Ku yang meminta makan kepadamu, tapi engkau tidak memberinya. Tahukah engkau sekiranya engkau memberi makan kepadanya, niscaya engkau menemukan Aku disana” …. Kita jauh-jauh datang ke Baitullah untuk mencari Allah … padahal saat itu Allah sedang berada dalam rumah tetangga kita yang sedang kelaparan …. Maka mbah tekankan jangan tunjukan atau beberkan bahwa kita ingin berhaji apalagi mohon doa restunya diucap-ucap bahkan dijadikan status di FB… karena kita akan tahu dari silaturrahmi yang kita laksanakan di sekitar tenangga kita itu cukup atau tidak untuk berangkat ke Baitullah apabila cukup, berangkatlah … jika tidak cukup tundalah sampai cukup … karena HANYA SATU KUNCINYA … kita mencari KEBERADAAN ALLAH saat itu …. Dan DIA adalah MAHA MENGETAHUI apa-apa yang tidak kita ketahui … Bapak-bapak sekalian … Baitullah diseberang samudera sana bisa saja mendekat kepada kita bila kita tahu APA YANG DINGINKAN OLEH ALLAH SWT kepada manusia yaitu menerima sertifikat MABRUR/MABRUROH dalam memenuhi PANGGILANNYA”.

Pak RW menunduk "Hakekat nya Rukun Sa'i itu sudah hadir dahulu ya mbah? sebelum Syariatnya kita lakukan disana"

Mbah Qodim berdiri memasuki mushola "Ayo yang batal wudhunya sono wudhu lagi, sholat Isya sudah masuk ini, ndango azan!"

(BERSAMBUNG)

Rabu, 22 Agustus 2018

HAJI BAGIAN 1


Jamaah Mushola Al Latif tampak duduk di teras depan seusai sholat Isya, memang mbah Qodim melarang jamaah untuk ngobrol di dalam mushola, bukan saklek dilarang, niat beliau hanyalah berjaga-jaga dari siasat syetan yang biasanya menyelipkan canda dan gurauan bahkan sedikit menyinggung hujatan yang dibungkus tawa, dalam Mushola dibiasakan untuk beribadah ataupun bermusyawarah, jika ingin obrolan santai maka teras lebih tepat untuk berholaqoh.

“Mbah …. Lha kok repot-repot sih?” pak RW menucapkan basa basi saat mbah Qodim membawa senampan kopi panas.

Mbah Qodim “Selama ini kan mbah sudah banyak ditraktir oleh bapak-bapak, tidak ada salahnya bila saat ini mbah yang mentraktir hehehee”.

Warga pun tersenyum, seorang yang lebih muda umurnya segera sigap membantu mbah Qodim menurunkan gelas-gelas dari nampan untuk disuguhkan kepada jamaah. Lalu mbah Qodim duduk santai beserta warga.

Mbah Qodim “Bagaimana puasa hari ini bapak-bapak?”

Wargapun dengan serempak menjawab “Alhamdulillah mbah” lalu Pak RT membuka obrolan … “Kebetulan nih mbah, kami ingin sedikit memetik hikmah haji, bagaimana sih ibadah haji menurut pandangan mbah?”

Mbah Qodim tampak sedikit mengerutkan dahinya “Ibadah haji itu dalam rukun Islam berada pada posisi urutan ke 5, merupakan penyempurna 4 rukun sebelumnya (lalu mbah Qodim mengangkat 5 jarinya) lihatlah bapak-bapak … jari kelingking ini anggap saja Syahadat, ringan, siapapun bisa mengucapkannya, tidak kenal situasi kaya ataupun miskin, sehat ataupun sakit, semua bisa mengucapkannya (lalu jari kelingking tersebut dilipat oleh mbah Qodim) nah jari manis ini adalah Sholat, dimana orang yang sudah sholat akan merasakan kemanisan hidup, maka tak jarang jari yang satu ini mendapatkan hadiah berupa cincin, menunjukkan betapa indahnya ibadah kedua ini (jari manispun dilipat oleh mbah Qodim, terlihat jari tengah mbah Qodim mulai ditunjuk oleh mbah Qodim) ini Puasa, dimana amalan yang satu ini memiliki kekuatan penyeimbang, amalan luar biasa yang bisa menjadi jembatan bagi yang rajin mengamalkannya (lagi-lagi jari tengah tersebut mbah Qodim lipat) kemudian telunjuk, ini gambaran amalan zakat ataupun shodaqoh, mengapa digambarkan pada jari telunjuk, itu karena orang-orang yang diwajibkan melakukan amalan ini adalah mereka yang sudah memiliki kelebihan rizki maka dengan telunjuk ini ia bisa memerintahkan orang lain (jari telunjukpun mbah Qodim lipat lalu tinggallah jari jempol/Ibu jari) yang terakhir inilah yang lebih besar bentuknya, dimana jari ini sering menjadi perlambang hebat – bagus – luar biasa dan hal-hal baik lainnya, selama masih menghadap ke atas, namun bila di balik maka akan menjadi makna kebalikannya (anehnya mbah Qodim belum melipat jari jempolnya)”.

Pak RW “Kok belum dilipat seperti lainnya mbah?”

Mbah Qodim “Hehehehe, enggeh pak RW … mbah juga lama merenunginya, mengapa jempol ini banyak yang tidak dilipat oleh saudara-saudara Muslim kita, mereka tanpa/dengan sengaja memperlihatkan jempol ini terus menyembul, maka tak heran, sepulang dari ibadah haji maka PANGKAT haji akan mereka letakkan di depan nama mereka”.

 Wargapun mulai merenungi kata-kata mbah Qodim

 Mbah Qodim “Kelingking dilipat maka tak ada sebutan Pak Syahadat, jari manis tetep terlipat makanya tidak ada Pak Sholat, tidak ada Pak Puasa juga Pak Zakat …. Namun anehnya banyak sekali sebutan Pak Haji …. “.

“Itukan karena mereka sudah ibadah haji mbah!” celetuk salah satu warga.

Mbah Qodim mantuk-mantuk “Iya … bila seorang muslim sudah beribadah Haji lalu dipanggil pak haji, kenapa muslim yang sudah melakukan ibadah sholat tidak dipanggil pak Sholat?”

 Semua wargapun mangguk-mangguk “Jadi bagusnya gimana mbah?” Tanya pak RW

 Mbah Qodimpun melipat jempol miliknya, terlihatlah mbah Qodim sedang menggenggam

 “Jadi bagi yang pulang haji jangan kita panggil pak haji dong mbah?” Pak Rt sedikit penasaran.

 Mbah Qodim “Hehehe, itu bukan wewenang kita bapak-bapak, wong kita punya jari-jari sendiri … itu wewenang saudara-saudara kita yang sudah melakukan ibadah haji, apakah mereka ingin menggenggam atau ingin tetap melihatkan jempolnya dalam memegang keislaman mereka”.

 Pak RW “Kalau kita memanggil mereka dengan pak Haji dengan niatan agar mereka selalu mawas diri bagaimana mbah, maksud saya mereka akan menjaga prilaku mereka dengan hati-hati, kan gak etis pak haji tetapi kelakuannya kok g baik”.

Mbah Qodim “Hehehe ya ya ya … memang niatan baik itu baik pak RW namun terkadang niatan baik yang tidak pas pada waktunya justru amat berbahaya bagi yang akan menerima niatan tersebut, lihatlah Rasulullah SAW, beliau tidak menyematkan gelar haji, sahabat-sahabatnya apakah bergelar haji? Contoh Haji Umar Bin Khotob … lalu turun lagi ke generasi selanjutnya kitan contohkan kepada Syeh Abdul Qodir jailani, ada gelar hajinya tidak? … bahkan sampai kepada para wali yang memperkenalkan bangsa ini kepada keislaman apakah bergelar haji? Contoh Haji Maulana Malik Ibrahim?”

Pak RT garuk-garuk kepala “Jadi apa yang akan kita lakukan mbah?”

 Mbah Qodim “Doakan beliau-beliau agar mabrur/mbaruroh tanpa mereka ketahui … itu lebih mulia daripada memanggil gelar mereka, namun semua kembali kepada bapak-bapak, menginginkan mereka menggenggam atau tetap memberi celah jempol mereka tersembul saat memegang keislaman mereka”.

 (BERSAMBUNG)